Hujan masih setia membasahi sebagian kota seoul malam ini, cuaca di luar benar-benar dingin. Malam ini rosé tidak kembali ke restoran karena tidak ada telfon dari atasannya jika ia sedang membutuhkan tenanganya. Jadi rosé kembali seperti hari-hari biasanya pulang jam 23:00 KST.
Sudah hampir 10 menit rosé menunggu sendirian di halte bus, namun bus yang ia tunggu tak kunjung datang. Rasanya kini tubuh rosé sudah sangat membeku, saat tengah sibuk mengayun-ayunkan kakinya sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari halte.
Nampaklah seorang gadis dengan sepatu hak tinggi menghampiri nya dengan sebuah payung yang ia bawa untuk melindungi dirinya. Berjalan menuju rosé dan kini gadis itu sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Haii, hari sudah larut. Bus juga mungkin tidak ada, bagaimana jika kau ikut dengan ku? Aku akan mengantar mu" Rosé mendongakan kepalanya menatap arah sumber suara.
"Kamsahamnida sunbaenim, tak perlu lagian aku di sini hanya ingin menunggu hujannya sedikit redah"
Seolah tak mendengar ucapan Rosé, Jennie pun ikut duduk tepat bersebelahan dengan Rosé. Entah apa yang dilakukan gadis itu Rosé benar-benar tak mengerti.
"Mwo? Sedang apa kau di mari?. Pulanglah kau akan sakit sunbaenim" Jennie hanya menggelengkan kepalanya, sambil melontarkan senyuman yang amat manis menurut Rosé.
"Aku akan menemai mu" Rosé membulatkan matanya terkejut.
Tapi lagian ia tak ada menyuruhnya untuk menunggu dirinya, jadi jika Jennie sakit itu bukan kesalahan Rosé. Mereka berdua pun akhirnya sibuk pada kegiatan masing-masing. Hingga perlakukan Jennie yang mampu mengahlikan pandangan Rosé.
"Kau kedinginan?"
"N-nde?, aniya. Aku sama sekali tak merasa kedinginan" Ujar Jennie dengan bibir yang sudah bergetar menahan betapa dinginnya suhu di luar saat ini.
Rosé menganggukkan kepalanya, walaupun ia tau jika kini gadis berdarah song itu sedang berbohong. Tapi lama kelamaan pemandangan ini justru membuat Rosé tidak nyaman dan juga sedikit khawatir.
Rosé mulai bangkit dari duduknya, mengulurkan tangannya kehadapan Jennie. Ia bahkan tak peduli jika gadis itu tak menerimanya, setidaknya ia sudah berusaha bersikap baik.
"Tolong antarkan aku pulang"
Dengan sangat bersemangat Jennie meraih lengang kurus itu, dan segera mereka berdua berjalan menuju mobil mewah yang terparkir. Tak lupa bahkan mereka berdua berjalan dengan berbagi payung.
..........
Pagi kembali menyapa, matahari pagi ini jauh lebih terik dari kemarin. Berusahan membuka kedua bola matanya yang terasa begitu panas, bahkan tubuhnya pun sangat lemas untuk di gerakan. Perlahan tapi pasti gadis berambut blonde ini, menyenderkan tubuhnya di tumpukan bantal.
Kepalanya terasa begitu pusing, saat beberapa menit duduk untuk menetralisirkan rasa tak enak pada tubuhnya. Rosé pun perlahan mulai melangkahkan kakinya keluar kamar.
Terlihatlah sang Ibu yang nampak sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya. Rosé pun segera bergegas untuk membersihkan dirinya lalu ikut sarapan bersama sang ibu. "Wajah mu terlihat sedikit pucat, kau demam sayang?"
Rosé menghindar saat telapak tangan Song hye kyo hendak menyentuh dahi nya. Mana mungkin ia akan mengakui jika dirinya tengah demam, yang ada nanti ia tak akan di diperbolehkan untuk berkerja. Tentu hal itu sangat tidak di sukai Rosé.
"Eomma, aku berangkat dulu hm" Rosé mengecup hangat dahi sang ibu lalu berlalri meninggalkan dapur.
Song hye kyo hendak menahan lengan sang putri, namun kalah cepat dengan pergerakan Rosé. "Ya tuhan, lindungilah putri ku" Do'a song hye kyo, yang sangat tau pasti kini sang anak sedang demam akibat kehujanan tadi malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...