A past historical story

280 83 9
                                    

Zaeris meneguk perlahan anggur ditangannya. Alis tebalnya terkadang menaut dan merenggang. Pandangannya kedepan, namun pikirannya berkelana entah kemana. Kipasan pelayan disampingnya membuat rambut panjangnya menari indah membuat para penari di depannya memandang kagum pada aura yang Zaeris pancarkan.

Mata yang tajam serta lekuk wajah yang sangat sempurna. Iris matanya yang merah pekat sangat menambah kesempurnaan Zaeris. Siapa yang tidak terpana dengan pemilik wajah itu. Aura dingin dan tajam yang ia miliki sangat menawan di mata para wanita dan gadis-gadis yang melihatnya. Namun dengan kesempurnaan itu, sampai saat ini tidak ada yang berani menyentuh lelaki itu selain ratu Anseera.

Para gadis dan pelayan istana sangat segan bercampur sedikit takut dengan lelaki itu. Dibalik ketampanannya, ia menyimpan aura mengerikan penuh kegelapan yang bisa ia keluarkan kapan saja dan pada siapa saja. Membayangkan mata lelaki itu menghitam penuh saja sudah membuat mereka merinding dan bergidik ngeri.

"Tumben sekali kau kesini?"

Zaeris menoleh ke asal suara. Seorang pria dengan postur tubuh tak jauh berbeda dengannya sedang berjalan menujunya. Zaeris meletakkan cangkir kecilnya.

"Menenangkan pikiran." Jawab Zaeris singkat pada pria dengan kipas kecil merah di tangannya itu. Ia memang sangat jarang kesini. Tempat dimana pria-pria istana menenangkan pikiran dan menikmati tarian para penari istana. Namun entah mengapa kali ini ia bisa kesini. Sebenarnya sejak tadi ia tidak memperhatikan benar apa yang ada di depannya. Otaknya benar-benar berkelana jauh.

"Oh Zaeris yang malang. Sudah kukatakan, kau seharusnya kesini sejak awal." Ucap pria itu seraya menuangkan anggur ke dalam cangkir.

"Oh ya, bagaimana kabar Zack?" Tanya pria itu setelah menyeruput anggurnya.

"Aku sudah menemuinya pagi tadi. Seperti yang aku harapkan, ia kembali seperti semula."

Pria itu mengangguk kecil. Ia mengangkat telapak tangannya ke arah penari disana. Dan semua penari dan pelayan segera meninggalkan ruangan itu menyisakan Zaeris dan dirinya.

"Apa yang kau sembunyikan?" Tanya pria itu yang merasakan ada aura aneh dari Zaeris.

Zaeris beranjak dari duduknya dan berjalan kearah rak dibelakang mengabaikan pertanyaan yang pria itu ajukan. Orang itu selalu saja mengganggunya seperti parasit.

Melihat tak ada respon yang Zaeris berikan. Pria itu langsung menghilangkan kipas ditangannya dan mengarahkan tangannya kearah jubah merah kehitaman milik Zaeris. Ia menggunakan kekuatannya untuk mengetahui apa yang lelaki itu sembunyikan darinya.

"Syal putih?" Ucap pria itu saat berhasil merebut sebuah syal putih dari dalam jubah Zaeris menggunakan kekuatannya.

Zaeris yang mendengar itu langsung menoleh kebelakang dan mendapatkan pria itu sudah memegang syal putihnya dengan senyuman smirk yang mengintimidasi.

"Kembalikan itu," Ucap Zaeris berusaha tetap tenang.

"Putih? Seorang Virtuous?" Tanya pria itu tersenyum penuh kemenangan.

Zaeris menatap tajam pria didepannya. Ia langsung merebut kembali syal putih itu dari tangan pria itu.
"Ravos haruskah aku merubahmu menjadi abu?" Ketus Zaeris menghilangkan kembali syal putih ditangannya.

"Kau benar-benar sudah besar." Kekeh lelaki bernama Ravos itu. Ia tidak pernah melihat Zaeris kelabakan seperti ini sebelumnya. Sungguh kekonyolan yang nyata.

"Tenanglah, aku tidak akan memberi tahu ibumu. Asal kau bisa diajak kerja sama tentunya." Ucap Ravos penuh kemenangan.

Zaeris menghembuskan napasnya jengkel. Ravos adalah anak dari adik ratu Anseera. Yang mana Ravos juga merupakan sepupu dekat Zaeris. Ia juga tinggal di istana Zhaoram bersamanya. Namun Zaeris tak pernah menganggap pria itu sebagai sepupunya. Menjadi sepupu Ravos adalah takdir yang tak bisa Zaeris hindari. Pria gila itu selalu membuat harinya buruk setiap kali bertemu.

X A V I E R A || The Hidden AmalgamousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang