05. Don't Leave Me

1.5K 220 27
                                    

Terbaring tak berdaya selama 2 tahun belakangan ini membuat kim hee sun merasa sangat ingin marah. Ia benar-benar merasa jika dirinya sangatlah merepotkan anak dan cucu nya maupun orang lain.

2 tahun belakangan ini kim hee sun di diagnosis terkena penyakit stroke. Berawal dari kaki sebelah kirinya yang tak bisa bergerak hingga kini menyerang seluruh anggota tubuhnya. Rasanya sangat menyesal saat mengingat bagaimana jahatnya ia sewaktu masih sehat dulu.

Apakah ini merupakan balasan dari tuhan karena ia sudah memfitnah sang mantan menantu, dan secara tak langsung merusak hubungan keluarga sang anak menjadi hancur. Tak banyak yang dapat di lakukan kim hee sun selain menyesali semuanya dan menangis tanpa bersuara.

Jika saja tuhan mengizinkan nya untuk sembuh seperti awal, ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk meminta maaf kepada song hye kyo atas semua perbuatannya. Bahkan ia akan kembali mengajak mantan menantunya untuk tinggal bersama seperti dulu.

Tapi, apa daya dirinya yang sudah tak bisa berjalan. Jangankan berjalan, berbicara saja ia tak bisa. Pintu ruang rawatnya nampak terbuka, ia hanya mampu melirik kehadiran sang cucu.

"Nenek, kenapa kau menangis? Apakah ada yang sakit" kim hee sun sangat ingin menjawab ucapan sang cucu, tapi mulutnya begitu berat seolah-olah ada sebuah tangan yang menutupnya.

"Apa kau kembali memimpikan, eomma?"

Yah, jennie sangat tau betapa takutnya nenek nya untuk tidur. Ayahnya maupun asisten rumah tangga selalu bercerita jika kim hee sun sangat amat takut untuk tidur, karena ia sangat ketakutan saat mendapatkan mimpi di mana sang mantan menantunya yang ingin membalas dendam untuk dirinya.

"Tenanglah nek, aku selalu ada di samping mu. Dan aku berjanji tak akan pernah memaafkan eomma, demi mu. Aku bersumpah akan terus membencinya seumur hidupku" Ujar jennie, yang mulai meraih lembut tangan yang berbalut perban infus itu.

"Aniya, jennie-ya. Eomma mu merupakan orang yang amat baik dan tulus, disini nenek lah yang bersalah" Lirih hati kim hee sun

..........

Jam pelajaran telah usai, dan hari ini tumben sekali rosé tidak mendapatkan bullyan dari siswa di sekolahnya. Dan tentu itu rasanya sangat berbeda. Namun di satu sisi ia cukup tenang karena kini ia kan pulang dalam keadaan yang masih bersih, tidak dengan bauk amis seperti biasanya.

Tentu rosé sangat lelah untuk terus berbohong pada ibunya, kaki nya itu terus menelusuri koridor yang sepi ini. Hingga tubuhnya terbawa menuju sebuah ruangan yang amat gelap dan juga di penuhi debu.

Sepertinya dugaan rosé salah besar, baru beberapa menit ia sangat senang tak mendapati bullyan. Dan kini 5 butir telur sudah mengotori seluruh tubuhnya. Tak lupa juga 2 bungkus tepung dan 6 botol air yang membuat adonan ini tambah lengket di tubuhnya.

Rosé hanya mampu berdiam diri, jika biasanya ia akan selalu tegar. Nampaknya kini ia sudah amat rapuh, terbukti dari beberapa tetesan air mata yang sudah membasahi lantai ruangan ini. Berbagai merek ponsel mahal memenuhi di hadapannya. Jangan lupakan tawaan yang amat miris untuk rosé.

"Omo! Bagaimana bisa jennie  sunbaenim. Dekat dengan sih kumuh ini" Ucap seorang gadis yang sudah berdiri tepat di hadapan rosé.

"Ngomong-ngomong kau mengunakan ilmu apa eoh? Hingga membuat jennie sunbaenim bisa menjadi dekat dengan mu?" Rosé masih menahan dirinya untuk tidak terpancing oleh ucapan yoo Jeong-yeon

"Ah, aku tau kau berkerja menjadi asisten rumah tangga di rumahnya bukan? Dan setelahnya kau akan mengambil satu persatu harta keluarganya bukan?"

Rosé yang sudah tak tahan pun mengepal kuat kedua tangannya, dengan gerakannya yang tiba-tiba ia pun mulai menampar kuat pipi jeongyeon hingga gadis itu terjatuh. Semua yang menyaksikan pun terkejut bukan main, sebab ini kali pertama mereka melihat rosé yang melawan saat di injak-injak.

"Jaga ucapanmu jeongyeon-ssi" Ujar rosé yang masih sangat kesal.

"Arghhh!! Tanganku! Argh... sakit sekali. Sepertinya lengan ku patah"

Rosé membulatkan matanya, ia tak melakukan apa pun pada tangan jeongyeon tapi kenapa gadis itu merasakan begitu kesakitan. Saat di tatapan tajam ternyata yoo jeong-yeon berbohong, ia bahkan sempat tersenyum remeh ke hadapan rosé.

Rosé pun mulai memuntahkan saliva nya tepat di wajah yoo jeong-yeon dan segera pergi meninggalkan ruangan ini. Bahkan kini ia nampak tak peduli dengan akhir dari ini. Mungkin saja video ataupun foto yang mereka ambil akan tersebar. Dan membuat rosé harus di berhentikan dari sekolah ini.

Tapi ia belum siap untuk melihat sang ibu bersedih dan marah besar terhadap nya. Tapi percayalah, rosé juga manusia yang memiliki batas untuk bersabar. Kaki itu terus berlari sekuat tenanga dan diringi setiap isakan yang keluar dari mulut rosé.

"Rosé-ya..."

Rosé memberhentikan larinya tepat beberapa km dari seorang pria yang sedang berdiri tepat di samping dari kendaraan roda duanya. Rosé masih terus menangis, sedikit menarik nafas nya. Rosé kembali berlari mendekat pria itu.

"O-oppa~"

Rosé memeluk erat pria yang ia panggil oppa itu, seakan tak kuat dengan semuanya. Rosé menumpahkan seluruh kekesalan dan juga kesedihannya di dada bidang milik kai. Tentu kai sama sekali tak keberatan, lagian ia tau seberapa kejamnya siswa di sekolah rosé saat membully gadis malang ini.

Kai juga sudah pernah mencoba untuk memberi pelajaran pada salah satu murid yang membully rosé, tapi hasilnya nihil. Bahkan saat itu kai juga ikut di bully dengan mereka. Setelah cukup lama menangis di dada bidang kai, akhirnya tangisan itu meredah.

"Kajja!, oppa baru saja membelikan mu hoodie. Sekarang kau harus mandi, setelahnya kita akan makan tteokbokki. Arraseo?" Rosé menganggukan kepalanya pelan. Dan mulai naik ke motor yang selalu menemai dirinya dan kai saat berpergian.

..........

Tak terasa malam pun tiba, namun cuca nampaknya sangat tak mendukung. Di luar sana nampak hujan yang begitu lebat di temani oleh berbagai sahutan petir. Walaupun suhu disini terasa sangat dingin dan menusuk-nusuk.

Tapi sama sekali tidak melunturkan semangat rosé untuk melayani berbagai pesanan kopi maupun makanan, di saat hujan seperti inilah yang sangat rosé sukai. Selain pengunjung yang terus berdatangan untuk berteduh, ia biasanya juga akan mendapatkan beberapa bonus.

Untuk yang sekian kalinya pintu cafe berbunyi, dengan gerak cepat rosé pun mulai berjalan menuju dua pasangan muda yang duduk tepat di ujung ruangan. Dengan sebuah buku menu dan juga sebuah pulpen untuk mencatat pesanan.

"Aku pesan dua kopi café latte, dan satu porsi fruit cake" Ucap seorang pria itu sambil memberikan kembali buku menu itu ke hadapan rosé.

"Nee, tunggu sebentar. Pesanan akan segera saya bawa" sedikit membungkukkan tubuhnya, rosé berjalan menuju dapur untuk memberikan catatan pesanan.

Sementara itu, kedua pasangan muda ini nampak saling menghangatkan satu sama lain. Dengan saling menempelkan gosokan kedua tangan mereka ke wajah satu sama lain.

"Ngomong-ngomong, bagaimana hubungan mu dengan--"

"Argh! Yerin-ssi, ini adalah waktu kita berdua. Berhentilah membahas dirinya, kau tau aku pasti akan sangat merindukan mu. Terlebih kau tau bagimana manja nya dia" Gadis yang bernama yerin itu hanya tersenyum kikuk, tapi ada perasaan tak enak yang bersinggah di hatinya saat ini. Namun ia tak tau perasaan apa itu.

"Arra, aku hanya takut jika hubungan kita akan terbongkar" Pria itu menghela nafasnya samar, ia sebenarnya cukup bosan selalu mendengar kalimat itu dari mulut kekasih nya.

"Sudahlah, ia cukup bodoh untuk semua ini. Kajja, pesanan kita sudah datang. Dari pada memikirkan nya, lebih baik kita menghangatkan tubuh kita"

Rosé datang dengan sebuah nampan berisi dua cangkir kopi hangat dan juga beberapa potong kue yang tersusun rapih di atas piring. Setelah meletakan masing-masing pesanan itu. Rosé dengan segera berjalan meninggalkan sepasang kekasih itu untuk menikmati makanan mereka.

Jambi, 16 juni 2021
Makin hari notif dari wattpad makin sepi:)

Don't Leave Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang