Beberapa kali ia nampak menghela nafasnya miris, saat memandang sebuah gedung mewah yang menjulang tinggi. Ini lah hal rutin yang selalu ia persiapkan sebelum para anak-anak dengan kasta tertinggi membuly dirinya.
Jujur saja ia sebenarnya tak ingin bersekolah di mari, namun karena sang ibu yang begitu memaksa jadi mau tak mau ia harus mengikutinya. Dan untungnya ia mendapatkan sedikit bantuan dengan beasiswa yang ia dapat. Setidaknya ia di beri sedikit keringanan untuk membayar uang sekolah perbulannya.
Terlihatlah sekelompok siswa yang sudah menanti kedatangannya, terlihat begitu ramai para siswa maupun siswi yang memandangi dirinya dari gedung berlantai 5 lebih tepatnya, kelasnya.
Tinttt~
Lamunanya terpecah saat suara klakson mobil mewah yang berada di belakangnya. Ia memilih untuk melihat siapa orang yang berada di dalam mobil itu. "Bisakah kau meminggir? Aku ingin lewat!"
Dengan segera rosé menganggukan kepalanya cepat, ia pun mulai sedikit bergeser membiarkan mobil itu melaju hingga berhenti tepat di sebuah parkiran. Tak ingin membuang waktunya lebih lama, rosé pun segera melangkahkan kakinya.
Dan para anak yang memandangi kehadirannya sudah beriap di atas sana, sedangkan rosé? Ia sudah siap menerima semua perlakukan dari anak-anak yang selalu mengandalkan harta orang tua mereka.
Dan yah, belum genap 5 menit rosé menginjakkan kakinya di lantai kelasnya, sebuah ember yang berisikan air yang amat dingin membasahi tubuhnya. Terlihatlah tubuh rosé yang nampak menggigil kedinginan.
"Wow deabak! Seharusnya aku menambahkan es batu lebih banyak. Ia sama sekali tak terlihat kedinginan"
Memilih mengabaikan ucapan itu, rosé pun segera berjalan menuju kursinya. Namun hatinya begitu sakit saat melihat beberapa coretan di atas mejanya, bahkan di loker nya. "Hanya 3 bulan lagi kau akan segera meninggalkan neraka ini, jadi bersabarlah rosé demi eomma mu" Lirih batin rosé.
Tak sampai di situ, bahkan dengan kejinya. Mereka nampak menempelkan permen karet bekas di kursi milik rosé, membuat rok yang ia kenakan penuh dengan permen karet itu. Semua tertawa dengan terbahak-bahak, padahal tidak ada yang lucu tapi mereka nampak sangat senang dengan melihat wajah milik rosé.
Tak berapa lama, keadaan kelas dengan seketika hening saat seorang pria berjalan mendekat ke arah rosé. Semua hanya memandang dalam diam saat pria itu menarik lengan rosé, membawanya menjauh dari segerombolan orang itu.
"Hanbin-ssi, kenapa kau--"
Brak~
Pintu kelas tertutup dengan amat kasar, sedangkan seorang gadis yang kalimatnya belum sempat ia selesaikan hanya mampu terdiam sambil mengepal erat lengannya kesal.
..........
"Oppa~"
Gadis itu beranjak dari duduknya saat mendapati sosok pria yang sudah hampir 6 tahun tidak ia lihat secara langsung. Dengan begitu saja tubuh mungilnya terbawa ke dalam dekapan hangat pria yang bernama lengkap song mino itu.
"Oppa, merindukan mu jennie-ya" Ujar mino sambil beberapa kali mengecup hangat puncak kepala jennie.
"Aku juga merindukan--, sshh~"
Mino melepaskan pelukan nya, memandang wajah jennie yang kembali duduk sambil memijat lembut pergelangan kakinya yang berbalut dengan perban. "Waeyo? Ada apa dengan kaki mu hm?"
"Saat di kanada aku sempat terpeleset dari tangga, dan menyebabkan pergelangan kaki ku sedikit bergeser" Mino hanya meringis saat mendengar ucapan jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanficMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...