Mobil seharga 3 Milyar itu, melentasi setiap jalan besar kota Seoul ini. Salju masih terus turun menguyuri negri Gingseng ini. Keadaan jalan amat lah licin dan rawan akan kecelakaan, itu sebabnya gadis yang tengah mengemudi itu harus terus fokus pada jalanya.
Walaupun kini nyatanya pikiran gadis itu sudah sedikit kacau, setelah melewati setiap jembatan. Kini mobil mewah itu sudah berada pada jalan gang yang cukup sepi. Mulai memarkirkan mobilnya pada parkiran sebuah apartemen yang menjulang tinggi itu.
Jangan keluar hingga aku memerintahkan mu untuk keluar -19:55 KST.
Jennie membaca pesan singkat itu, ia bahkan tidak tau siapa orang di balik nomor yang tidak ia kenali ini. Namun entah kenapa merasa jika akan ada sesuatu yang benar-benar serius nantinya.
Saat tengah menunggu di dalam mobil mewah ini, Jennie nampak melihat kedua manusia yang sedang bermesraan melintasi tepat di mana mobilnya terpakir. Emosi mulai menjalur ke dalam tubuhnya, ia ingin keluar dari mobil itu dan ingin menghampiri sepasang kekasih itu.
Drrttt...
Ponsel genggam itu berbunyi, dengan segera Jennie mengulurkan tangannya untuk menjawab panggilan yang tak ia kenali itu. "Ingat, jangan keluar sebelum aku memerintahmu" Sambungan itu terputus secara sepihak.
Suara itu, sangat tidak asing di telinga Jennie. Suara yang sangat persis dengan adiknya, Jennie sangat yakin itu. "Nee, Eonnie aku akan pulang segera"
"Eonnie... kau sudah makan?"
"Kapan kau pulang kerumah? Aku butuh kau untuk mengerjakan pr ku"
Kalimat-kalimat itu dapat Jennie ingat jelas, dan ini tidak mungkin orang lain. "Rosé-ya? Itukah kau??" Lirih Jennie, dengan seketika pandangannya tertuju pada seorang yang berdiri di atap gedung itu dengan pakai serba hitam.
Jennie menatap tajam orang itu, hingga sebelah tangan orang itu melambaikan yang Jennie yakini sebuah isyarat untuk dirinya keluar. Menghirup nafasnya panjang, Jennie pun mulai turun dari mobilnya.
Ia berjalan mengendap-endap selayaknya seorang maling. Hingga kini langkahnya sudah terhenti pada sebuah pintu apartemen yang di beri tahu melalui pesan singkat untuknya. Jari telunjuk itu nampak menekan pelan setiap angka yang tersedia pada sisi pintu.
Dan tak lama pintu itu terbuka, dengan gerakan yang amat pelan Jennie berjalan mengendap-endap. Ruangan ini begitu gelap, hanya ada sebuah cahaya remang yang terpantul dari sebuah kamar yang nampak sedikit terbuka.
"Kau yakin semuanya akan berhasil?" Jennie yang tadinya hendak segera menerobos masuk ke dalam kamar itu, tiba-tiba terhenti saat suara seorang wanita mulai menyapa gendang telinganya.
"Eoh, bahkan aku hanya perlu menikahi Jennie dan menceraikannya setelah semua harta warisan maupun harta milik Ayahnya sudah berada di tanganku"
Dada Jennie terasa begitu sesak, air mata mengalir begitu deras dan tak dapat ia tampung saat ini. "Kau yakin?"
"Tentu... kenapa kita malah membahasnya? Ayo aku tidak sabar ingin menyapa putra ku"
Jennie mengepal erat kedua tangan, dia pun mulai membanting kasar pintu kamar itu. Dan terlihatlah kini sang kekasih yang selalu ia banggakan dan selalu ia belain itu sedang bercumbu panas dengan wanita yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Kedua manusia yang sedang berhubungan panas di atas ranjang itu nampak terjolak kaget, kini keduanya seperti seokor cacing kepanasan saat melihat keberadaan Jennie.
"J-Jennie-ya?"
Song Minho, pria itu sudah berjalan memunguti setiap pakaiannya dan segera mengenakannya kembali. Sedangkan wanita yang bernama Yerin itu hanya menutupi tubuh polosnya mengunakan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanficMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...