duapuluh delapan

1 1 0
                                    

Aku mendadak terbatuk mendengar pernyataan Jeno barusan. Jeno sudah gila!

"Jen ngga usah ngeprank gue begitu lah males gue nanggepinnya" Kataku kesal lalu meminum teh di sampingku.

Aku berusaha menghindari tatapan dari Jeno karna jujur saat ini entah mengapa jantungku berdegup lebih kencang, terlebih genggaman tanganku yang semakin mengerat.

Jeno menggapai daguku dan menolehkannya agar wajahku bertemu dengan tatapannya. Damn! Ini benar benar gila! Jeno sangat tampan, bahkan saat ini aku justru enggan melepaskan mataku dari tatapannya.

"Gue takut elo jatuh cinta ke orang lain gue ga bisa nunda lagi gue juga ngga mau kehilangan elo lagi untuk kesekian kalinya, setiap kali gue inget elo gue cuma mau elo bukan orang lain" Kata Jeno lalu menggenggam kedua tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue takut elo jatuh cinta ke orang lain gue ga bisa nunda lagi gue juga ngga mau kehilangan elo lagi untuk kesekian kalinya, setiap kali gue inget elo gue cuma mau elo bukan orang lain" Kata Jeno lalu menggenggam kedua tanganku

Sungguh kata kata Jeno tadi seperti sihir, aku terhanyut dengan perkataan dan tatapannya. Memang benar adanya aku selalu nyaman di samping Jeno dan setiap Jeno memperlakukanku dengan lembut aku selalu luluh. Seperti saat ini

"Ya?" Ulangnya hanya dengan kata ya. Matanya sangat menunjukkan sebuah harapan, sungguh Jeno membuatku frustasi dengan ketampanannya.

Aku mengangguk perlahan, seulas senyum bahagia terpancarkan dari Jeno terlebih eye smile nya yang sangat menawan, ia tak henti hentinya menciumi punggung tanganku.

"Tapi kita backstreet dulu gapapa ya? Gue ngga mau semua dianggap terlalu cepet sama semuanya, gue juga sadar posisi gue sekarang belum tepat buat ngumumin hubungan bahagia, dan.." Kata kataku terhenti, mulutku tiba tiba terbungkam sendiri, aku terdiam seketika.

"Dan apa? Nancy?" Pertanyaan Jeno sangat tepat sasaran.

Aku tak habis pikir apa reaksi Nancy nanti ketika tau hubunganku dengan Jeno, bukan pula takut aku hanya enggan berurusan masalah laki laki, yang aku tau Nancy egois dan arogan.

"Urusan Nancy nanti gue yang nanganin ya, ngga usah terlalu di pikirin dia orangnya begitu, lagian gue juga udah tegasin gue udah ngga ada hubungan sama sekali sama dia" Tegas Jeno meyakinkanku

"Iya iya Jen"

Jeno memelukku hangat, tangan kekarnya berhasil melingkar di pinggangku yang mungil baginya, dan tanganku dengan sendirinya terulur mengalung ke leher jenjang seorang Jeno yang kini sudah resmi menjadi kekasihku. Sesekali Jeno mengusap punggungku halus, aku tersenyum di balik pelukan lalu menyembunyikan kepalaku di ceruk leher tegas Jeno Juanda sambil menikmati aroma tubuhnya yang membuatku candu

 Sesekali Jeno mengusap punggungku halus, aku tersenyum di balik pelukan lalu menyembunyikan kepalaku di ceruk leher tegas Jeno Juanda sambil menikmati aroma tubuhnya yang membuatku candu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KEEP IT HALAL BRO" Seru seseorang tiba tiba yang membuat kami berdua terkejut dan langsung melepaskan pelukan.

Aku maupun Jeno sama sama terkejut bahkan saat ini saling memalingkan badan dan terkesan menghindari kontak mata dan fisik melihat siapa yang datang. Om Donghae:)

"L-loh pah kok keluar sih?" Tanya Jeno gagap dan salah tingkah

Om Donghae cengengesan, sepertinya ia tau apa saja yang kami lakukan tadi

"Terserah papah dong kok kamu protes. Kalian yang ngapain diluar malem malem gini? Dingin, masuk sana" Perintah Om Donghae

"Iya om, aku juga udah ngantuk kok" Kataku lalu meninggalkan dua insan anak dan ayah tersebut.

.

Sepeninggalan Hera dari keadaan awkward tadi akhirnya digantikan dengan Donghae yang duduk di sebelah Jeno, mereka berbincang darj hati ke hati antara anak dan ayah

"Gimana?"

"Gimana apanya pah?"

"Kita udah jadi keluarga seutuhnya lagi, kamu juga sekarang udah bener bener dapetin Yena, udah bahagia?" Tanya Donghae

"Ngga sepenuhnya sih pah, Jeno masih suka kepikiran kalo keluarga kita ya cuma papah mamah sama Jeno bukan siapa siapa lagi, tapi Jeno bakal tetep berusaha ngeyakinin kalo Jeno udah sepenuhnya bahagia sama kalian" Kata Jeno

"Papah tau kehancuran hati kamu, dan untuk itu kamu juga harus benerin lagi, papah yakin kamu laki laki hebat , kan nembak Yena aja sekali jadi" Kata Donghae terkekeh. Ternyata benar Donghae sudah memperhatikan anaknya dengan sahabatnya.

"Ish apaan sih pah" Jeno tersipu malu

"Udah sana tidur besok sekolah, inget ya tidur  bukan main game" Tegas Donghae

"Iya pah iya" Jeno pergi meninggalkan Donghae dan tak lama Donghae kembali ke kamarnya.

-
-
-

"Jeeeennnn ini susaaahhh gimana bukanya" Rengek Hera yang kesusahan melepaskan helmnya yang terkunci.

"Iya sabar" Kata Jeno yang sama sama sedang melepaskan helmnya dan menaruhnya di spion motor kesayangannya.

"Mana sini" Jeno mendekat ke Hera dan membuat pandangan mereka bertemu, padahal Hera hanya meminta bantuan Jeno untuk membukakan kunci helmnya malah sekarang Hera membeku dengan sikap Jeno.

Jeno mengambil helm dari kepala Hera dan menaruhnya di jok belakang motornya tak lupa menguncinya agar tak hilang, saat ingin beranjak ke dalam sekolah Hera justru masih terdiam di tempat

"Baby.."

Panggil Jeno. Sontak Hera terkejut, apa apaan! Bisa bisanya Jeno memanggilnya dengan sebutan itu disekolah. Si pelaku sekarang justru terkekeh melihat reaksi kekasihnya terkejut.

"Gila lu" Gumamnya ke Jeno dengan tatapan watados

Jeno terkekeh lalu merangkul Hera, yang dirangkul hanya pasrah dengan kelakuan kekasihnya.

"YERIIIIIIWWWW" Hera melepas rangkulan Jeno dan berlari ke arah Yeri yang sudah datang lebih dulu

Yeri tak memberikan reaksi seperti Hera, terlihat dari wajahnya yang tak bersemangat.

"Yer, are u okay?" Tanya Hera meyakinkan lalu duduk di sampingnya

Han yang sudah bersama Yeri memberikan tatapan tak mengerti juga dengan kondisi Yeri saat ini.

Jeno mendekati teman temannya.

"Mark lagi?" Tanya Jeno. Pertanyaan Jeno memang selalu tepat sasaran.

"Gue putus sama Mark" Kata Yeri, suaranya bergetar dan benar saja tangisannya pecah

Hera langsung memeluk Yeri yang menangis, jadi ini alasan Yeri tak bersemangat.

Hyunjin dan Somi yang datang berbarengan juga turut kebingungan dengan situasi yang sedsng terjadi diantara teman temannya.

"Yerii!" Semua siswa yang berada di dalam kelas terkejut dengan seruan seseorang yang tiba tiba datang dengan nafas yang terengah engah.

TBC

AmigdalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang