Seminggu sudah berlalu, kehidupan gadis berdarah Song itu nampak baik-baik saja. Semua berjalan baik, terlebih kini dirinya yang sudah seminggu tidak masuk sekolah. Dan semuanya sangat baik-baik saja.
Dengan pakaian yang serba hitam dan tertutup, kaki jenjang itu terus berjalan menelusuri koridor yang ramai akan siswa siswi yang memandanginya. Hari ini gadis berpipi bulat itu mendapatkan sebuah suarat panggilan dari sekolah.
Dan tentu ia sudah tau alasannya, anak yang bersekolah yang mengunakan beasiswa akan di panggil ke sekolah jika tidak masuk ke sekolah selama 3 hari berturut-turut tanpa sebuah alasan yang jelas.
Hanya melewati beberapa ruangan lagi, gadis itu akan sampai pada ruangan kepala sekolah. Namun langkahnya itu terhenti, saat satu butir telur mulai jatuh mengenai kepalanya.
Suara tawaan yang nyaring mulai menyapa gendang telinganya, tidak sampai di situ kini tubuhnya juga sudah terulur ke bawah lantai. Ia masih diam, hingga salah satu dari kelompok siswa itu mendaratkan kaki mereka pada dadanya.
Dan saat itulah, Gadis berambut bolnde ini meneteskan air matanya kala rasa sakit kembali menyerang arena itu. Terlebih memang saat kejadian semingggu yang lalu, dada gadis itu sering menimbulkan rasa sakit. Bahkan saat ini ia mendapati sedikit bengkak disana.
Semtara itu, seorang gadis dengan pakaian rapih sudah memandang sekumpulan siswa itu. Pandangan mata itu tak lepas dari seorang gadis yang nampak kesakitan di ujung sana. "Bodoh! Bangkit dan lawan mereka!" Gadis ini nampak bergumam dalam hatinya.
Ia cukup kesal saat melihat bagaiman pasrah nya gadis itu saat di siksa. Hingga jelang beberapa detik, gadis itu bangkit dan segera mencengkeram kasar leher putih milik gadis yang baru saja memberinya sebuah tendangan yang cukup keras pada dadanya.
"Aku sudah tidak bersekolah lagi disini! Jadi aku bisa melakukan apa saja termasuk membunuhmu di gedung ini. Bahkan aku tidak peduli jika aku harus mendekam di penjara nantinya!"
Semua yang mengelilinginya, seketika sedikit jarang untuk kedua gadis yang tengah bertengkar itu. Yoo Jeong-yeon gadis yang tengah di cekik itu, berusahan keras melawan gadis di hadapannya itu. Namun semakin ia memberikan perlawanan, semakin erat pula cekikan itu.
"Yak! Kau bisa membunuhnya"
"Arghhh!"
Rosé semakin memperkuat cekikan itu, saat seorang siswa hendak mendekatinya. Namun tiba-tiba rasak sesak itu kembali menyerang indra penciuman Rosé. Membuat gadis itu dengan terpaksa melepaskan tangannya pada leher Yoo Jeong-yeon .
Dengan tangan kanan yang sudah mencengkeram kuat dada sebelah kirinya, Rosé dengan sekuat tenaga berlari meninggalkan gedung sekolah ini. Dan membatalkan niat awalnya untuk menemui kepala sekolahnya.
Rosé nampak melirik sekilas, seorang gadis dengan berpapasan saat di hadapannya. Gadis itu hanya memandangnya tanpa berniat untuk membantunya. Rosé juga dapat dengan jelas melihat wajah pucat yang tercetak di sana. Entah gadis itu tengah sakit atau khawatir padanya, Rosé tidak tahu dan memilih untuk mengabaikannya dengan begitu saja.
..........
Cukup lama duduk di kursi tunggu ini, jari-jemari itu terus saja bergerak tak karuan tampa henti. Sebelum menuju ke rumah sakit, Song Rosé terlebih dahulu membersihkan dirinya di WC umum. Dan menganti pakaiannya yang terkena noda telur tadinya.
Hampir setengah jam setelah pemeriksaan tadi, Rosé belum kunjung di panggil untuk melihat hasil pemeriksaan miliknya. Ia pun mulai melirik sekitar ruangan rumah sakit ini, dan tertampillha sebuah berita yang sedang menjelaskan berbagai perusahaan yang tengah mengalami banyak kerugian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...