curiga

18 2 0
                                    

Assallamualaikum guyssss, aku seneng banget akhirnya bisa up cerita ini lagi, semoga aja pembaca setia SATNATA gak kabur sksk.

Btw ada yang kangen aku gak? Author berharap banget malah 😭

Yaudah lah, jangan lupa ya tinggalkan jejaknya!  Selamat membaca ...

****

Pagi ini, Ibel berjalan menuju kelasnya melalui koridor kelas Ips. Tanpa disengaja, Ibel mendengar suara bisik-bisik dari salah satu kelas. Ibel yang penasaran segera melangkahkan kakinya mendekat kearah suara. Ia melihat Arsa dan Felicia yang sedang berbicara dengan serius, apa hubungan Arsa dan Felicia? Mengapa mereka berdua sangat dekat.

"Inget lo harus bikin dia berdua putus dan saling membenci satu sama lain," ucap Felicia.

"Gak mungkin kayak nya, lo bilang dia udah tunangan. Gak semudah itu memisahkan orang yang sudah bersatu."

Ibel mendengar itu mengerngitkan dahinya, tunangan? Apa maksud itu semua.

"Tinggal lo buat Nata emosi pun udah bikin mereka akan retak, jadi gak usah lo repot-repot."

Deg!

Ibel menutup mulutnya, meremas tangannya kuat-kuat. Apalagi yang akan dilakukan oleh Felicia, mengapa Felicia tidak pernah kapok dengan ancaman Nata.

Ibel berniat untuk melanjutkan langkahnya, memundurkan sedikit kakinya dan berjalan lebih jauh dari pintu agar Felicia dan Arsa tak curiga.

•••

Pada waktu yang bersamaan, Felicia menyadari Ibel yang berjalan didepan kelas yang Ia pakai. Felicia tersenyum licik dan langsung menepuk bahu Arsa.

"Tuh liat, si Ibel. Cepat jalan bareng ke kelas sama dia," suruh Felicia dan dijawab anggukan oleh Arsa.

Arsa berjalan keluar, berlari kearah Ibel yang sudah jalan didepannya. Arsa langsung merangkul Ibel sedangkan Ibel tersentak kaget karena ada tangan kekar yang mengalung di bahunya.

"Hai, barengan ya ke kelas," ucap Arsa.

Ibel mencoba untuk melepaskan rangkulan Arsa namun, nihil.

"Maaf, lepas," ucap Ibel berusaha bersikap biasa.

"Kenapa? Ada yang marah emang?" tanya Arsa.

"Yaudah lepas dulu," ucap Ibel semakin memberontak.

Arsa segera melepas rangkulannya, tersenyum kearah Ibel dan menyeka rambut Ibel, "maaf ya."

Ibel hanya mengagumkan kepalanya, "bisa-bisanya lo bekerja sama Felicia si cewe gak tau malu," dumel Ibel.

"Apa Bel?"

"Hah? Enggak kok, yaudah gue duluan," ucap Ibel lalu berlari pergi meninggalkan Arsa.

•••

Sedari tadi, ada beberapa orang yang mengawasi Ibel dan Arsa. Salah satu dari beberapa orang itu sudah sangat kesal melihat kejadian tadi.

Saat melihat Ibel sudah berada di ujung tangga, Ia segera membalikkan badannya membuang muka karena tak ingin menatap pria dibelakang Ibel. Sedangkan Ibel yang menyadari kedatangan teman-temannya segera menghampirinya.

"Hai," sapa Ibel. Semuanya menjawab, kecuali Nata.

Ibel berjalan kearah Nata, berdiri ddisamping Nata, "Nat," panggil Ibel namun, Nata tak merespon sama sekali.

"Nata?" panggil Ibel sekali lagi namun, hasilnya sama. Nata terdiam.

"Nata lo kenap ...."

"Ayo pergi," ucap Nata memotong ucapan Ibel.

Nata berlenggang pergi meninggal terlebih dahulu teman-temannya, sedangkan teman-temannya hanya mengikuti Nata dari belakang. Tira melihat Ibel sangat sedih, ada apa dengan Ibel? Apakah Ibel sedang memiliki masalah dengan Nata?

Tira berjalan mmendekat kearah Ibel, mengusap lembut bahunya.

"Kenapa sih? Punya masalah sama Nata?" tanya Tira.

Ibel menggelengkan kepalanya, menahan agar air matanya tak jatuh. Hatinya terasa sakit melihat sikap Nata yang acuh padanya, "Nata salah paham, gue gak kenal siapa Arsa. Gue gak pernah punya urusan sama Arsa tapi Nata terus salah paham."

Tubuh Ibel bergetar, bibirnya keluh. Air matanya sudah terjun bebas tanpa diijinkan olehnya, "gue dari awal udah curiga," ucap Ibel kepada Tira.

"Kenapa?"

Ibel menggelengkan kepalanya, air matanya semakin turun dengan deras. Tira menarik Ibel dalam pelukannya. Membiarkan sahabatnya menuangkan segala kesedihannya.

•••

Kini geng Augloas sedang berada di rooftop, Nata berdiri di dinding pembatas. Menghirup napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak terpancing emosi. Nata memundurkan langkahnya, turun dari atas dinding dan bersender di dinding.

Bugh!

Satu pukulan keras mendarat pada tembok dihadapan Nata, berkali-kali Nata memukul tembok itu hingga sela jari-jarinya mengeluarkan darah. Sedangkan, teman-temannya hanya melihat Nata dari jauh, berusaha untuk tidak mendapat pukulan juga dari Nata.

"Lo kenapa Nat?" tanya Jino.

"Kalau ada masalah cerita sini," susul Roy.

"Foto yang kemarin?" tanya Zaki, membuat sorot mata tajam Nata mengarah padanya.

Zaki meneguk salivanya kasar, "sorry."

Nata tak menghiraukan lagi ucapan Zaki, Ia membanting kasar bangku yang ada dan bergegas pergi meninggalkan ketiga temannya.

•••

Saat ini Ibel dan Tira sedang mengikuti langkah kaki Arsa. Pria itu berhenti di kelas yang tadi Ibel mendengar pembincangannya dengan Felicia. Wanita itu, Felicia. Masih dengan wanita yang sama, Arsa berbicara dengan dengan Felicia secara berbisik.

"Bagaimana?" tanya Felicia.

Arsa mengangguk, menatap Felicia lekat.

"Good job."

"Terus gue harus ngapain lagi?" tanya Arsa cuek.

"Tugas lo tinggal 1 lagi."

"Apa?"

"Deketin terus Ibel sampai akhirnya Nata minta putus and tugas lo selesai," ucap Felicia.

Ibel dan Tira sama-sama kaget saat mendengar itu, otak picik Felicia terlalu memaksakan untuk mendapatkan apa yang Ia mau.

Saat Felicia dan Arsa sedang berbincang, tanpa disengaja Tira memundurkan langkahnya dan menubruk tempat sampah yang ada, membuat tempat sampah itu jatuh. Seketika Felicia dan Arsa menoleh kearah pintu, menatap curiga. Sedangkan Ibel dan Tira gelagapan harus melakukan apa.

"Ada-ada aja lo mah," ucap Ibel sambil menarik Tira.

Langkah Felicia dan Arsa semakin dekat kearah pintu, saat didepan pintu Felicia dan Arsa mengelilingkan pandangannya namun, tak melihat sama sekali seseorang yang ada.

Sedangkan Ibel dan Tira. Kini mereka sedang bersembunyi di kelas samping, bersembunyi di balik meja guru. Berharap agar tak ketahuan oleh Felicia dan Arsa.

Setelah merasa aman, Ibel mencoba untuk berjalan kearah pintu. Mengintip, ternyata sudah aman. Ibel menyenderkan badannya di didinding mengatur napasnya lalu pergi dan diikuti oleh Tira.

****
Nah bagaimana guys setelah 7 bulan gak baca cerita ini?  Masih bisa mengerti alurnya taua udah mulai lupa nih?  Yang lupa aku saranin baca dari awal aja ya:)

Semangat terus buat baca part-part selanjutnya dan jangan lupa jangan kesehatan!

Salam,

Zahra Zainal

SATNATA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang