11. Don't Leave Me

1.3K 190 38
                                    

Setelah melakukan makan siang bersama tadi, Jennie meminta izin kepada Song Hye Kyo untuk membawa Rosé jalan-jalan. Walaupun biasanya gadis bermata kucing itu selalu membawa Rosé tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Di sini lah mereka berada, di sebuah gedung yang hampir setiap dinding nya bernuansa warana putih. Setiap sudut di gedung ini selalu di penuhi oleh beberapa pakaian maupun alat make up yang di amankan oleh sebuah lemari kaca.

Hingga keduanya telah sampai di sebuah ruangan yang begitu amat besar, bahkan di salah satu sisi dinding ruangan ini terdapat sebuah lukisan cantik yang bergambar Jennie. Rosé, gadis itu hanya mampu terpukau dalam diam. Saat melihat betapa mewahnya perusahaan yang di jalankan oleh Jennie.

Jennie nampak berjalan menuju sebuah meja, yang dapat di pastikan jika itu meja kerjanya. Rosé sama sekali tak memperhatikan gadis bermata kucing itu. Dirinya kini tengah sibuk memandang betapa bagusnya lukisan besar itu, dan sesekali dirinya memandang ke arah kaca tembus pandang yang terpampang lebar di ruangan ini.

"Bagaimana apa kau nyaman berada disini?" Rosé terkejut saat Jennie yang meletakan sebuah bingkai foto tepat di samping lukisan besar itu.

"Hm" Rosé benar-benar tidak tau harus menjawab apa, karena ini benar-benar sangat mewah. Bahkan Rosé sangat ingin tinggal di gedung berlantai 12 ini.

"Apa kau tidak terganggu dengan sinar yang terang terpancar dari kaca tembus pandang ini, Sunbaenim?"

Karena Rosé pasti tau bagaimana tak nyaman nya mengerjakan pekerjaan saat sinar matahari yang masuk dan menyilaukan pandangan. "Ani, aku sengaja membuat ruangan ku terang seperti ini. Selain aku takut kegelapan, aku juga bisa melihat pemandangan kota dari sini" Rosé hanya menganggukan kepalanya paham.

"Kenapa gambar itu kau pajang di situ, ahh. Ini hanya akan merusak pemandangan saja" Saat tangan itu hendak meraih bingkai yang sudah tertempel rapih di samping lukisan besar itu.

Jennie dengan gerak amat gesit merebutnya kembali, dan meletakannya ke tempat semulanya. "Jangan di usik, dan ku mau kau melukis wajah ku dengan lebih bagus, bahkan lebih besar dari lukisan ini" Yah, bingkai yang di rebut Jennie itu adalah sebuah gambar wajah Jennie dimana saat untuk pertama kalinya ia mulai dekat dengan Rosé.

Bukan tidak senang jika hasil karya tangannya itu di pajang di ruangan ini, terlebih seorang Song Jennie yang memanjangnya. Hanya saja Rosé merasa sedikit malu, karena selain hanya dari selembar kertas biasa. Setiap goresannya itu juga berasal dari pensil murahan.

"Bagaimana? Kau mau bukan menyetujui jika Appa ku dan Eomma mu menikah?"

Rosé yang tengah termenung menatap hasil karyanya itu, seketika terlonjak kaget mendegar kalimat yang sangat familiar dari mulut Jennie. Belakang ini gadis itu selalu saja memaksanya untuk menyetujuinya.

"Disini bukan hanya untuk kebahagiaan Ayahku, tapi juga Ibumu. Dan bukankah kau juga ingin melihat Ibumu bahagia?, apa kau tidak takut jika ia pergi untuk selamanya dan ia belum menemukan kebahagiaan nya. Oh, maaf bukan bermaksud untuk mendo'akan tapi umur sesorang tidak ada yang tau bukan?"

Rosé hanya terdiam, seketika memori kenangan kebersamaannya dengan Ibunya terputar di kepalanya. Dan juga Rosé tau seberapa pedulinya Ayah Jennie terhadap Ibunya. Mulai dari membelikan setiap obat-obatan yang Ibunya butuhkan, hingga sampai ke perekonomian merekapun sangat di perhatikan oleh pria yang memiliki pengaruh besar untuk Korea.

"Rosé-ya--"

"Nee, aku akan menyetujuinya" Jawaban yang sangat dinantikan Jennie itu pun akhirnya keluar dari mulut seorang Song Rosé.

Don't Leave Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang