16

582 115 3
                                    

Selamat Membaca ~











"Winter, siap-siap gih, kita mau makan malam di restoran ntar."

"Hah? Sama siapa ma?" Tanya Winter

"Papa sama Asahi."

Winter cuma mengangguk. Setelah ibunya keluar dari kamarnya, dia mengambil handuk dan bersiap untuk makan malam.







"Kamu suka sama restorannya Win?"

"Suka pa."

"Winter--Asahi, sebenernya tujuan kita makan malem diluar, karena ada yang mau papa dan mama omongin sama kalian berdua."

Winter dan Asahi saling melirik. Mereka berdua menghentikan acara makan sebentar.

Ayah mereka nampak menghela nafas.

"Apa kalian belum bisa menerima pernikahan kami?"

Mereka berdua tersentak. "Bisa kok pa, apa pun yang ngebuat kalian bahagia Winter setuju."

"Lalu kenapa kalian keliatan nggak akrab? Bahkan seperti orang asing, papa tau kalian nggak pernah berangkat dan pulang sekolah bersama," ujar ayahnya lagi.

"Kita cuma belum terbiasa, lagipula aku nerima mamanya Winter, begitupun sebaliknya," ucap Asahi.

"Tapi sudah setahun lebih, dan kalian belum terbiasa? Apa kalian nggak nyaman dengan keluarga ini?"

"Nggak gitu pa, kita bakal berusaha lebih dekat lagi," ucap Winter.

Ayahnya tersenyum, "Papa harap kalian makin akrab, mulai besok sekolah bareng ya?"

Asahi dan Winter mengangguk. Mereka rasa udah saatnya mereka memperbaiki hubungan persaudaraan mereka.



"Asahi, Winter?"

Asahi dan Winter menatap Daehwi, yang kini juga menatap mereka.

Haduh, si Daehwi lagi, pasti besok langsung heboh di kelas batin Winter.

"Eh om--tante."

Daehwi menyalimi kedua orang tua Winter dan Asahi. Dia jadi merasa nggak enak udah menganggu acara makan keluarga ini.

Ayahnya Asahi dan Winter tersenyum, begitupun dengan ibunya.

"Temannya Asahi dan Winter?"

Daehwi mengangguk menanggapi ucapan ibunya mereka.

"Saya pamit ya om tante, maaf ganggu, Asa, Win, duluan ya!"

Keluarga itu mengangguk. Winter menatap punggung Daehwi yang semakin menjauh. Besok Asahi dan Winter harus menjelaskan kejadian malam ini.
















Pagi ini tak seperti pagi biasanya. Pasalnya Asahi orang yang biasa berangkat sendiri, kini berjalan berdua dengan seorang gadis cantik.

"Duh berasa buat dosa gue."

"Santuy aja, mereka nggak bakal bunuh lo."

Winter hanya mendengus, memang dia tidak akan dibunuh hanya karena ditatap oleh orang-orang itu.






Mereka tiba di kelas, semua penghuni sudah menatap mereka dengan pandangan bertanya.

"Kalian pacaran ya?" Tanya Jaehyuk.

Terselip nada sedikit kesal pada ucapannya.

"Bukan, kita saudara tiri."

Semuanya diam. Dugaan mereka salah. Daehwi memang yang memberi info kalau kemarin malam Asahi dan Winter makan malam bersama keluarga. Tapi hubungan keduanya belum jelas.

Jadi warga kelas ngira mereka dijodohin. Kan bisa aja.

"Sejak kapan?" Tanya Mashiho.

"Kelulusan SMP, sebelum masuk SMA, dan juga setelahnya gue pindah," jawab Asahi.

Jaehyuk menatap Asahi dengan pandangan kecewa. Asahi menyembunyikan hal ini dari dia dan teman yang lainnya.

"Kenapa lo sembunyiin hal ini?" Tanya Jaehyuk pelan.

Asahi menyadari bahwa Jaehyuk kecewa padanya. Asahi menghela nafas.

"Gue cuma belum siap cerita Jae."

"Haha segitu nggak pentingnya kita buat lo Sa, sampe-sampe lo nyembunyiin ini, setahun lebih, gue kecewa sama lo."

Diam, semuanya nggak ada yang berani cegah Jaehyuk pergi. Mashiho bahkan hanya diam di tempatnya. Terlalu tiba-tiba.

"Win, kenapa nggak pernah cerita?" Tanya Nako.

"Sorry."

Lagi, masalah terus datang tanpa ada solusi. Mereka juga bingung, kenapa banyak sekali masalah.











"Hitomi gak masuk kelas?" Tanya Pak Mingyu, guru olahraga mereka.

"Nggak pak, dia ijin ada acara keluarga," ujar Mashiho.

"Ya udah, tanding basket yang putra dulu, yang putri bisa menonton dari pinggir lapangan."

Semua bergerak sesuai perintah Pak Mingyu.

Tim pertama diketuai Beomgyu, tim kedua diketuai oleh Chenle. Keduanya bermain santai. Namun secara tiba-tiba Beomgyu menabrak bahu Chenle, yang membuat lelaki berkulit putih itu marah.

"Lo bisa main santai kan Gyu?"

"Gue nggak sengaja."

Chenle emosi, Beomgyu menjawabnya dengan nada meremehkan. Tapi Chenle menahannya.

Pertandingan dilanjutkan, tapi suasana makin keruh. Ketika hendak mencetak angka, tak sengaja bola basket yang dilempar kencang malah menabrak papan ring dan mengenai kepala seorang gadis cantik.




"SHIN RYUJIN!"












Terima kasih sudah membaca ~

CLASSMATE | 01 Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang