Tidak ada yang menyangka dengan semua perlakuan yang Jennie lakukan tadi, dan Rosé pun tidak tau dari mana Jennie dapat mengetahui jika Jeongyeon hanya bersandiwara. Ia sangat betul-betul ingat jika sore itu tidak ada orang lain selain dirinya dan beberapa geng dari Jeongyeon.
Kini pikiran Rosé entah berpencaran entah kemana, hari ini kali pertamanya Rosé bolos dari sekolah. Rasa untuk belajar pun lama kelamaan sekamin memudar, biasanya jika keadaan Rosé yang kurang mendukung.
Gadis ini lebih sering melampiaskan nya kepada goresan lembut pada kanvas dan menghasilkan sebuah karya yang sangat indah. Hampir 2 jam duduk di kursi taman yang tak jauh dari sekolahnya, Rosé sendari tadi hanya berdiam diri tanpa mempedulikan gadis yang sudah sangat penasaran di sampingnya.
"Kau tidak lelah hanya berdiam diri sendari tadi?"
Rosé mengedipkan matanya beberapa kali, saat ia kembali ke alam sadarnya. Ia hanya tersenyum singkat lalu menggelengkan kepalanya pelan, dan kembali pada tatapan kosongnya.
"Kau tidak lelah terus mengikuti ku?" Kali ini Rosé yang bertanya pada gadia di sampingnya itu.
Dan jennie gadis itu mengikuti jawaban Rosé yang hanya menggelengkan kepalanya, yang ada jennie sangat senang bisa terus ikut dengan Rosé. Walaupun ia tak tau apa penyebabnya, tak lama jennie bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Rosé yang masih setia di posisinya.
Cukup lama Rosé sendiri, dan rasa bosan nampak mulai bersingah di dirinya. Ia pun mulai meraih buku dan pensil nya, dan mulai membuat goresan di atas nya. Ia hanya mengikuti alur dari imajinasi yang bersinggah di otaknya.
Hampir 5 menit membuat goresan di bukunya, dan saat itu juga Jennie datang dengan dua buah es krim di tangannya. Satu untuk dirinya dan satunya nampak berada di hadapan Rosé. "Aku tak tau apa yang kau suka, jadi aku membelikan ini untuk menghibur mu. Ambilah"
Rosé tersenyum sejenak, lalu mulai meraih es krim yang berada di tangan jennie. "Khamsamida" Ucap Rosé.
Sambil memakan es krim nya yang mulai sedikit mencari, mata kucing itu sama sekali tak berkedip melihat tangan putih milik Rosé yang sangat aktif membuat sketsa di atas kertas. Bahkan dengan menggunakan tangan kiri nya Rosé nampak sangat pasih.
"Jangan heran, aku memang kidal sebdari kecil" Jennie menatap wajah Rosé bingung, ia tak mempermasalahkannya. Lagian kidal atau tidaknya Rosé itu hak nya bukan dirinya.
"Aniya, aku hanya kagum dengan gambaran mu. Siapa yang sedang kau gambar, kakak mu?" Tanya jennie bingung. Ia berpikir jika lelaki yang ada di samping Ibu nya Rosé itu merupakan kakaknya, tapi ia tak yakin saat melihat gambar yang Rosé buat.
"Aku anak tunggal"
Setelah mengucapkan kalimat nya, Rosé mulai menyobekan kertas itu. Lalu memberikannya pada jennie, sontak jennie pun menerimanya dengan sangat senang hati.
"Anggap saja itu sebagai rasa terimakasih ku, pada mu yang sudah membela ku tadi"
"Aku akan menerimanya" Ujar Jennie tersenyum manis.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau selalu menggunakan kaca mata. Sunbaenim?" Jennie terdiam. Entah ini hanya perasaan Rosé saja, tapi setelah ia bertanya seperti itu. Jari jemari Jennie nampak bergetar tak karuan.
"Gwanchana?" Tanya Rosé sambil meraih lembut lengan itu.
Jennie membasahi bibirnya yang terasa kering seketika itu, mulai menatap wajah Rosé dari balik kacamata hitam yang terus terpasang di matanya. "Maaf jika aku lancang, tak apa lupakan saja pertanyaan konyol ku tadi" Ujar Rosé tak enak hati. Tapi di sisi lain rasa penasaran terus menghantui dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...