"Jadi, kau tinggal bersamanya?"
Farhes mengangguk. Ia langsung teringat dengan pria itu, tanpa sadar bibirnya telah mengukir segaris senyum tulus.
"Rumahmu? Orang tuamu dimana?"
"Boram bilang rumahnya juga rumahku. Kedua orang tuaku sudah tiada saat aku berusia 14 tahun." jawab Farhes dengan nada sedih.
"Maafkan aku, membuatmu kembali mengenang hal itu."
"Tidak apa, kau berhak tau. Sekarang aku sangat senang bisa memiliki teman berbagi setelah Boram."
"Sepertinya kau sangat dekat dengan paman Ram."
"Mmm tentu saja. Dia sudah kuanggap seperti keluarga sendiri."
Farhes menarik nafas dan menceritakan sedikit tentang dirinya pada Yura.
"Saat aku berusia sekitar 14 tahun ibuku sakit parah. Berbagai obat dan ramuan sudah ia coba, namun hasilnya ibuku malah semakin parah. Jadi ayahku nekad pergi ke negeri Zhaoram untuk mencuri the pollen melewati hutan perbatasan yang mematikan. Saat itu kami tinggal jauh dari permukiman penduduk yang lain. Aku ditinggal sendiri dengan ibu yang sakit parah. Setelah 4 hari ayah tak kunjung pulang. Sedangkan ibu semakin pucat. Aku sangat ketakutan dan khawatir."
"Kemudian ibu menyuruhku kepasar untuk membeli sebuah ramuan penahan nyeri yang biasa ia konsumsi. Di usia seperti itu aku harus melewati hutan dan menuju pasar sendirian. Saat tiba dipasar aku langsung bertanya kepada tabib yang biasa ayah datangi tentang negeri Zhaoram. Dan aku menceritakan kepadanya bahwa ayah pergi menyusup ke negeri Zhaoram dan belum kunjung pulang."
Yura mendengar apa yang dikisahkan Farhes dengan serius. Tak ia sangka laki-laki ceria seperti Farhes memiliki kisah kelam dimasa lalunya.
"Kemudian tabib itu memberi tahuku tentang banyaknya korban yang telah termakan di wilayah perbatasan. Tabib itu juga berkata kalau kemungkinan ayah pulang dengan selamat sangat kecil bahkan tidak mungkin. Sepanjang jalan pulang aku menangis, aku sangat mengkhawatirkan ayahku. Dan saat aku melewati hutan menuju rumah, tiba-tiba turun hujan lebat. Aku sangat ketakutan dan kedinginan. Namun seorang pria berjubah hitam berjalan kearahku dan memelukku kedalam jubahnya. Dia adalah Boram yang saat ini aku kenal."
Ekspresi Farhes yang awalnya sedih langsung tersenyum saat ia menyebut nama Boram. Farhes menoleh kearah Yura yang tampak tak sabar menunggu kelanjutan cerita itu.
"Apa yang terjadi selanjutnya?" Tanya Yura.
"Boram menanyakan padaku apa yang terjadi dan mengapa aku disana. Aku menceritakan semuanya pada Boram. Saat hujan reda, Boram menemaniku untuk pulang kerumah. Namun saat memasuki rumah kami dikejutkan dengan keadaan ibu yang sudah terkapar kaku disamping ranjang tidur. Boram langsung menghampiri ibu dan menoleh kearahku. Aku tidak percaya apa yang ia katakan. Dia bilang ibuku sudah tiada. Aku langsung terisak dan memeluk erat ibuku. Aku bahkan memaksanya untuk bangun, walau ku tau itu hal yang sangat mustahil."
"Sejak saat itulah aku diasuh oleh Boram. Orang asing yang menyelamatkanku. Aku selalu mengekori kemanapun dia pergi, bahkan dulu aku selalu ikut kemanapun dia merantau."
Farhes menghentikan langkah dan menghadapkan badannya ke arah Yura.
"Kau tau? Dia memang kelihatan sangat cerewet dan menyebalkan. Namun dia adalah orang terbaik yang pernah aku temui." jujur Farhes.Apa yang dikatakan Farhes tidak salah sedikitpun. Sejak pagi tadi tepatnya saat pertama kali Yura bertemu dengan paman Ram. Pria itu tidak pernah berbuat kasar kepadanya, malah sebaliknya. Yura terkekeh mengingat ia sempat mengira kalau pria itu adalah penjaga akhirat. Bagaimana tidak, siapa yang tidak berpikiran seperti itu setelah merasakan suatu kematian.
![](https://img.wattpad.com/cover/249159926-288-k317185.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
X A V I E R A || The Hidden Amalgamous
FantasíaYura mengalami hal yang tak terduga. Ia merasakan suatu hal yang mereka sebut dengan kematian. Peristiwa itu tepat terjadi saat ia baru saja menginjak usia 18 tahun. Namun siapa sangka, ia kembali bangun. Tapi anehnya ini bukanlah alam yang ia tempa...