Hari sudah semakin larut, orang yang sedang di tunggu-tunggukan itu tak kunjung menampakan dirinya. Tubuh mungil itu sudah sangat kedinginan, karena cuca di luar ruang benar-benar dingin.
Seraya menatap hamparan sungai yang sudah tertutup oleh es, gadis berdarah Song itu nampak melirik ponsel gengam miliknya dan melihat jam yang sudah menunjukan 15 menit lagi acara adik kesayangannya akan segera di mulai.
Gadis itu bangkit dari duduknya, melirik kearah sekitar tidak ada tanda-tanda jika pria yang ia tunggu itu datang. Ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju pagar pembatas yang di buat pada sisi sungai Han ini.
Tangan putih itu mulai terulur untuk mengenggam besi yang sudah amat dingin. Bahkan kini mantel yang Jennie kenakan itu sudah sedikit basah, akibat benda putih itu yang semakin deras turun. "Jika 5 menit lagi dia tidak datang, aku akan segera pulang" Lirih Jennie yang nampak setia memandangi hamparan sungai yang beku itu.
Ponsel Jennie nampak terhidup saat satu notifikasi pesan masuk dari Adiknya. Ia dengan senyumnya mulai membaca setiap kalimat yang adiknya itu kirimkan padanya.
Uri Dongseang🐿❤
OnlineEonnie, kau baik-baik saja?
-19:55 KSTJennie hanya tersenyum, kepalanya sambil membayangkan wajah khawatir milik adiknya dan mulai mengerekan jari-jari untuk mengetik beberapa huruf yang tercetak pada ponsel mahal itu.
Eoh, aku baik-baik saja... Sebentar lagi unnie akan pulang. Jangan khawatir...
-19:56 KSTJennie merasa jika waktunya hanya sia-sia mulai bergerak untuk meninggalkan tempat ini, terlebih sepertinya badai salju akan segera turun. Saat melihat beberapa berita yang terpajang di setiap jalan raya kota Seoul. Saat hendak membelikan tubuhnya, seketika seseorang menyambar kasar kedua pundak nya.
Membuat Jennie kembali pada posisi awalnya, dengan raut wajah yang bingung. Terlebih di saat yang bersamaan terdapat sebuah suara yang sangat keras, bahkan beberapa orang yang berlalu lalang nampak terjerit histeris.
Dorrr!
Jennie terdiam membisu, ia hanya mampu menelan saliva nya dengan susah payah. Kini putri sulung Song Jongki itu mulai merasakan jika orang-orang sudah memandanginya dengan kekhawatiran. "Aku mencintaimu, Eonnie..."
Jennie terdiam, kedua mata kucingnya kini sudah mengalirkan sebuah cairan bening. Ia hendak berbalik menatap seseorang yang tengah mendekap dirinya erat dari belakang namun tidak bisa. "Jangan bergerak, aku masih ingin memelukmu..."
"R-Rosé-ya... katakan suara apa tadi..."
Perasaan itu semakin tak karuan, Jennie ketakutan saat ini. Terlebih deru nafas milik adiknya terdengar sedikit memburu. "T-tidak ada" Dan kini suara itu terdengar begitu lemah dengan sedikit terbata.
"Rosie, a-pa yang terjadi?"
Jennie merasakan itu, sebuah cairan hangat yang mulai merembes ke tubuh belakang miliknya. "Aku bangga bisa terlahir sebagai adikmu, Unnie"
Jennie melepaskan paksa dekapan itu, kini yang pertama kali pandangannya yang ia tangkap adalah, wajah tersenyum milik adiknya. Hingga ia menyadari jika kini sebuah darah segar sudah merembes di dada kiri adiknya itu. "Rosé-ya..."
Jennie mengenggam hangat pipi bulat milik adiknya itu, sedangkan gadis di hadapannya itu masih tersenyum tanpa henti. Hingga tubuh itu perlahan mulai terhanyut ke jalan yang amat dingin itu.
"Andwae! Andwae! Andwae!"
Jennie berteriak histeris, saat tubuh adiknya itu mulai lemah tak berdaya. Jennie meraih wajah pucat yang tersenyum itu membawanya kedalam dekapan hangatnya. "Andwae Jebal! Rosie!" Jennie semakin menjadi bahkan kini dirinya sudah seperti orang gila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...