Part 25

16.1K 1.3K 63
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kalau pergi, bisa membuat luka tertutupi. Maka, pergilah. Sebab, terlalu lama memendam benci, tidak baik untuk kesehatan hati."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Satu bulan berlalu dengan cepat, akan tetapi, sikap Aresha masih sama. Dingin, datar, dan bahkan tidak tersentuh sama sekali.

Arkanza sudah berkali-kali meminta maaf, dan berusaha menjelaskan. Namun, Aresha masih tetap dengan kemarahannya.

"Sayang, Mas berangkat dulu ya," pamitnya kepada sang istri yang hanya diam, sembari memakan makanannya.

Arkanza mendekat, dan melabuhkan kecupan di kening Aresha, akan tetapi, sang istri hanya diam bak patung.

Senyuman tipis, Arkanza perlihatkan pada sang istri, walau cuek yang ia terima saat ini. Dengan penuh kelembutan, Arkanza menekuk kedua lututnya, dan mengusap lembut perut Aresha yang membuncit. Usianya, sudah enam bulan, ia sangat senang. Sebab, anaknya tidak terjadi apa-apa, walau janinnya sempat lemah waktu itu.

"Assalamu'alaikum My Wife, Mas berangkat. Kalau mau kemana-mana, bisa minta tolong Faisal untuk mengantar. Oke?"

Arkanza mendongak, menatap raut datar Aresha. Ia menghela nafas panjang, dan berdiri sempurna. Sekali lagi, ia mengusap pucuk kepala Aresha yang tertutup jilbab.

Lantas, berlalu pergi, meninggalkan isakan kecil yang Aresha keluarkan.

"Wa'alaikumsalam, Mas ...." lirih Aresha, sembari menetralkan tangisnya.

Rasa benci yang Aresha rasakan, tidak sebanding dengan cinta yang ia miliki, untuk sang suami. Satu bulan ini, Aresha mati-matian, untuk menebalkan hati, sebab kelembutan, serta perhatian Arkanza. Membuat ia hampir merasa lemah.

Namun, kembali lagi pada kebohongan yang telah apik disembunyikan Arkanza selama empat tahun, membuat hatinya kembali mengeras. Emosi yang ia tahan selama delapan tahun, karena selalu merasa khawatir dengan sosok lelaki yang telah merenggut kehormatannya tiba-tiba datang. Tetapi, ternyata. Lelaki tersebut, yang telah menemaninya, selama empat tahun. Dan mirisnya lagi, semua fasilitas yang ia terima, seakan hanya bentuk rasa tanggung jawab Arkanza.

"Aku akan menemui Nayla," gumamnya, setelah bisa mengontrol tangisnya.

Segera, ia berganti pakaian, dan memakai gamis yang cukup besar, sebab ia tidak ingin, anak yang ia kandung merasa sesak, apabila ia memakai pakaian yang kekecilan.

Setengah jam, Aresha bisa melewati kemacetan dengan naik taksi, sebab ia tidak ingin diantar oleh Faisal. Bukan karena apa-apa, Aresha tidak ingin terlalu bergantung pada fasilitas yang diberikan oleh Arkanza.

Assalamu'alaikum My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang