Hari ini sepertinya hari kebangkitan Rosé dari para pembully, semenjak kejadian kemarin para siswa yang selalu menganggunya itu menjadi diam dan beberapa dari mereka bahkan ada yang menghindarinya.
Akhirnya keadilan yang Rosé mau bisa terwujud, namun nampaknya Jeongyeon nampak masih dendam dengannya dapat dilihat dari caranya menatap Rosé saat melintas di hadapannya.
Memilih untuk tak mempedulikannya, gadis berambut blonde itu terus melangkahkan kaki jenjangnya itu. Hingga akhirnya ia telah sampai di halaman sekolah yang begitu luas.
"Ayo naik, mari kita makan siang bersama"
Seorang gadis yang mengendarai mobil hitamnya dan berhenti tepat di samping Rosé, berhasil membuat gadis itu terkejut. Tak kala mendapatkan suara itu.
Tidak memilih langsung menjawab ucapan gadis itu, Rosé justru memandang sekelilingnya. Namun tidak ada orang lain di sini selain dirinya hingga, pada akhirnya ia menujuk dirinya.
"Igeoo, menurutmu siapa lagi hrum?" Rosé hanya tersenyum kikuk, lalu mulai bergegas untuk ikut duduk di kursi mobil mewah itu tepat di samping gadis bermata kucing itu.
"Kau tidak berkerja atau pun memiliki aktivitas lain, Sunbaenim?" Rosé bertanya seperti itu, karena akhir-akhir ini gadis yang tua namun pendek darinya itu. Lebih sering menjumpainya, tentu saja Rosé tak keberatan namun Rosé takut. Jika ada sebuah pekerjaan yang harus gadis cantik itu tinggalkan.
"Tidak, aku Ceo nya jadi aku bebas mau melakukan apa saja"
Di setiap kalimat yang Jennie lontarkan, tidak ada suara yang meragukan. Bahkan gadis itu mengucapkan nya dengan santai tampa terbebani. Membuat Rosé hanya mampu terkagum, ternyata menjadi Bos jauh lebih enak dari pada menjadi pengawai.
"Kapan-kapan, aku akan mengajak mu ke perusahaan ku" Sambung Jennie sambil melepaskan kacamata hitamnya, dan menatap wajah imut gadis di sebelahnya dengan senyuman gummy smile nya.
"A-apa kau mau makan siang bersama di rumah ku?" Ada nada yang terdengar tak yakin di kalimat itu, namun siapa menyangka jika Jennie gadis berdarah Song yang amat terpandang di korea ini menyetujuinya.
"Kajja, kebetulan aku sudah sangat lapar"
Dengan gerak antusiasnya, mobil yang Jennie kendarai itu melaju sedikit deras. Kali ini sepertinya Rosé sudah yakin jika Jennie benar-benar tulus berteman dengan dirinya. Dan untuk pertama kalinya ia memiliki teman yang tak setara dengan ekonomi keluarganya namun memiliki hati yang baik.
..........
Ada mobil lain yang terpakir di halaman rumahnya, membuat gadis bermata coklat pekat itu memandang heran. Terlebih gadis dengan ciri khas bermata kucing itu saat melihat mobil bercorak putih bersih itu. Sungguh tak asing menurutnya.
Mulai melangkahkan kaki mereka menuju rumah sewa yang kecil itu, dan Jennie yang berjalan sendari tadi menatap tajam setiap sisi mobil itu. "Apa ini yang dimaksud Appa tadi malam?" Jennie bergumam seraya mengikuti langkah gadis di depannya.
"Aku pulang!" Berbarengan dengan teriakannya, Rosé pun membuka pintu rumahnya.
Awalnya hanya pemandangan biasa saja yang ia lihat, hingga seorang pria paruh yang sangat ia kenal mulai datang dari arah dapur. Mengikuti jejak Ibunya, sontak semuanya terdiam tak bergeming saat tatapan mata mereka saling bertatap.
"J-jennie-ya"
Jennie hanya diam, menatap pemandangan di depannya. Sedangkan dua orang tua paruh di seberang sana sudah diam membeku. Perlahan Jennie berjalan mendekati keduanya, berheti tepat di depan lelaki yang kerap ia sapa Appa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...