27

571 105 3
                                    

Selamat Membaca ~








"Maafin Hitomi hiks, tapi Hitomi nggak kuat."

Hitomi lagi ada di pinggir jembatan. Dia udah tau kalo peringkat dia turun. Dia nggak sengaja denger omongan guru yang lagi ngebicarain peringkat umum siswa.

Dengan sedih dia kabur dari sekolah. Dia kalang kabut, kalo dia pulang dia yakin bakalan dipukulin sama ayahnya.

"Kakak Hitomi udah nggak kuat, hiks."

Sakura, kakak Hitomi adalah orang yang selalu ada untuk Hitomi. Pas kakaknya meninggal dia sedih banget. Lebih sedih lagi karena ibunya harus masuk RSJ dan ayahnya yang perlakukan dia kayak robot. Ayahnya juga kasar banget ke dia.

"Kalo aku nyusul kakak, apa ayah bakal sedih?"

Hitomi naik ke jembatan. Dibawah jembatan ada danau, jalanan ini emang sepi, apalagi sekarang udah malem.

Hitomi nutup mata dia loncat, berharap setelah ini dia nggak membuka mata lagi.

"Kak, aku pengen ikut kakak."






"HITOMI!"

Terlambat. Hitomi sudah jatuh ke danau. I.N memarkirkan motornya sembarangan.

Dia naik ke jembatan dan loncat ke danau.

Please bertahan, jangan tinggalin kita batin I.N











"PUNTEN MAMANG!"

"Woi dodol yang bener manggilnya!"

"Terus gimana caranya Chan?"

"Gini nih, PUNTEN GOPUD!"

"Sama aja bahlul!"

Denise ngegeplak kepala dua orang yang bikin kerusuhan depan rumah orang ini.

Denise ngetok pintunya, nggak lama ayah Hitomi keluar.

Iya, mereka beneran mau seret ayahnya Hitomi. Eh nggak, maksudnya ajakin nyari bareng.

"Ada apa kalian kesini?" Tanya ayah Hitomi dingin.

"Kasi masuk dulu atuh om, nggak enak ngobrol depan pintu, pamali."

Ayahnya Hitomi mengangguk, dia membuka lebih lebar pintu rumahnya.

"Om beneran nggak mau bantu cari Hitomi?" Tanya Sungchan.

Yang ditanya menggeleng.

"Om ayahnya atau bukan sih? Hitominya hilang bukannya dicariin malah santai-santai dirumah," ujar Yuri sinis.

Mereka udah gedeg banget sebenernya sama ayahnya Hitomi. Santai banget responnya.

"Om tau nggak sih, apa aja yang dialamin Hitomi?"

Ayahnya Hitomi diam mendengar pertanyaam Denise.

"Hitomi nggak baik-baik aja, dia tertekan. Om pernah gak sih mandang dia sebagai Hitomi, bukan sebagai kakaknya? Om pernah gak sih nanya dia pengen apa? Om pernah nggak sih ngebanggain apa pencapaian dia terlepas juara berapapun itu? Om pernah nggak sih ada di samping dia pas dia sedih atau sakit?"

Semua pertanyaan dari Denise jawabannya tidak. Dia terlalu egois, sehingga dia memperlakukan Hitomi dengan buruk.

"Saya tau om sedih dengan meninggalnya kakaknya Hitomi. Tapi apa om pikir Hitomi nggak sama sedihnya seperti om?" Tanya Sungchan lagi.

Lagi tak ada respon dari lelaki paruh baya ini.

"Kapan terakhir kali om ngeliat Hitomi ketawa bahagia?" Tanya Daehwi.

Dia tetap diam. Dia ingat, terakhir kali Hitomi tertawa bahagia itu, ketika keluarganya masih lengkap. Ketika kakaknya masih bersama keluarganya, ketika ibu mereka masih menemani mereka.

Ayah Hitomi menunduk. Dia berpikir, apa dia sejahat itu kepada Hitomi?

Ponsel Sungchan berdering, dia mengangkatnya.

"Kita ke rumah sakit, Hitomi coba bunuh diri dengan loncat ke danau."

Ucapan Sungchan membuat mereka panik. Dengan segera mereka semua menuju ke rumah sakit yang dikirim I.N

Ayahnya Hitomi juga ikut dibelakang sana. Ia membawa mobil sendiri.

Jangan lagi, papa mohon bertahan demi ayah, ayah menyesal.






Satu chapter lagi menuju ending. Papay guys
Terima kasih sudah membaca ~

CLASSMATE | 01 Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang