The New World

490 220 9
                                    

Kicauan burung terdengar saling bersahutan. Dunia baru saja menyingkap hari yang baru. Matahari masih terasa amat damai di belakang perbukitan.

'Uhuk uhk uhk'

Seorang gadis perempuan baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Ia membuka matanya perlahan. Aneh, kenapa kelopak matanya amat sangat berat untuk dibuka? Ia berusaha menetralkan cahaya yang masuk mengenai retinanya.

Penglihatan yang awalnya buram, kini semakin jelas. Ia melihat sebuah danau dan perbukitan indah didepannya. Dikelilingi pohon-pohon besar yang gagah.

"Sepertinya kau sudah sadar," Ucap seseorang yang sedari tadi berada disamping gadis itu.

Gadis itu langsung menoleh cepat kearah suara yang ia dengar barusan. Ia terlonjak kaget melihat seorang pria berjubah hitam yang sedang menatapnya.

"Siapa kau?" Tanya gadis itu terkejut.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah pulih total?" Tanya pria itu tanpa menjawab pertanyaan yang gadis itu berikan.

Setelah mendapat pertanyaan itu, gadis itu kembali mengingat kejadian buruk yang menimpanya. Refleks gadis itu memutar kekiri dan kanan kepalanya, menggerakkan tangan dan kakinya. Dan juga memeriksa perut dan kepalanya. Namun anehnya ia tidak merasakan sakit ataupun perih ditubuhnya.

Apakah ini yang mereka maksud dengan akhirat?~ Racau batin gadis itu.

"Kau bisa melihatku?" Tanya gadis itu bingung.

Pria itu mengangguk seraya tersenyum tulus. Ia tampak seperti pria berusia 40 tahunan lebih. Terlihat dari keriput di ujung matanya yang mulai menampakkan diri. Meski begitu, ia masih terlihat sangat gagah dan bersinar.

"Lantas siapa kau? Dimana ini? Kenapa aku disini?" Tanya gadis itu bertubi-tubi.

Bukannya menjawab, pria itu malah beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke tepian danau.

"Kurasa ia tidak pernah belajar menghargai orang!" Kesal gadis itu.

"Aku bisa mendengarmu!" Ucap pria itu sedikit berteriak dari tepian danau.

Gadis itu semakin kesal dan berniat mendapatkan jawaban dari pertanyannya yang belum terjawab. Ia berjalan menuju tepian danau sembari melihat sekelilingnya. Suasana disini sangat tenang.

"Yura, tidakkah kau merasa sangat aneh?"

Yura yang baru saja sampai ke tepian danau langsung menoleh saat namanya disebut.

"Kau bahkan tau namaku?" Tanya Yura.

Tidak bisa ia biarkan. Pria itu tau semua tentang dirinya. Apakah sekarang ia sedang diculik? Ataukah dia adalah seorang penjaga akhirat? Apa mungkin ia akan dijadikan tumbal untuk danau ini? Pikiran Yura semakin berkelana jauh tanpa peta.

"Tidakkah kau bicara lebih sopan dan formal kepada orang yang sangat lebih tua darimu?" Tanya pria itu menatap Yura dengan senyum mengolok.

Yura berpikir sejenak. Perkataan pria disampingnya ini ada benarnya juga. Ia menarik napas panjang dan menahan kekesalan yang sebentar lagi mungkin akan meluap.

"Jadi, anda ini siapa paman? Dan kenapa saya disini?"

"Paman? Tidakkah itu membuatku terlihat tua?" Tanya pria itu terkekeh, menguji kesabaran gadis disampingnya.

"Tidakkah paman merasa, paman memang sudah tua?" Balas Yura balik mengejek.

Pria itu sontak terkekeh geli melihat balasan dari gadis itu. Iya tidak yakin, apakah gadis ini benar-benar orang yang selama ini mereka tunggu atau bukan.

X A V I E R A || The Hidden AmalgamousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang