Part 10

20.1K 1.6K 10
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kejujuran memang diperlukan, sebab bukan kebahagiaan yang kelak dia dapatkan, tapi sebuah kebohongan, yang akan meruntuhkan kepercayaan."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Di dunia ini, kita sering mengeluh tentang takdir yang digariskan oleh Allah, kepada  manusia. Namun, dibalik itu semua, ternyata Allah mempunyai rencana yang sangat indah untuk para hamba-Nya.

Aresha tidak henti-hentinya bersyukur atas sosok lelaki yang telah dikirim oleh Allah untuk menjadi Imamnya kini.

Lelaki yang mau menerima ia apa adanya, walau kekurangan sangat banyak di dirinya.

"Sayang, Mas nanti ke kantor dulu ya, kamu sekalian berangkat sama Mas."

Suara Arkanza terdengar, membuat Aresha segera menghampiri sang suami yang sudah siap dengan setelah jas rapinya.

Tangan Aresha merapikan dasi, serta membantu menyisir rambut hitam legam yang dimiliki Arkanza.

Sedangkan Arkanza sendiri, terdiam sembari menatap lekat wajah cantik istrinya.

Sudah satu minggu usia pernikahan mereka. Dan, Arkanza memutuskan untuk membawa istri beserta putranya setelah acara pernikahannya, untuk pindah ke rumah yang sudah Arkanza siapkan.

Kecupan hangat, mendarat sempurna di kening Aresha yang mendongak, sang empu terkejut, dan menatap malu Arkanza.

"Mas ihh, Resha belum make up-an masih jelek tau," ujarnya membuat Arkanza terkekeh sembari memeluk gemas tubuh mungil sang istri.

"Gakpapa sayang, kamu udah cantik, walau tidak ada make up di wajahmu," gombalnya menimbulkan semburat merah muda di pipi Aresha.

"Bunda!" seruan dari Gibran, refleks membuat Aresha melepaskan pelukannya.

Ia menoleh pada suaminya yang sudah duduk sempurna di kursi meja makan.

"Kenapa sayang?" tanya Aresha setelah Gibran sampai didepannya.

"Giblan gak mau pelgi sekolah!" katanya dengan wajah cemberutnya.

Arkanza menatap istri dan putranya yang sedang berinteraksi, senyuman manis, terpatri diwajahnya.

"Loh, kenapa gak mau? Sekolah itu, biar Gibran jadi anak pintar, kalau Gibran pintar,  yang senang siapa?"

Assalamu'alaikum My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang