The Leader²¹

14.1K 1K 33
                                    

HAPPY READING
||

Sudah seminggu lamanya Alvin terbaring dibrankar, hingga saat ini belum ada tanda-tanda ia akan terbangun.

Aira masih setia menggenggam tangan Alvin, Varo sendiri sedang duduk disofa seraya menatap kedua orang itu.

"M....mom," bibir Alvin tiba-tiba bergerak pelan.

"M...mom," lirih Alvin, Aira yang merasa ada yang bersuara lalu mendongak menatap anaknya. Perlahan mata Alvin terbuka.

"Boy, ini mommy," Aira berdiri dari duduknya, ia semakin mendekat pada putranya, Varo yang melihat itu lalu, berjalan kearah mereka, ia berdiri disamping kanan Alvin.

"Mom."

"Iya sayang ini mommy," Aira menatap putranya dengan berlinang air mata.

"D...daddy," Alvin menatap Aira dengan mata yang sudah berair.

"Daddy disini boy," ucap Varo dengan lembut, ia sama sekali tidak menyangka jika ia sudah memiliki putra, bahkan ini seperti mimpi.

Alvin perlahan menatap kearah Varo. "Dad?" Lirihnya.

"Iya ini Daddy Alvin," Varo mencium kening Alvin.

"Alvin punya daddy," air mata Alvin mengalir, ia selama ini sangat merindukan sosok Daddy, sosok ayah, dan sosok pelindung bagi dirinya dan mommnya, dan akhirnya ia mendapatkan itu.

"Jangan menangis boy," Varo mengusap air mata Alvin.

"Alvin sayang Daddy."

"Daddy juga sayang Alvin," Aira menatap hangat pada kedua orang itu, mungkin dulu ia bertekad untuk menyembunyikan Alvin dari Daddynya, namun saat ini ia berubah pikiran, ia tak ingin Alvin hidup tanpa seorang ayah ataupun orang tua yang lengkap.

Ceklek.. pintu terbuka, dokter masuk kedalam ruangan disusul oleh kedua orang tua Aira.

"Apa dia baru saja sadar?" Tanya dokter Dani.

"Iya dok," jawab Aira.

"Saya periksa dulu," dokter Dani kemudian memeriksa Alvin. Mereka hanya menatap Alvin dengan rasa bersyukur.

Beberapa menit kemudian.

"Tuan muda masih butuh perawatan intensif, tuan muda belum sepenuhnya pulih," ucap Dokter Dani.

"Terimakasih Dok," ucap Mama Aira.

"Jika begitu saya permisi dulu," setelah mengatakan itu dokter Dani kemudian berjalan keluar ruangan.

"Dad," panggil Alvin. Varo kemudian menatap kearah Alvin.

"Ada apa boy?" Tanyanya.

"Alvin ingin Daddy," Alvin menatap Varo dengan wajah polos membuat mereka ingin mencubit pipinya.

"Jadi apa langkah selanjutnya?" Tanya Papa Aira.

"Maksud papa?" Tanya Aira.

"Apa kalian tidak ingin menikah?"

Degggg...

Aira menatap Varo dengan terkejut. "Tidak pah, tanpa menikah kami masih bisa mengurus Alvin," kata Aira.

Varo menatap tajam kearah Aira. "Tapi Alvin butuh orang tua yang lengkap." Bagaimana pun ia harus memiliki Aira, dengan adanya Alvin membuatnya selangkah lebih maju.

"Apa lagi yang kurang lengkap, aku ada dan kau ada, itu sudah cukup sempurna," kata Aira.

"Sebaiknya kalian bicarakan berdua nanti, tidak baik membicarakan ini didepan Alvin," tegur mamanya Aira.

"Maafkan aku mom," Aira beralih menatap Alvin, yang juga sedang menatap kearah mereka.

Drttt...

Pons Aira berbunyi, ia kemudian menatap layar ponselnya disana tertera nama Orin. Aira menatap mereka.

"Aku keluar dulu," Aira berjalan keluar ruangan.

Aira kemudian menekan tombol hijau. "Ada apa?" Tanyanya.

"Ada mata-mata bos," Kata Orin disebrang sana.

"Apa maksudmu?"

"Kami menemukan adanya mata-mata disekitar rumah sakit bos," jelas Orin.

"Kerahkan para bodyguard untuk berjaga diruangan Alvin" titah Aira.

"Dan cari tau siapa mata-mata itu," lanjutnya.

"Baik bos," Aira kemudian mematikan sambungan telponnya, saat akan berbalik ia seperti menabrak tembok.

"Siapa yang menghubungimu?" Tanya Varo.

"Ehmmm... Calon suamiku," ucap Aira dengan asal.

"Jangan berani bermain-main dengankua Aira," tekan Varo.

"Ck, siapa yang bermain-main denganmu, kau tidak lihat aku sedang berdiri," kesal Aira.

"Dengarkan aku, jangan pernah bermain dengan pria lain dibelakang ku atau kau akan menerima akibatnya," setelah mengatakan sebuah ancaman pada Aira, Varo kemudian berjalan kembali keruangan.

Dilain tempat.

"Bos, Varo ternyata mempunyai seorang putra," ucapan itu membuat pria yang sedang bermain golf, menghentikan pergerakannya.

"Dia mempunyai anak?" Tanyanya.

"Iya bos, umurnya sudah sekitar 3 tahun lebih bos," kata orang itu.

"Bahkan bocah itu belum menikah bagaimana bisa mempunyai anak," ucap pria itu.

"Kami juga tidak tau bos."

"Ahh sepertinya menarik, jika ku jadikan umpan untuk menguasai pulau emas itu," kekeh pria itu.

"Pantau terus mereka jangan sampai lolos," titah pria itu.

"Baik bos."





Next...
Jangan lupa vote and commen
:)

THE LEADER OF MAFIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang