Setelah 15 menempuh perjalan, Akhirnya Aira dan Alvin sampai disebuah taman, mereka keluar dari mobil dan tak disangka ternyata ditaman banyak anak-anak yang sedang bermain.
"Mom," Panggil Alvin.
Aira kemudian menatap anaknya "ada apa boy?" Tanyanya.
"Mom aku ingin bermain disana," Alvin menunjuk kearah perosotan, Aira mengikuti arah pandang putranya.
"Baiklah kita akan bermain disana," Aira kemudian berjalan memasuki area taman, sementara Orin mengikut dibelakang, setelah sampai di perosotan, Aira menaikkan putranya diatas perosatan.
Diwaktu yang sama dan ditempat yang sama Varo datang bersama dengan keponakannya Gilang.
"Uncle aku ingin bermain itu," bocah tujuh tahun itu menunjuk kearah ayunan, tanpa banyak bicara Varo membawa Gilang kesana. Varo mendudukan Gilang di ayunan itu, dan berdiam diri tepat disampingnya.
Gilang menatap Varo. "ayolah uncle ayunkan aku," kata Gilang. Dengan malas Varo berjalan kebelakang Gilang dan mulai mendorong ayunan itu kedepan.
"Apa aku harus mendorongnya dengan kuat," gumam Varo.
"Yeeey, ini sangat menyenangkan uncle," ucap Gilang ia merasa dirinya sedang terbang.
Setelah beberapa menit bermain ayunan, kini Gilang merasa tenggorokan sudah kering, ia membutuhkan air minum."Uncle stopp," Varo kemudian menahan ayunan itu agar Gilang tak mengayun kedepan lagi.
"Kenapa?" Tanya Varo ia menatap keponakannya.
"Aku haus uncle, Gilang ingin minum," ucapnya, tau apa yang dimaksud keponakannya.
"Kau tunggu disini" Varo kemudian berjalan menuju tempat penjual minuman yang tak jauh dari taman bermain anak-anak.
***
Aira sendiri sedang memegang putranya agar tak jatuh dari perosotan, namun dering handphone mengalihkannya.
Drrtttt....
Drrrttt..Aira menatap putranya. "sebentar ya boy, mom akan mengangkat telfon dulu," ucap Aira.
"Baik mom," Aira kemudian berjalan beberapa langkah kebelakang perosotan, meninggalkan Alvin yang duduk diatas perosatan, dengan ditemani oleh Orin.
"Paman, Alvin haus," ucapnya Alvin sembari menatap kearah Orin.
Orin melirik kearah tuan mudanya "Nyonya belum kembali tuan," katanya.
"Tapi Alvin haus paman," mata Alvin mulai berkaca-kaca, karena tidak tega Orin kemudian mengangkat Alvin dan menggendongnya.
"Paman turunkan Alvin, Alvin ingin berjalan sendiri," ucapnya.
"Tapi_"
"Alvin ingin turun," Alvin memotong perkataan Orin, dengan nada tak ingin dibantah, dan dengan berat hati Orin mengikuti ucapan tuan mudanya.
Alvin berjalan kearah penjual minuman, diikuti oleh Orin yang berjaga-jaga dibelakang, jangan sampai anak bosnya ini terjatuh apalagi terluka.
"Paman," panggil Alvin pada penjual minuman itu.
"Paman," panggilnya lagi.
"Siapa yang berbicara," kata penjual itu pasalnya ia tak melihat ada orang didepannya selain pria dengan tubuh atletis siapa lagi jika bukan Varo.
"Paman, Alvin dibawah sini," penjual dan Varo melirik kebawah dan benar saja disana ada Alvin yang sedang berdiri.
"Ada apa anak kecil?" Tanya penjual itu.
"Paman Alvin haus," ucap Alvin, bukannya memberikannya minuman penjual itu malah melirik Varo dan seditik kemudian melirik kearah Alvin.
"Apa anda ayahnya tuan?" Tanya penjual itu pada Varo.
Varo menaikkan sebelah alisnya. "Bukan," ketus Varo.
"Tapi wajah anda dengan bocah itu sangat mirip," kata penjual itu. Varo sendiri terdiam sejenak dan kembali melirik kearah Alvin, yang ditatapnya juga menatap dirinya dengan pandangan datar.
"Kenapa paman menatapku?" Tanya Alvin dengan datar.
"Bahkan anak ini seperti diriku," batin Varo.
"Tidak," Varo menjawab dengan nada datar.
"Dan cara bicara kalian sama," ucap penjual itu.
"Paman Alvin ingin minum," ucap Alvin lagi, sungguh ingin sekali ia mencongkel mata penjual itu.
"Ah ini minumanmu," penjual itu kemudian memberikan Aqua botol kepada Alvin.
"Apa kau bisa memegangnya anak kecil?" Tanya penjual itu.
"Apa paman melihatku sebagai bocah lemah?" Tanyanya kembali, membuat Varo tersenyum tipis. Sementara penjual itu terkejut, bagaimana bisa anak kecil ini begitu pintar berbicara.
"Tidak, kau bocah yang kuat," ucap penjual itu.
Alvin hanya menatap datar keatas, karena posisinya mereka berdiri, dan Alvin yang belum tumbuh terlalu tinggi harus mendongak agar bisa melihat mereka."Paman Orin bayarkan ya," ucap Alvin, ia melirik kearah Orin sembari tersenyum manis.
"Cih, bocah ini cepat sekali mengubah ekspresi wajahnya," gumam Varo.
"Baik tuan muda," Orin kemudian mengambil uang dari saku celananya, lalu membayarnya.
Alvin kemudian berbalik dan berjalan kembali keperosotan, namun baru beberapa langkah, Alvin disambar oleh seseorang hingga dirinya terjatuh ditanah, dan menyebabkan kakinya sedikit tergores.Brukkk...
"Tuan muda," Orin panik ketika bocah itu terjatuh, Varo yang mendengar itu, lantas berbalik, dan langsung berlari mendekat kearah Alvin yang masih tengkurap, Varo kemudian membantu Alvin untuk berdiri.
"Siapa yang menabrak anak ini hah," entahlah mengapa Varo tiba-tiba merasa ingin marah.
"Maafkan aku tuan, aku tidak melihat jika ada bocah disana," ucap pria yang menabrak Alvin tadi.
Varo kemudian berdiri. "apa kau buta hah," Orin yang melihat Varo marah kemudian mendekat kearah mereka.
"Tenanglah tuan, tuan muda saya tidak apa-apa, dan kau berhati-hati lah jika sedang berjalan," ucap Orin.
"Sekali lagi maafkan aku," ucap pria itu, Orin kemudian menggangguk, pria yang menabrak Alvin lantas menjauh dari mereka.
Varo beralih menatap Alvin yang sedang mengusap lututnya yang sedikit berdarah, Varo yang melihat itu tiba-tiba hatinya merasa khawatir, ia kemudian berjongkok, menyamakan tingginya dengan Alvin. "Apa sakit?" Tanya Varo pada Alvin.
Alvin melirik kearah Varo. "Tidak paman, aku tidak merasakan apapun," jawab Alvin seraya melirik kembali luka dilutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEADER OF MAFIA ✓
AcciónTERBIT--- Aira Kenza Liona pemimpin mafia terbesar di Negaranya, karena kesalahan satu malam-tiga tahun yang lalu, mengharuskannya menjadi seorang ibu tunggal diusia yang masih terbilang sangat muda. Alvin Graha Lionel anak berusia tiga tahun, mempu...