A Man in the Red Robe

369 162 6
                                    

Tidak ada angin yang membuat daun pepohonan disini menari ria. Semakin kesini aura suram nan kelam semakin gesit memasuki tulang sum-sum. Tumpukan tebal dedaunan dan ranting mati seakan berusaha menyembunyikan jutaan misteri.

Yura melangkahkan kakinya kesulitan. Tumpukan dedaunan disini seperti sudah tak terjamah ratusan tahun. Bermacam aroma tak karuan terus menghampiri indra penciumannya.

'krek'

Lihatlah sekarang, ranting-ranting pohon dibalik dedaunan mati ini terus mengaduh kesakitan saat Yura menginjakkan kakinya. Yura mengangkat kembali kakinya dan kembali melanjutkan perjalanan.

Namun setelah beberapa langkah, pandangannya terhenti pada sesuatu dibalik tumpukan dedaunan ini. Itu terlihat seperti ruas-ruas jemari biasa ia temukan di buku-buku science.

Sedikit ragu Yura berusaha mendekat dan meraih ranting panjang didekatnya untuk meyibakkan dedaunan yang menjadi penghalang.

Ah, tidak mungkin. Bisa saja itu hanya tulang belulang kera besar disini~ sanggah batin Yura saat otaknya mulai berpikir logis ketika dedaunan itu mulai menyingkir dan memperlihatkan tulang tulang yang tak lagi bersatu.

Namun sepertinya otaknya akan menang kali ini. Tulang belulang itu adalah kerangka manusia. Bisa dilihat dari baju bercampur tanah yang membalutinya. Dan juga ada sebuah botol bambu bertali didekatnya.

"Apakah yang ku injak sedari tadi itu juga-" Cepat-cepat Yura menggelengkan kepalanya. Itu hanya membuat bulu kuduknya merinding.

Pantas saja saat ia mulai memasuki dasar jurang ini, ia terus saja dihantui aroma-aroma tak karuan. Ternyata inilah penyebabnya. Sangat bohong jika Yura mengatakan dirinya sama sekali tak tergubris saat mengetahui hal ini.

Yura melihat petanya dan memandang ke sekeliling. Hanya pepohonan besar dan dinding jurang tinggi yang menjulang. Sekarang Yura paham. Mungkin tulang belulang tadi berasal dari mereka yang jatuh dari atas sana. Atau mungkin mereka menjadi mangsa sesuatu. Sesuatu? Refleks Yura melihat ke segala arah waspada. Benar kata orang-orang, imajinasi kepala kitalah yang menakuti kita sendiri.

Yura mempercepat jalannya. Bagaimanapun ia harus segera melewati jurang busuk ini dan menemukan hutan Quietus segera.

Bagaimana bisa para Virtuoler dan kaum Demonix sangat nekad memasuki hutan ini dan mengorbankan nyawa mereka. Padahal mereka sudah tahu hutan ini sangat berbahaya~Pikir Yura ditengah tengah perjalanannya.

"Bukankah sekarang aku juga begitu?" Tanya Yura pada dirinya.

Setelah setengah jam...

Cahaya yang tadinya sangat sulit untuk masuk, sekarang bisa menyentuh permukaan tanah dengan nyaman. Suasana disini sangat berbeda dari sebelumnya. Tidak ada lagi tumpukan daun tebal ataupun aroma-aroma semerbak yang cukup membuat perutnya ingin keluar. Disini sedikit terasa aman, setidaknya sedikit lebih aman dari sebelumnya. Teriknya siang juga sudah bisa Yura rasakan.

"Burung?"

Yura mengerutkan dahinya. Seekor burung kecil berwarna kuning dengan corak hitam menghampirinya. Burung itu seperti berusaha memberi tahunya sesuatu.

"Apa yang kau inginkan?" Mata Yura mengekori gerak gerik burung di dekat kepalanya.

Burung itu terbang menjauh kedepan kemudian menghadapkan tubuh kecilnya ke arah Yura. Refleks Yura menoleh kebelakang dan kembali melihat burung itu.

"Kau ingin aku mengikutimu?"

Tak seperti Syhanom, burung itu hanya bersuara layaknya burung kecil lainnya. Kemudian Yura berjalan mendekati dan burung itupun terbang kedepan sana. Burung itu benar-benar menginginkan Yura mengikutinya.

X A V I E R A || The Hidden AmalgamousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang