Rumah megah yang penuh dengan berbagai senyuman manis dulunya, kini tampak suram di mata Song Rosé. Bahkan dirinya kini sama sekali tidak tertarik pada rumah milik Ayahnya ini, sambil menunggu dokter milik keluarga Song. Rosé menyempatkan dirinya untuk melihat keadaan kamar mewah yang ia tepati dulu.
Semua tampak sama saja, hanya saja seprai yang nampak di ganti. Bahkan lukisan yang pecah itu masih sama, terpajang pada sisi meja rias dan terhampit oleh dinding yang akan mengarahkan pada balkon kamar.
"Ahh, disini rupanya bungsu Song"
Dokter bernama lengkap Bae Joohyun yang sudah di percayai untuk menjadi dokter keluarga besar ini, mengeluarkan kalimatnya sambil berjalan masuk menuju Rosé yang kini sudah membalikan tubuhnya.
"Bagaimana dengannya?"
Rosé bertanya dengan berjalan menuju ambang pintu dan tentu itu juga di ikuti oleh dokter Bae. "Tidak ada yang serius, ia hanya terlalu kecapean dan telat makan. Dan itulah yang membuat Mag nya kambuh"
Rosé menganggukkan kepalanya paham, "Aku memberikan beberapa obat yang harus di minum, yang berada di dalam plastik harus di minum sebelum makan 3× dalam sehari. Sedangkan yang berada di dalam tabung ini cukup di minum saat pagi sesudah sarapan"
Rosé meraih bungkus obat itu, setelahnya mempersilahkan dokter cantik itu untuk pergi dari kediaman ini. Rosé memanggil salah satu maid untuk membawa obat itu masuk kedalam kamar milik Sulung Song. Dan Rosé pun menyusul di belakangnya, dengan seorang maid pula yang ia suruh untuk membersihkan jejaknya nantinya.
"Kau sudah sadar?" Rosé bertanya saat melihat gadis yang terbaring itu, sudah mulai mengerjapkan matanya.
Sementara itu gadis bermata kucing itu, hanya diam tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. "Mag mu kambuh, itu obat-obatan yang harus kau minum. Kau bisa membacanya untuk mengetahui penggunaannya, dan satu lagi itu bubur untukmu. Kau tenang saja bukan aku yang memasaknya"
Rosé berbohong, sebenarnya ialah yang memasak bubur itu. Namun saat mengingat Jennie yang membencinya, ia pun berbohong untuk mengatakan jika bubur itu bukan hasil buatan tangannya.
"Jika begitu aku permisi" Rosé membungkukkan tubuhnya, dan mulai melangkah untuk meninggalkan kamar ini.
"Kembalilah tinggal disini"
Langkah itu terhenti, "Biar ku ingatkan kembali. Jika kau sudah mengusirku, dan aku juga akan menepati ucapanmu untuk tidak kembali lagi" Rosé tau jika Jennie belum bisa menerimanya, dan Rosé tentu akan setia menunggunya hingga akhir dari semuanya.
"Kau bisa membersihkannya"
Jennie mengangkat alis sebelahnya bingung, saat seorang maid mulai menyepelekan tempat di mana Adiknya berdiri, tak sampai di situ maid itu juga terus mengikuti Jejek Rosé untuk mengepelnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?!"
Jennie cukup tak suka dengan perlakuan maidnya itu, seolah-olah adiknya ini merupakan sebuah noda yang amat besar. Padahal ingatkan Jennie jika dia juga sempat seperti itu.
"Maaf, Nona. Saya hanya menuruti apa yang di suruh oleh Nona Rosé"
Pintu kamar itu tertutup, Jennie masih terdiam dengan penuh rasa bersalah pada benaknya. Namun sifat Rosé beberapa hari lalu itu membuat rasa benci Jennie semakin meningkat. Tapi ia tidak bohong jika kehadiran Rosé yang menyelamatkannya tadi itu, membuat Jennie ingin terus berada di dalam dekapan hangat adiknya itu seperti dulu.
..........
"Dimana, Rosé?!"
Terikan nyaring itu bergema di setiap sisi mansion megah ini, pria paruh yang berpenampilan cukup lusuh terus meneriaki nama putri bungsunya itu. Namun ia kembali harus kecewa saat mendengar jika putrinya itu baru saja pergi sekitar 15 menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ✔
FanfictionMereka terlahir dari rahim yang sama, memiliki golongan darah yang sama, bahkan sifat yang sama. Namun karena kesalah pahaman dari kedua orang tua mereka, membuat mereka harus berpisah jauh. Hingga tidak dapat mengenal satu sama lain, hingga waktu i...