"Belikan aku tisu," ucap Varo entah kepada siapa ia berkata seperti itu, namun merasa dirinya yang dimaksud Orin kemudian mendekat kearah penjual minuman, yang juga menjual tisu.
"Kau tidak menangis?" Tanya Varo, ia kira bocah ini akan meraung-raung menangis, tapi ternyata diluar ekspektasi, bocah itu malah masih santai tanpa merasakan sakit.
"Ini tuan," Orin memberikan tisu kepada Varo, ia kemudian membuka tisu itu dan membersihkan darah yang keluar dari lutut Alvin.
"Alvin."
"Alvin," teriakan itu membuat Alvin dan Orin mengalihkan pandangan, tidak hanya mereka berdua tetapi Varo juga mengalihkan pandangannya pada Aira.
"Mom Alvin disini," teriaknya, Aira menatap kearah Alvin yang sedang berdiri, ia kemudian mendekat kearah mereka.
"Apa yang terjadi Orin?" Tanya Aira pada Orin.
Orin yang ditanya gugup. "Aa... anu nyonya tuan mu_"
"Aku terjatuh mom," perkataan Alvin membuat Aira melotot kearah Orin.
"Kau, bagaimana bisa putraku bisa terja... Astagaa lututmu berdarah boy," ucap Aira panik, ia ikut berjongkok, ia sendiri belum sadar jika ada Varo disana.
"Ini tidak sakit mom, paman itu yang menolongku," tunjuk Alvin pada Varo yang juga sedang berjongkok, Aira kemudian melirik kearah Varo, hingga matanya membulat sempurna.
Deggg....
Aira menatap kaget kearah Varo, lalu mengalihkan pandangannya kearah putranya.
"Gawat!" batin Aira.
"Cantikk," batin Varo.
"Kita pulang," Aira berdiri lalu menggendong putranya dengan kasar, Varo yang melihatnya langsung ikut berdiri.
"Hey kau menyakitinya," ucap Varo dengan spontan.
Tanpa merespon ucapan Varo, Aira malah menatap putranya. "Maafkan mommy, ayo kita pulang," ucapa Aira pada putranya.
"Tapi paman," Alvin menatap kearah Varo.
"Sudahlah. Terimakasih telah menolong putraku," tanpa basa-basi Aira langsung pergi dari hadapan Varo.
Varo yang melihat Aira tergesa-gesa pergi menatapnya heran, ada apa dengan wanita itu, namun tak lama kemudian ia tersenyum smirk.
"Menarik," gumam Varo saat melihat kepergian mereka. Dengan senyum smirik yang masih melekat dibibirnya Varo pergi kembali ketaman menemui keponakannya.
Disisi lain Aira dan Alvin sudah berada dalam mobil, Aira sendiri sedang berfikir dengan pria yang menolong anaknya yang tak lain adalah Varo.
"Apa dia mengenaliku? Ah sepertinya tidak, syukurlah," batin Aira. Ia benar-benar khawatir jika Varo mengenalinya.
"Mom," panggil Alvin.
Aira menatap putranya yang sedang duduk disampingnya. "Iya boy."
"Mom bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanya Alvin, ia merasa sedikit takut, pasalnya sudah kesekian kalinya ia menanyakannya ini.
"Tanyalah," perasaan Aira sedikit tidak enak, saat Alvin ingin menanyakan sesuatu.
"Apa Alvin mempunyai daddy?" Pertanyaan yang dilontarkan Alvin membuat beban dihati Aira bertambah, sudah ia duga pasti Alvin akan menanyakannya lagi.
"Boy kau mempunyai daddy," ucap Aira, ia berusaha tersenyum pada putranya.
"Dimana Daddy mom?" Tanya Alvin.
"Boy, daddy sedang kerja ditempat yang jauhh sekali," ucap Aira seraya menggerakan tangannya diudara dengan posisi horizontal.
"Kenapa Daddy harus kerja, kan mommy sudah banyak uang," ucap Alvin.
"Kau tidur saja boy, jangan banyak tanya," ucap Aira dengan nada tegas, ia tidak akan mampu menjawab pertanyaan dari putranya ini. Ia tidak akan mengatakan jika daddnya adalah pria yang menolongnya tadi.
"Huh," Aira menghembuskan nafas kasarnya, ia benar-benar ingin melupakan kejadian itu, namun kembalinya Varo membuatnya kalang kabut, ia takut Varo akan mengambil Alvin darinya, cuma Alvin lah satu-satunya yang ia punya.
"Mom aku ingin tidur," kata Alvin, Aira kemudian mengangkat putranya dan memangkunya.
"Tidurlah," ucap Aira dan seperti biasa dia akan menepuk-nepuk pelan pundak putranya agar Alvin cepat tertidur."Bos, apa tidak ingin memberitahu orang yang tadi menolong tuan muda adalah daddynya?" Tanya Orin.
"Bicara apa kau Orin, dia orang asing aku tidak akan membiarkan siapapun memberitahunya," ujar Aira dengan nada tegas.
"Tapi Bos, tuan muda membutuhkan orang tua yang lengkap bos," lanjut Orin. Orin tau segala-galanya termasuk Erga tangan kanan Aira.
"Berhentilah membual Orin, kau tau aku sama sekali tidak keberatan jika harus mengurus putraku sendiri tanpa Daddynya," jelas Aira.
"Maafkan aku bos."
Aira lagi-lagi menghela nafas kasar, ia sungguh malas membahas hal ini, dan tanpa ia sadari ternyata Alvin tak tidur sama sekali, itu hanya alibinya tadi agar mommynya tak marah.
"Dad," batin Alvin. Ingin sekali dirinha memeluk pria itu tadi, mengapa mommynya berbohong kepadanya. Dan ternyata pria yang menolongnya tadi adalah daddynya.
***
Setelah mengantar keponakannya ketaman tadi, kini Varo berada didalam kamarnya, ia sedang berdiam diri dibalkon seraya meminum sekaleng Coca-Cola.
"Bahkan wajahnya terngiang-ngiang di pikiranku," gumam Varo, ketika mengingat wanita itu lagi yang tidak lain adalah Aira.
"Apa dia sudah mempunyai suami? Dan itu anak mereka cih," Varo menaikkan sebelah alisnya, baru kali ini ia sebegitu tertariknya dengan seorang wanita.
"Sepertinya dua wanita tak masalah," kekeh Varo, entah apa yang akan ia lakukan. Varo kemudian menelfon seseorang.
"Cari identitas wanita yang ditaman tadi," perintah Varo, dan tanpa basa-basi ia lalu menutup terlfonnya.
"Sayang sekali kau sudah mempunyai suami, tapi itu tak masalah tinggal singkirkan saja kan, ini resiko untukmu karna telah membuatku tertarik," Varo tersenyum miring.
"Aku hampir saja melupakan wanita itu dimana dia, jika wanita itu hamil maka aku akan menikahnya lalu bercerai dengannya, dan aku akan menikah dengan wanita yang ditaman tadi," ucapnya dengan senang, lagi-lagi dia berfikiran gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEADER OF MAFIA ✓
AcciónTERBIT--- Aira Kenza Liona pemimpin mafia terbesar di Negaranya, karena kesalahan satu malam-tiga tahun yang lalu, mengharuskannya menjadi seorang ibu tunggal diusia yang masih terbilang sangat muda. Alvin Graha Lionel anak berusia tiga tahun, mempu...