HIATUS
Mengandung typo
||
Varo kini sedang berada diruang kerjanya, ia sedang berkutat dengan berkas-berkasnya, tak lama kemudian suara pintu dibuka mengalihkan pandangannya.Ceklek...
"Bos," ucap Ciko.
"HmmM," Ciko berjalan kearah Varo.
"Bos, ada penembakan di salah satu mall milik anda dijakarta," perkataan Ciko membuat Varo mengenyit.
"Bagaimana bisa?" Tanyanya.
"Mereka adalah suruhan Dark Devil bos, informasi yang saya dapatkan, mereka sedang ditugaskan untuk membunuh seorang wanita bos, dan kebetulan wanita itu sedang berada di mall milik anda bos," jelas Ciko.
"Lihat rekaman cctv mall," Ciko kemudian mengotak-atik tab yang dipengangnya, hingga menampilkan kejadian-kejadian yang dimall tadi.
Ciko lalu menyerahkan tab itu pada Varo, beberapa detik setelah melihat rekaman cctv itu, keningnya kembali mengkerut.
"Aira?" Gumamnya, ketika melihat Aira sedang menggendong putranya dan bersembunyi dibalik tembok. Varo melihat dengan seksama semua rekaman itu mulai dari Aira menebak anggota Dark Devil, hingga ia sampai dilantai satu.
"Apa-apaan itu mengapa dia ceroboh dengan membawa anak itu ketempat yang berbahaya," entah mengapa Varo marah ketika mereka hampir saja ditembak oleh salah satu anggota Dark Devil.
"Apa dia ingin membuat putranya mati heh," geram Varo.
"Keluarlah," titah Varo, Ciko kemudian menunduk dan keluar dari ruangan Varo.
Varo sendiri mengepalkan tangannya, dia tidak marah saat mallnya berantakan dan banyak pecahan kaca, ia marah karna wanita itu bisa-bisanya mengahadapi mereka dengan menggendong Alvin, itu sama saja menyerahkan dua nyawa.
"Shitt, siapa sebenarnya Aira," gumamnya, ia juga bingung mengapa wanita seperti Aira bisa menguasai pistol, cara menembak, bahkan dengan menggendong Alvin pun ia bisa melewati para orang-orang yang ingin menembaknya, dan kenapa bisa Aira mempunyai banyak bodyguard.
Varo mengeluarkan ponselnya dan menelfon seseorang.
"Cari tau tentang Aira," titahnya pada seorang disebrang sana.
"Hei, kau sudah tau kan Aira adalah adik Aksel, untuk apa lagi kau mencari tau tentang dirinya," kesal pria disebrang sana siapa lagi jika bukan Tristan.
"Bacot, aku tidak mau tau kau harus mendapatkan informasinya malam ini dan besok kirimkan diemailku," ucapnya sebelum ia mematikan sambungan telponnya secara sepihak.
"Kau semakin membuatku tertarik," kekeh Varo saat mengingat Aira.
Drrttt...... Drtttt.....
Telfonnya bergetar. "Mom," gumamnya saat melihat siapa yang menelfonnya.
"Halo mom," ucap Varo.
"Dasar anak nakal, aku menyuruhmu mencari wanita itu, bukan menyuruhmu ke Indonesia," dumel wanita paruh baya disebrang sana.
"Tenang lah mom, aku sedang mencarinya tenang saja," ucap Varo dengan malas.
"Kau, sudah berapa kali kau mengatakan itu, dan hasilnya tetap sama kau tidak dapat menemukannya," ucap mommynya.
"Hei mengapa kau mengambil ponselku," omel mommy Varo disebrang sana, entah kepada siapa ia berkata seperti itu.
"Halo, kau jangan dengarkan mommy mu, sebaiknya kau segera menemukannya dan menikahinya," kini Daddy Varo lah yang menyuruhnya menikahi wanita itu.
"Mom, aku akan tanggung jawab, tapi tidak dengan menikahinya," ucap Varo.
"Apa maksudmu, kau tanggung jawab tapi tidak menikahinya, apa kau gila heh," teriak Mommynya dari sebrang sana.
Varo mengusap telinganya. "Mom, aku akan membiayai hidupnya mom," ucapnya.
"Mommy ingin kau menikahinya, bukan membiayai hidupnya," kesal mommynya.
"Mom aku sudah punya calon istri mom."
"Bocah nakal, anak siapa lagi yang kau ganggu heh," dumel mommynya.
"Dia adalah adik dari sahabatku mom."
"Sahabatmu yang mana Tristan?Aksel? Atau Rainer, setauku mereka tidak mempunyai adik perempuan," kata Daddynya.
"Ck,mom...dad...aku kerja dulu dah," tanpa menunggu jawaban dari kedua orang tuanya, Varo langsung mematikan sambungan telponnya. Varo memijit pelipisnya, wanita itu lagi, memikirkannya membuat dirinya muak, apa wanita itu tidak ingin meminta tanggung jawab, dan berhadapan dengannya langsung, agar dirinya tidak terus mencarinya.
Disisi lain Aira berada dirumah mewah berlantai empat rumah ini berada dipinggiran kota hingga tak terlalu bising.
"Mom, Alvin lapar," ucapan Alvin membuat Aira seketika menepuk jidatnya.
"Astaga maafkan mom sayang, kau mau makan apa Hem," Aira lupa anaknya belum makan dari tadi sore (Alvin kurus kerempeng kek saia).
"Mom, Alvin mau bubur ayam," kata Alvin.
"Sebentar yah mommy masakkan," Aira kemudian berjalan kedapur meninggalkan Alvin yang sedang menonton kartun dua bocah botak, siapa lagi jika bukan Upin dan Ipin, dibelakang Alvin ada dua bodyguard yang sedang berdiri menjaganya.
Aira sendiri sedang berkutat dengan peralatan dapur, dan semua bahan-bahan untuk membuat bubur ayam, tak hanya itu ia memasak beberapa makanan untuk para bodyguardnya. Aira salah satu leader yang memperdulikan seluruh para bawahannya, bahkan ketika ada Aira akan berlibur dulu, pasti hampir seluruh anggota FireWorld ia bawa.
Tak lama kemudian, semua masakan telah selesai ia kemudian berjalan menuju ruang tengah.
"Ayo boy kita makan," Aira menggendong Alvin. Ia beralih menatap kedua bodyguardnya.
"Panggil yang lain kesini, kita akan makan," titah Aira.
"Baik bos," mereka kemudian keluar, untuk memanggil tiga bodyguard yang Aira bawa. Sedangkan bodyguard lainnya pulang kemansion.
Aira berjalan keruang makan, dan mendudukan putranya, karna Alvin masih pendek jadi ia dibuatkan bangku khusus agar bisa menjangkau meja makan. Lima orang bodyguard kemudian mendekat kearah Aira.
"Duduklah, kalian muat saja sendiri," kata Aira, ia mulai menyuapi Alvin dengan telaten.
"Bos tidak makan?" Tanya Irgon saat melihat bosnya tidak meletakan apa-apa dipiringnya.
"Makanlah deluan, aku akan menyuapi Alvin terlebih dahulu," ucapan Aira membuat mereka menghentikan pergerakan mereka.
Aira menatap mereka dengan bingung. "Ada apa?"
"Kami akan menunggu bos," Aira mengehela nafas, beginilah mereka ketika sedang berada dimeja makan, mereka tidak akan menyentuh apa-apa jika Aira tidak memulainya.
Nextt...
Gimana....gimnaa ..
Jangan lupa vote and commen...
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEADER OF MAFIA ✓
AksiTERBIT--- Aira Kenza Liona pemimpin mafia terbesar di Negaranya, karena kesalahan satu malam-tiga tahun yang lalu, mengharuskannya menjadi seorang ibu tunggal diusia yang masih terbilang sangat muda. Alvin Graha Lionel anak berusia tiga tahun, mempu...