Mengandung typo
||Varo pulang kerumahnya dengan perasaan kesal, bisa-bisanya Aksel mengatakan itu, awalnya ia kira Aksel akan mendukungnya tapi ini malah sebaliknya.
"Ini tidak bisa dibiarkan," gumam Varo.
Drttt....
Drttt.....Ponsel Varo berdering, ia kemudian menatap ponselnya sebelum menekan tombol hijau.
"HmmM."
"Bos, markas diserang," ucap Cris bawahan Varo.
Dor...
Dorr...Varo yang mendengar suara tembakan disebrang sana langsung naik pitam. "Sial amankan semua barang kegudang bawah tanah, aku akan kesana sekarang."
Varo bergegas berlari keluar rumah, ia masuk kedalam mobil, Varo tau persis siapa yang menyerang markasnya yang berada diindonesia Finger Blood, mafia itu memang tak ada kapok-kapoknya untuk mencuri sebuah kunci emas milik Varo.
Jangan remehkan kunci emas itu, kunci itu hanya satu namun, kunci itu menyimpan banyak harta benda didalam ruangan yang berada disuatu pulau yang tak diketahui letaknya oleh orang lain, hanya Varo dan keluarganya lah yang tau.
Disisi lain, Aksel pulang kerumah dengan perasaan kesal, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Varo.
"Shitt," umpat Aksel, Ia merebahkan dirinya dikasurnya.
"Aku tidak akan membiarkan Varo mempermainkan Aira," gumam Aksel. Ia lalu bangkit dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Diruang keluarga ada Alvin yang sedang bermain, ia menyusun lego ditemani oleh Alex.
"Makan dulu yuk," ucap Aira pada Alvin.
"Nda mom, Vin mau main," kata Alvin tanpa melirik kearah mommynya.
"Makan dulu, nanti lanjutin mainnya," Aira mendekatkan sendok yang berisi nasi kearah Alvin, Alvin dengan terpaksa memakan nasi yang disodorkan padanya.
"Pinter anak mommy," ucap Airin seraya tersenyum kearahnya putranya."Dia sudah besar sekarang," batin Aira. Ia menatap kearah putranya, hatinya nyeri ketika mengingat jika suatu hari nanti Alvin akan kembali lagi bertanya siapa Daddynya.
Apa harus Aira katakan pada Varo jika dia adalah wanita yang waktu itu, namun melihat ke brengsekan Varo membuat Aira harus berfikir beberapa kali.
"Hei," Aira terkejut karena tepukan dibahunya.
"Ada apa?" Tanya Aksel, yang ikut duduk di karpet.
"Tidak kak," ucap Aira seraya menetralkan keterkejutannya.
"Apa ada yang menggangu pikiranmu?" Tanya Aksel dengan penuh selidik.
"Am ... Tidak, aku hanya memikirkan untuk bekerja dimana nanti," alibi Aira.
Aksel menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau tidak diterima disana?" Tanya Aksel.
"Yaa awalnya aku diterima, tapi aku langsung mengundurkan diri," kata Aira, ia menyuapi Alvin kembali.
"Kenapa?" Tanya Aksel.
"Aku rasa, aku tidak cocok bekerja di perusahaan itu kak," ucap Aira.
"Apa yang membuatmu tidak cocok atau Varo mengganggumu?" Selidik Aksel pada adiknya.
"T ... Tidak mana mungkin," Aira tak mungkin menceritakan pada kakanya itu jika Varo menginginkan ia bercerai dengan Aksel padahal itu hanya sebuah kebohongan semata.
"Bagus," ujar Aksel.
Aira mengerutkan keningnya. "Maksud Kakak?" Tanya Aira.
"Bagus, kau telah mengundurkan diri sebelum bekerja terlalu jauh," ujar Aksel.
"Aku tidak mengerti," ucap Aira seraya menatap kakaknya dengan tatapan bertanya-tanya.
"Kita bicara berdua saja," Aksel kemudian berdiri dan berjalan kearah taman belakang. Aira menatap punggung kakaknya entah apa yang akan Aksel bicarakan.
"Kalian main berdua dulu ya," ucap Aira pada Alvin dan Alex.
"Oke mom," Aira kemudian mengikuti langkah Aksel, sementara Alex menatap kepergian mereka dengan penasaran.
"Apa maksud dari pembicaraan mereka," batin Alex. Sebenarnya ia sendiri sedari tadi menyimak pembicaraan Aira dan Aksel namun ia tidak mau ikut campur, karna ia sendiri tak tau apa yang terjadi sebenarnya.
Disisi lain Aksel dan Aira sedang duduk dibangku taman belakang.
"Sebaiknya kau berhati-hati dengan Varo," peringat Aksel.
"Varo? Apa CEO di perusahaan itu?" Tanya Aira.
"Ya, dia sahabat kakak, tapi kakak peringatkan berhati-hati lah dengannya, dia sepertinya tertarik denganmu," ucapan Aksel membuat Aira sedikit terkejut.
"Apa maksud kakak?" Tanyanya.
"Kau tau dia meminta izin kepadaku untuk dekat dengan, tapi aku tidak akan mengizinkan dia."
"Kau tau dia pria brengsek, bisa-bisanya dia meminta dirimu padaku, disisi lain dia sedang mencari seorang wanita," entah mengapa ucapan Aksel membuat Aira sedikit tak nyaman.
"Wanita?"
"Wanita yang pernah ditidurinya 4 tahun lalu," ucap Aksel.
Aira membolakan matanya, bagaimana bisa pria itu mencarinya, sedang Aira mati-matian menghindar darinya.
"Ada apa dengan wajahmu, kau sakit?" Tanya Aksel, pasalnya wajah Aira kini menjadi pucat.
"Tidak, aku hanya sedikit ya ... Terkejut," ucap Aira.
"Maka dari itu kau harus menjauh darinya, kakak tau seperti apa dirinya, dia tidak akan berhenti jika belum mendapatkan sesuatu yang dia inginkan" Aksel kemudian berdiri dan meninggalkan Aira ditaman belakang. Aira menghela nafas kasar, sepertinya ini akan sulit.
Nextt..
Gimnaaa...aing bingung....
Gasskeunn ngenggggg 🐘💨
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEADER OF MAFIA ✓
AçãoTERBIT--- Aira Kenza Liona pemimpin mafia terbesar di Negaranya, karena kesalahan satu malam-tiga tahun yang lalu, mengharuskannya menjadi seorang ibu tunggal diusia yang masih terbilang sangat muda. Alvin Graha Lionel anak berusia tiga tahun, mempu...