Sesampainya di rumah, Kedua gadis itu masih setia berdiaman tanpa ada satu kata pun yang terlontar. Mereka berjalan sedikit menjauh seolah-olah ada sebuah tembok yang menghalangi. Para maid maupun kedua orang tua Jennie dan Rosé hanya mampu memandang kedua putri mereka dengan tatapan bingung.
Sebab ini tidak biasanya terjadi di antara kedua gadis itu. "Jennie--"
"Appa, tidak sekarang aku benar-benar sedang lelah. Aku permisi dulu" Song Jongki hanya mampu terdiam melihat betapa cueknya muka milik putrinya itu.
Tak lama seorang gadis berambut bolnde masuk, keempat pasang mata yang sendiri tadi menatap lantai atas akhirnya tertuju pada gadis yang mengenakan seragam sekolah itu.
"Rosé-ya? Apa yang terjadi sayang?" Song Hye Kyo bertanya seraya mengenggam lembut kedua pipi bulat milik putrinya itu.
Rosé tersenyum sejenak, ia tak mungkin memberi tau apa yang terjadi. Bisa-bisa Song Jongki selaku Ayahnya itu pasti akan marah kepadanya saat ia tau jika selama ini Rosé sama sekali tak pernah datang ke sekolah menggunakan mobil sampai tujuan.
"Eomma, Gwaencanah. Eonnie... sepertinya sedang datang bulan, dan kebetulan ada sedikit masalah yang membuatnya salah paham" Song Hye Kyo nampak bernafas legah, syukurlah jika tidak terjadi apa-apa di antara kedua putrinya itu.
"Aku ke kamar dulu hm, akan ku pastikan saat makan malam kami akan baik-baik saja" Setelah mendapatkan anggukan dari kedua orang tuanya.
Rosé segera berlari menuju lantai atas, dan tentu gadis itu tidak langusng ke kamarnya. Ia memilih untuk menyelesaikan semuanya, dan ia juga tidak tahan dengan sikap Jennie seperti ini yang mengacuhkan dirinya. Sungguh rasanya sangat asing, dan begitu sesak di dadanya.
Sesampainya di depan pintu kamar milik sang Kakak, Rosé memilih untuk menatap pintu itu dengan ragu-ragu. Memejamkan matanya sejenak lalu mulai mengetuk pelan pintu kamar itu.
"Apa?" Jawaban singat itu mampu membuat dirinya, menjadi gugup.
"Itu... aku ingin meminta maaf" Jennie hanya menatap Rosé dengan tatapan dinginnya, sungguh entah mengapa saat ini Jennie sedang sangat kecewa dengan sikap Rosé. Padahal ia tau itu hanya hal sepele, tapi Jennie tidak dapat mempungkiri rasa kecewanya terhadap gadis tinggi itu.
"Simpan saja permintaan maaf mu, sampai kau sudah menyetujui permintaan ku tadi" Rosé baru saja hendak mengeluarkan kalimatnya, tapi gadis berpipi mandu itu terlebih dahulu menghilang dari hadapannya.
..........
Sambil mengoreskan lembut kuas pada kanvas itu, pikiran Rosé masih terpenuhi oleh kalimat-kalimat milik Kakaknya itu. Ia bingung harus menyetujui atau tidak permintaan Kakaknya itu.
Rosé sangat ingin menyetujuinya, tapi di satu sisi dirinya tak bisa karena bagaimana jika para media atau masyarakat Korea tau asal usul keluarga nya dulu. Yang dimana hanya seorang dari kalangan kasta terbawah, dan juga seorang murid yang selalu menjadi bahan bully di sekolah.
Tidak hanya itu, jika semua seperti itu mak Ibunya juga akan terbawa-bawa. Dan tentu ia tak mau melibatkan wanita yang ia sayangi itu di dalam masalah yang rumit ini. Bahkan reputasi keluarga Song ini bisa turun bahkan hancur jika semuanya terpublikasikan.
Tanpa ia sadari kini hasil coretannya itu sudah menunjukan hasilnya, jika saja tadi siang lukisannya tidak di ganggu oleh Jeongyeon mungkin saat ini ia tak perlu membuat kembali. Suara ketukan pintu, akhirnya mampu membuat dirinya mengahlikan pandangnya.
Segera menutupi kembali kanvas itu, Dan segera berjalan menuju pintu kamarnya untuk melihat siapa orang yang mengetuk pintunya itu. "Semua sudah menunggu, ayo turun dan makan malam" Ternyata itu Jennie, seorang gadis yang mampu memenuhui pikirannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...