HAPPY READING
VOTMEN SEBELUM MEMBACA
YOK BISA YOK.Mereka kemudian pergi ke lapangan hitam, malam ini malam yang paling mencengangkan bagaimana tidak ratusan bahkan ribuan mobil berwarna hitam dengan lambang FW dikap mobil kiri dan kanan memenuhi jalan, mobil Aira dan Varo paling depan diikuti oleh mobil Aksel, Tristan dan Rainer.
45 menit kemudian mereka memasuki area lapangan, disana ada anggota FireWorld yang sedang berbaris rapi, mereka semua turun dari mobil.
"SEMUANYA BERBARIS DISAMPING FIREWORLD," teriak Aira dengan lantang, 500 anggota BloodDevil kemudian berlari dan merapikan diri disamping FireWorld.
Aira melangkah kedepan mereka semua, disusul oleh Varo, Aksel, Tristan, dan Reiner.
"JACK," panggil Aira. Jack kemudian menghadap pada Aira.
"Iya bos."
"Berapa anggota FireWorld?" Tanya Aira.
"500 anggota bos," jawab Jack.
Aira kemudian melirik mereka semua. "KALIAN TAU KENAPA KALIAN DIKUMPULKAN," ucap Aira dengan lantang.
"TIDAK BOS," balas mereka serempak.
Aira kemudian menatap Varo. "Kau saja yang jelaskan," ucap Aira pada Varo, Varo kemudian beridir disamping Aira.
"MALAM INI KALIAN SEMUA AKAN MELAWAN DARK DEVIL DAN FINGER BLOOD," ucap Varo dengan lantang.
"Bos mengapa kita melawan mereka?" Tanya salah satu anggota BloodDevil.
"Karna dia telah menculik putraku," ucapan Varo membuat mereka terkejut, entah dari mana mereka akan bertanya.
"Jack," panggil Aira.
"Iya bos."
"Bagaimana apa kalian sudah mendapatkan dimana keberadaan Alvin?" Tanya Aira.
"Sudah bos mereka berada dimarkas Finger Blood," jawab Jack.
"Apa aku harus memanggil Phonex?" Tanya Tristan yang sedari tadi hanya diam.
"Ah aku akan mengikut sertakan Poison," sahut Rainer.
Mereka kemudian menatap Aksel, Aksel yang ditatapun mengerutkan keningnya. "Aku tidak akan memanggil siapapun," tutur Aksel.
"Terserah kalian saja," ucap Varo kemudian ia memegang tangan Aira dan membawanya masuk kemobil.
"Lebih baik kau memanggil Phonex," saran Aksel.
"Mengapa harus phonex?" Tanya Rainer.
"Karna semua anggota mu nanti disana bukan untuk berperang tapi untuk melawak," kata Tristan.
"Hei itu ciri khas dari Poison," ujar Rainer, Poison memang dikenal dengan anggotanya yang tukang melawak bahkan saat melawan musuh.
"Sudahlah mending kita pergi," mereka semua kemudian memasuki mobil dan menyusul Aira dan Varo menuju markas Finger Blood.
Disisi lain, Jivana, Brayen dan David sedang menatap Alvin Yangs sedari tadi hanya diam menatap mereka.
"Mengapa bocah itu tidak menangis?" Tanya David.
"Aku tidak tau, biasanya bocah seperti dia akan merengek menangis," ucap Brayen.
"Hei bocah mengapa kau tidak menangis?" Jivana angkat suara.
"Apa Alvin harus menangis?" Tanya Alvin dengan wajah tanpa ekspresi.
"Cih, aku tidak tau harus bertanya apa kepadanya," ucap Jivana.
"Sudahlah aku lapar, kita makan dulu sebelum melenyapkan kedua orang tuanya," ucap Brayen.
"Kau jaga dia," titah Brayen pada salah satu bawahannya.
"Baik bos," Mereka kemudian keluar ruangan. Alvin menatap datar kearah bawahan Brayen.
"Alvin ingin makan," tuturnya.
"Tunggu disini," pria itu kemudian keluar dari ruangan.
Alvin tersenyum manis, ia dengan santainya membuka tali yang mengikat tangannya, ia lalu turun dari kursi dan berjalan kesebuah meja, yang diatasnya ada pisau.
"HmM," Alvin berdehem dan mengambil pisau kecil itu, kemudian ia kembali kekursi dan mengikat kembali tali ditangannya.
Ceklek...
Pria itu masuk kedalam dengan membawa nampan yang berisi makanan, pria itu menggeser kursi lain ke hadapan Alvin dan meletakan dikursi itu.
"Bagaimana Alvin makan jika tangan Alvin diikat," tutur Alvin.
"Cih kau menyusahkan mengapa bos tidak langsung membunuhmu saja," pria itu kemudian membuka kembali tali pengikat itu.
"Uncle, ada yang Alvin mau bilang," kata Alvin.
"Bicara saja bocah jangan banyak gaya," tutur pria itu.
"Kesini, ini rahasia uncle," kata Alvin, dengan terpaksa pria itu menundukan diri dan berhadapan dengan Alvin dengan sigap Alvin menusuk mata pria itu hingga ia berteriak hebat.
"Argghhhh,,apa yang kau lakukan bocah," pria itu memegang matanya yang ditusuk pakai pisau, darah bercucuran.
"Kalian berani sekali ingin membunuh Daddy dan mommy, apa kalian tidak tau siapa aku," wajah Alvin berubah jadi datar.
"Sialan kau bo ... Arghhhh," Alvin kembali menusukkan pisau dimata kiri pria itu, tak hanya itu Alvin menusuk perut pria itu.
ARGGHHHH... Teriakan itu membuat Jivana, Brayen dan David berlari masuk kedalam ruangan.
"Ada apa ini... Astagaa apa yang kau lakukan bocah," geram Jivana saat melihat Alvin sedang memegang pisau yang dilumuri darah.
"Kau membunuhnya heh," Jivana mendekat kearah Alvin.
"Bukankah bagus karya Alvin Tante," kekeh Alvin.
"Wah kau bocah kurang ajar anak siapa kau hah," bentak Brayen.
"Jangan membentak Alvin," ucap Alvin dengan penuh penekanan.
"Kau kira kami takut dengan bocah kecil seperti mu," David berdecih.
"Anak kurang ajar," saat Jivana akan menampar Alvin, tiba-tiba suara tembakan menghentikan pergerakan mereka.
Dorrrrrr ...
"Shittt."
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEADER OF MAFIA ✓
ActionTERBIT--- Aira Kenza Liona pemimpin mafia terbesar di Negaranya, karena kesalahan satu malam-tiga tahun yang lalu, mengharuskannya menjadi seorang ibu tunggal diusia yang masih terbilang sangat muda. Alvin Graha Lionel anak berusia tiga tahun, mempu...