Seperti hari-hari biasanya, gadis berambut bolnde itu terus menyendiri di saat seluruh siswa di kelasnya maupun di sekolah ini telah puas membullynya. Duduk sendirian di kursi tamanan sekolah, sambil menjemur tubuhnya yang sudah basah kuyup.
Dengan tatapan mata yang masih setia kosong menatap sepasang kakinya, dengan tiba-tiba sebuah lengan putih yang tak kalah kurus darinya memenuhi pandangannya dengan satu buah susu kemasan di tangan itu.
Tentu Rosé terkejut, terlebih saat telah mengetahui siapa orang itu. "Jangan menghindar! Aku hanya ingin berteman" Gadis cantik yang duduk si samping Rosé berteriak cukup kuat.
Berteman? Ini kali pertamanya ada seseorang mendekati dirinya untuk berteman. Awalnya Rosé sedikit termenung memikirkan matang-matang apa yang di ucapkan oleh gadis itu. "Duduklah" Tubuh Rosé tertarik, hingga kini keduanya duduk sangat dekat.
Keadaan begitu canggung, terlebih Rosé dia tidak tau harus berbuat apa sekarang. Jemari-jemarinya itu terus begerak gusar, hingga satu buah kotak susu sudah berada di kedua lengannya dan mampu membuat pergerakan jari itu terhenti.
"T-terimakasih" Balas Rosé dengan kepala yang masih setia menunduk.
"Hm, ngomong-ngomong siapa namamu?" Gadis cantik itu kembali membuka suaranya, dan tentu mampu membuat Rosé sedikit gelagapan.
"A-aku? Song Rosé"
"Ahhh... aku Kim Lalisa"
Rosé hanya mengangguk kepalanya paham. "Eoh? Minumlah... kenapa kau masih menatapnya?" Lisa, gadis berponi yang cantik itu berseruh dengan sedikit terkekeh saat melihat Rosé yang hanya menatap susu kemasan yang ia belikan tadi.
Jika saja ini bukan susu kesukaannya, mungkin saat ini Rosé sudah mengembalikannya pada Lisa. Tapi sialnya, Ini merupakan susu kesukaannya, Susu yang selalu Ibunya berikan untuknya setiap hari. Dan tentu siapa pun orang jika mendapatkan sebuah barang atau makan kesukaan mereka, tidak dapat menolaknya.
Dan itu saat ini sedang terjadi pada Rosé, sedikit mengukir senyuman manisnya. Rosé, pun mulai menancapkan sedotan pada sisi kemasan susu itu dan mulai meneguknya perlahan.
"Sudah hampir 1 bulan aku pindah ke sekolah ini, tapi aku tak pernah melihat mu berkumpul dengan siswa disini"
Rosé pun menghentika minumnya, dengan perlahan ia meletakan susuk kotak itu dan mulai sedikit memperbaiki posisi duduknya menghadap kearah lisa.
"Aku siswa yang bersekolah dengan mengandalkan beasiswa, dan di sini anak yang sekolah menggunakan beasiswa selalu di bully bahkan tak sedikit dari yang di bully mengakhiri hidup mereka dengan cara yang teragis" Lisa nampak terdiam, gadis itu sedikit terkejut saat mendengar penjelasan dari Rosé. Dirinya bahkan tidak tahu ada sebuah peraturan seperti itu.
"Aku baru tau jika ada peraturan seperti itu, jadi maksud mu kau salah satu dari siswa yang di bully?" Rosé mengangguk kepalanya.
"Jadi? Kau masih ingin berteman dengan ku? Disini siapa yang berteman dengan siswa seperti ku maka orang itu juga akan ikut di jauhi bahkan tak segan mereka ikut membully nya" Lisa, sedikit meringis ngilu mendengar kalimat yang terlontar dari Rosé.
Apakah hanya di sekolah ini yang berlaku peraturan seperti ini? Atau bahkan berlaku di setiap sekolah pada negara ini? Lisa benar-benar tidak tahu. "Tentu, aku bahkan tidak peduli. Lagian di sekolahku dulu semua sama saja. Justru siswa yang mendapatkan beasiswa lah, yang akan di perlakukan selayak ratu dan raja. Karena kepintarannya"
Rosé pun pernah berfikir seperti itu, tapi saat dirinya sudah menginjak pada kelas menengah pertama semua tidak sesuai dengan pemikirannya. "Tapi itu sekolah mu dulu, tidak berlaku di sekolah ini" Ujar Rosé mencoba untuk membuat gadis itu tak yakin dan menjauhinya. Sebab dirinya sudah terlalu nyaman berteman dengan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
Fiksi PenggemarMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...