Malam ini, malam yang gadis berpipi mandu ini lewatkan dengan tatapan kosong sambil besender hangat di sebuah dada bidang milik lelaki yang sudah menjalin hubungan selama hampir 5 tahun lamanya. Gadis itu terus termenung, rasa bersalah kini mulai menghantui dirinya. Namun disisi lain, ia sedikit masih kesal dengan sikap sang Ayah.
"Ada apa? Apa kau sekarang merasa bersalah?" Suara berat milik pria itu memecahkan lamunan milik gadis cantik itu.
Jennie gadis itu hanya mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan milik kekasihnya itu, dan setelahnya ia kembali termenung menatap meja bulat yang terletak di ruang tengah apartemen milik kekasihnya ini.
"Kau tau aku merasa sangat legah, bisa membantu mendiang Nenek untuk menjagamu dari Ibumu itu" Jennie seketika melepaskan pelukannya itu, berahahli menatap penuh tanya pada Song Minho.
"Maksudmu?"
"Sewaktu hidup, Nenek pernah berpesan padaku untuk mencari tahu asal usul wanita yang menikah dengan Ayahmu. Ia tak ingin cucu kesayangannya bahkan anaknya kembali terperangkap dalam tipuan Ibumu. Dan kini sepertinya aku sudah berhasil menjalakannya" Jelas itu hanya kebohongan, dan hanya akal-akal pria ini untuk menjalankan apa yang telah ia rancanakan.
"Jadi apa kau masih ingin bersedih? Dia belum tentu memikirkan mu saat berasama selingkuhnya itu. Bukankah aneh Jennie-ya, dia sudah menghilang bertahun-tahun. Dan kini dia kembali di saat Ayahmu sudah berjaya"
Jennie tidak tahu harus menjawab apa, ia juga tidak tahu harus membenarkan ucapan lelaki itu atau tidak. Tapi seingat Jennie, Neneknya pernah bercerita awal mula semuanya. Yang dimana Ibunya itu pergi meninggalkan Ayahnya di saat tengah sakit.
Dan dari sejak mendengar cerita itu, Jennie sangat membeci wanita yang besosok Ibu kandung nya itu. Tapi tak menutup kemungkinan jika kini dirinya juga senang karena bisa melihat wajah asli Ibunya.
"Ya kau benar, dia kembali hanya ingin uang Appa ku. Dan tentu aku tak akan membiarkannya" Song Minho nampak tersenyum penuh kemenangan.
"Bagus! Sekarang ayo makan aku sudah lapar" Misi pertamanya sudah selesai, kini dia hanya perlu menjalankan misi utamanya membunuh wanita berstatus Ibu dari kekasihnya, dan membuat keluarga itu semakin terpeca bela.
Keduanya pun mulai berjalan menuju dapur, berniat untuk mengisi perut mereka yang memang sudah terasa sangat lapar. Senyuman manis itu kembali terukir di wajah cantik milik Jennie.
..........
Pagi ini Rosé baru saja membersihkan tubuh sang Ibu dengan kain yang sudah di basahi. Sedangkan Song Jongki pria itu sudah pulang beberapa menit tadi untuk membawakan baju ganti untuk Rosé. Setelah selesai membersihkan tubuh sang Ibu dengan telitih.
Dirinya pun mulai berahli pada makanan yang memamg sudah di antar oleh peramu saji rumah sakit untuk Ibunya, mulai menyuapi satu suapan bubur beserta lauk pauk Rosé tak pernah melunturkan senyumannya saat menatap muka Ibunya, walaupun masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi isi otaknya saat ini.
"Rosé-ya..." Mulut yang sudah pucat itu mengeluarkan suara yang terdengar begitu lemah di telinga Rosé.
Rosé yang hendak memberikan sesuap makanan itu pada Ibunya terpaksa ia hentikan, saat salah satu tangannya sudah di genggam hangat oleh tangan yang semakin hari semakin kurus itu. "Eomma, tau ada banyak pertanyaan pada benak mu tentang kejadian kemarin. Tapi percayalah Jennie tetaplah Kakak kandung mu"
Song Hye Kyo tau jika putri bungsu nya ini, mengetahui semua yang terjadi kemarin. Karena sebelum ia kehilangan kesadarannya, dirinya sempat melihat Rosé yang menatap kejadian itu dari arah dapur.
Meletakan mangkuk yang berisi bubur itu, Rosé pun menukar peran dengan dirinya yang mengenggam erat kedua tangan milik Ibunya.
"Eomma... terlepas dia Kakak kandung ku atau tidak, maaf aku masih sangat marah karena dia sudah mengeluarkan kata-kata tidak pantas untuk mu" Tentu Song Hye Kyo tau tentang jawaban seperti ini.
Anak bungsu nya ini sangat menyayangi dirinya, bahkan gadis cantik ini rela bertengkar hingga ke jalur hukum untuk melindungi Ibunya. Pernah waktu itu Ibunya tidak sengaja di tabrak oleh pengguna motor. Dan berakhir dengan babak belur di wajah cantiknya hanya karena membela Song Hye Kyo.
"Eomma tau. Tapi seburuk apa pun dia tetap Kakakmu, dia hanya salah paham tentang itu. Dan Eomma ingin kau berjanji pada Eomma..." Song Hye Kyo menjeda kalimatnya cukup lama.
"Apa?" Tanya Rosé dengan serius.
"Berjanjilah untuk terus menjaga Kakakmu, bawa dia kembali dengan pikiran normalnya. Saat ini dia sedang di pengaruhi oleh seseorang"
Rosé terdiam, dirinya bahkan tidak yakin untuk menepati janji itu. Terlebih gadis itu saat ini sangat membenci Ibunya, dan tentu pastinya itu akan berlaku untuk dirinya. "Rosé-ya...?"
"Aku tidak yakin, tapi a-akan ku coba..." Jawab Rosé dengan nada tak yakin. Tapi jawaban itu mampu membuat Song Hye Kyo tersenyum.
..........
Keringat dingin tak berhenti bercucuran dari dahi itu, bahkan gigi itu sudah beradu cukup kuat. Sakit yang sudah mereda itu kembali menyerang dada sebelah kirinya, kini jarum jam menujukan pukul 02:15 dini hari. Wajar saja jika kini suami maupun anaknya tengah tertidur.
Ruangannya itu sangat sepi dan sunyi, bahkan hanya ada satu buah cahaya remang-remang di ruangannya ini yang berasal dari lampu tidur yang memang ada di setiap ruang rawat VVIP di rumah sakit. Memilih untuk menahan sendiri sakit ini, dan mencoba untuk tidak mengeluarkan sebuah suaranya.
Saat ini hanya ada suaminya yang menjaga dirinya, sedangkan putrinya yang biasa menjaganya itu sengaja dia suruh untuk pulang karena menyuruh gadis kesayangannya itu istirahat terlebih besok ujian sekolah akan segera tiba.
Saat ini Song Hye Kyo hanya sendirian, Suaminya sudah beristirahat tepat di sebuah sofa yang terletak di sebarang ranjangnya. Rasa sakit itu semakin menyiksa dirinya. Bahkan kini nafasnya sudah terputus-putus, jika saja saat ini Song Hye Kyo tidak bernafas dengan bantuan oksigen mungkin kini dirinya sudah kehilangan kesadaran, bahkan bisa berujung fatal mungkin.
Saat tengah berusaha menahan sakit itu, pintu ruangan itu terbuka. Song Hye Kyo sangat senang, dia berharap jika itu seorang perawat yang tengah memeriksa, namun jika dipikir-pikir ini merupakan jam perawat tidur. Dan tidak mungkin jika jam 02 dini hari seorang perawat akan memeriksa pasien.
Ternyata dugaan Song Hye Kyo benar, itu bukan seorang perawat atau pun penjaga malam. Pria itu cukup asing untuk dirinya, terlebih setia tubuhnya itu di tutupi dengan pakai maupun kain serba hitam. Dari tatapan matanya Song Hye Kyo dapat memastikan jika kini pria itu sedang tersenyum menatapnya.
"Jo-Jongki--" Kalimatnya terhenti saat pria itu meletakkan jari telunjuknya tepat di masker yang kini menutupi bibirnya.
Pria itu semakin mendekat, detak jantung wanita paruh ini berdetak 2 kali lebih cepat dari tadi. Dan tentu itu sangat membuatnya semakin tersiksa dengan rasa sakit yang sangat menyiksanya.
"Si-Siapa kau?" Walapun terbata, tapi indra pendengar pria itu cukup tajam. Terbukti dari pria itu yang menjawab ucapannya.
"Aku? Orang yang cukup dekat dengan keluarga mu, bahkan salah satu putri kesayangan mu" Bisikan itu terdengar begitu mengerikan.
Saat hendak membuka kembali suaranya, pria itu dengan sangat cepat dan gesit membuka masker oksigen yang Song Hye Kyo gunakan. Tidak berhenti di situ, pria itu bahkan dengan segera menutupi wajahnya dengan bantal yang tadinya sebagai penyangga kapalnya.
Dengan secepat kilat pun pria misterius itu merapihkan semua kekacauan yang ia perbuat, saat sudah memastikan wanita paruh itu sudah kehilangan kesadarannya. Satu persatu ia mencabut kabel yang menempel pada tubuh wanita itu.
"Tidak kusangka, rencanaku akan segera selesai. Hanya ada dua manusia yang menjadi sasaran ku selanjutnya" Pria itu begumam dalam hati sebelum meninggalkan ruangan ini.
Jambi, 30 agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...