The Leader²³

13.4K 1K 30
                                    

HAPPY READING


Setelah dari markas tadi, Aira kembali kerumah sakit, ia berjalan dilorong-lorong rumah sakit, dan masuk kedalam ruangan Alvin.

Ceklek... Aira membuka pintu ruangan, disana hanya ada Alvin sendiri yang masih tertidur pulas, saat akan melangkah suara bariton dari belakang menghentikan langkahnya.

"Dari mana kau," Aira berbalik, ia menatap Varo dengan malas.

"Ehemm... Apa Alvin sudah makan?" Aira mencoba mengalihkan pembicaraan, tak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.

Varo berjalan dan duduk di sofa lalu mengangkat sebelah kakinya. "Apa kau mencoba mengalihkan pembicaraan Hem."

"Lalu apa masalahmu heh," kata Aira.

Varo menatap tajam kearahnya. "Dengar kau istriku, jadi sopanlah berbicara kepadaku," ucap Varo.

Aira mempelototi Varo. "Apa kau sudah gila, menikah saja belum dan kau sudah menyebutku sebagai istri, ah sepertinya otakmu pindah kedengkul," ujar Aira seraya melipat kedua tangannya didepan dada.

"Apa kita harus menikah sekarang," usul Varo.

"Hei dasar gila, aku tidak mau menikah denganmu," ujar Aira.

"Benarkah, jika kau tak mau menikah ya sudah kau menjadi istriku saja," ucap Varo dengan enteng.

"Bodoh, itu sama saja aku menikah denganmu," Aira memutar matanya malas.

Varo tersenyum manis lalu mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. "Ku ingatkan kau jangan sekali-kali kau berhubungan dengan pria lain atau kau akan menerima akibatnya," tekan Varo.

"Jangan mengaturku," suara Aira naik satu oktaf.

Varo mendekat kearah Aira. "Sttt.. kecilkan suaramu sayang kau akan membangunkan putra kita," perkataan Varo membuat Aira ingin muntah.

"Cih, mimpi saja kau dan jangan mengaturku kau tak berhak."

Argghhhh...

Aira terpekik kaget ketika Varo memegang keras bahunya, hingga rasanya retak.

"Jangan memancing emosiku," ucap Varo.

"Le_"

"Mom," Varo dan Aira berbalik menatap kearah brankar, disana Alvin sedang mengucek matanya, ia baru saja terbangun.

"Lepas," Aira menghempaskan tangan Varo, dan berjalan kearaha Alvin.

"Ada apa sayang," Aira mengusap kepala Alvin.

"Mom, Daddy dimana?" Tanya Alvin seraya menatap Aira.

"Kau mencari Daddy boy," Varo mendekat kearah mereka, ia berdiri disamping Aira.

Alvin menatap Varo dengan senang. "Daddy gendong Alvin."

"Baiklah boy," Varo menggendong Alvin.

"Kita akan berjalan-jalan diluar, ayo," Varo membawa Alvin keluar ruangan, Aira yang berada disana menatap cengo kearah mereka, apa maksudnya itu mereka meninggalkannya sendiri, ia kemudian menyusul mereka.

Disisi lain Brayen dan David sedang disebuah club, suara musik mengalun disana.

"Bagaimana apa rencanamu selanjutnya?" Tanya David.

Brayen berfikir sejenak. "Menculik anaknya bagus juga kurasa," ucap Brayen.

"Apa kau sudah mendapat info tentang anaknya?" Tanya David seraya meminum vodkanya.

"Belum, tapi wanita itu aku sudah mendapatkan informasinya."

"Lalu apa yang kau dapatkan?" Tanya David.

"Wanita itu Aira Kenza Liona, hanya itu informasi yang aku dapatkan," David mengaga tak percaya.

"Cih, bawahanmu seperti tak berprofesional, itukah yang namanya informasi? Sebaiknya kau mengganti sekertaris mu itu," usul David.

"Jangan salahkan sekertarisku, salahkan data-datanya hanya itu yang ku temukan, sepertinya dia bukan orang yang biasa," kata Rayen.

"Kita akan menculik keduanya, dan memancing Varo agar memberikan kunci itu kepada kita," ucap David. Tak disangka ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Emm permisi," Brayen dan David menoleh, mereka menatap seorang wanita dengan pakaian seksi.

"Ada apa nona?" Tanya David.

"Apa kalian tadi menyebut nama Aira? Aira Kenza Liona?" Tanya wanita itu siapa lagi jika bukan Jivana, ia tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Yap, apa kau tau wanita itu?" Tanya Brayen.

"Aku tau, bagaimana jika kita bekerjasama," saran Jivana, ia menatap mereka dengan tersenyum miring.

"Apa maksudmu?" Tanya David.

"Aku bisa membantu kalian menyingkirkan Aira," ujar Jivana.

Brayen dan David saling berpandangan. "Kau salah target nona, kami hanya ingin menyingkirkan Varo, bukan wanita itu," kata Brayen.

"Menyingkirkan keduanya tak masalah bukan? Aku akan membantu kalian, dan kalian membantuku," Jivana mencoba menawarkan kerjasama ini.

"Apa yang kami dapatkan dengan membantumu? Dan apa yang kau dapatkan?" Tanya Brayen.

"Kalian akan mendapatkan kunci itu, jangan salah sangka aku mendengar kalian mengatakan tentang kunci itu."

"Dan yang aku dapatkan adalah hal yang semua wanita inginkan," ujar Jivana.

Kening kedua pria itu mengkerut. "Apa itu?" Tanya David.

"Leader FireWorld," perkara Jivana membuat mereka terbelalak kaget.

"Bukankah itu adalah mafia wanita terkuat?" Tanya David.

"Kalian benar, aku menginginkan posisi itu dengan menyingkirkan leadernya," kata Jivana.

"Jangan bilang jika leadernya adalah wanita itu," tebak David.

"Kau benar."

"Jadi bagaimana apa kalian mau bekerjasama denganku?" Tanyanya.

Mereka menimang-nimang dahulu. "Baiklah kita akan menyingkirkan keduanya," kata Brayen.

"Jadi apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" Tanya Brayen.

Jivana tersenyum miring. "Kita akan lihat saja nanti," entah rencana apa yang akan mereka lakukan nanti.




Nextt...
Jangan lupa vote and commen...
Gasskeunn ngenggggg 🐘💨

THE LEADER OF MAFIA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang