Menatap air sambil bersender dipohon kala malam tiba memang menenangkan. Gyorbion berusaha sekuat mungkin untuk mengalihkan pikirannya yang sangat kacau. Semenjak kejadian malam itu, Gyorbion selalu menunggu ditepian kolam setiap malam. Berharap malam selanjut dan selanjutnya lagi, ia bisa bertemu dengan gadis itu. Namun sayangnya malam ini sudah malam kesekian, dan keberadaan gadis itu tidak bisa ia ketahui.
Ia telah mencari keseluruh penjuru istana, namun tetap tak bisa. Tiga hari lagi, ia akan dinikahkan dengan Eressa, gadis yang sama sekali tidak ia cintai. Ia tak tahu kenapa, sejak ia lahir ia belum menemukan seorang gadis yang mampu mendebarkan hatinya. Sampai ia bertemu gadis ditepian kolam malam itu. Itulah mengapa Gyor bersikeras untuk menemukannya.
"Ekhm" Gyor menoleh kesamping saat mendengar deheman seseorang.
"Apa yang kau lakukan disini?" Eressa ikut duduk disamping Gyorbion. Sedangkan lelaki itu hanya tersenyum simpul tanpa menjawab kemudian kembali menatap air kolam didepannya.
"Kau tampak bahagia, Eressa." Eressa terkesiap saat mendapatkan Gyorbion berbicara santai padanya. Bibirnya tanpa sadar langsung mengembang.
"Tentu saja, 3 hari rasanya terlalu lama."
"Kau mencintaiku?" kali ini Gyor memilih untuk menatap lawan bicaranya.
"Pertanyaan apa itu? Tentu saja Gyor, aku juga tak menyangka kau juga mencintaiku." Eressa memainkan rumput untuk menghindari tatapan Gyor yang membuatnya salah tingkah.
"Aku tidak mencintaimu, Eressa." Eressa menegakkan kepalanya, ia tak percaya kalimat sarkas itu akhirnya keluar dari mulut Gyor. Selama ini ia sebenarnya sadar, Gyor tidak pernah menaruh perasaan lebih padanya. Tapi haruskah ia sekejam itu?
"Mendengar ini, apakah kau masih bersedia menikah denganku?" kali ini raut wajah Gyor semakin serius.
Eressa mengalihkan pandangannya ke air kolam. Kalimat menyakitkan itu membuat matanya sedikit berlinang. Ia menarik napas kemudian menoleh kearah Gyorbion. "Tidak masalah, aku akan tetap menikah denganmu."
"Walaupun aku mencintai gadis lain?"
Kali ini Eressa langsung membeku. Hatinya bak tersayat. Perihal Gyor tidak mencintainya masih bisa ia tolerir. Tapi tidak dengan mencintai gadis lain. Setidaknya berilah ruang dan kesempatan untuknya. Eressa masih terdiam seraya menahan air matanya agar tidak berjatuhan.
"Apa yang tidak kumiliki dari gadis itu Gyor?"
"Kau sempurna Eressa, kau bisa memilih pangeran lain yang bisa mencintaimu dengan tulus. Jika kau bersamaku hanya ada penyesalan dan kesedihan yang akan kau dapatkan."
"Bagaimanapun dan apapun itu, aku akan tetap menikah denganmu. Aku pastikan kau akan mencintaiku. Ingat janjimu pada ayahku, Gyor." Eressa bangkit dari duduknya kemudian melenggang pergi.
Gyorbion menghela napas berat. Kenapa harus dirinya? Kenapa takdir seperti ini harus terjadi padanya?
_________________________
Para tamu sedang menyantap hidangan didalam istana besar Zhaoram. Raja dan Ratu juga ikut bergabung bersama para bangsawan dilantai atas. Sedangkan Yura kembali menuangkan anggur kedalam gelasnya. Matanya menatap kesekeliling, sangat susah mengenali orang-orang. Hampir semua tamu menggunakan topeng mata.
"Ravos, aku sarankan kau sebaiknya menyuruh gadismu itu melepaskan zanzinya itu. Memakai barang palsu dari benda terhormat itu terlihat seperti penghinaan untuk pangeran kita."
Ravos menoleh kearah gelungan rambut Yura. Sedangkan gadis itu sedang sibuk meminum anggurnya menghiraukan perkataan Calissa. Ia menatap kristal merah yang tertanam pada zanzi itu. Hanya orang-orang bodoh yang mengatakan kalau benda itu palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
X A V I E R A || The Hidden Amalgamous
FantasiYura mengalami hal yang tak terduga. Ia merasakan suatu hal yang mereka sebut dengan kematian. Peristiwa itu tepat terjadi saat ia baru saja menginjak usia 18 tahun. Namun siapa sangka, ia kembali bangun. Tapi anehnya ini bukanlah alam yang ia tempa...