"Ka ini makanannya..."
Jeongin tertegun ditempat,tubuhnya seolah kaku tak dapat mempercayai apa yang sedang ia lihat saat ini. Ya,Jeongin menangkap basah Jeno dan Hera yang sedang berciuman saat dirinya tak ada.
Sungguh ini kali pertama Jeongin merasakan bahwa cinta sangat menyakitkan baginya,ia seperti ditusuk ribuan pisau.
Jeno dan Hera yang tersadar akan kehadiran Jeongin langsung saling melepas dan menjauh,terlebih Hera yang setengah mati menahan tangisnya karna ulah Jeno baru saja dipergoki Jeongin.
Ketiganya tak bersuara,sampai akhirnya Hera beranjak pergi meninggalkan Jeno dan Jeongin. Jeno tak mengejar karna kondisinya yang belum stabil,tapi Jeongin dengan sigap menaruh makanan untuk Jeno lalu ia pergi mengejar Hera.
Hera memang bodoh,seharusnya ia bisa langsung menghajar Jeno atau setidaknya langsung melepas ciuman Jeno,tapi entah Hera justru tak melawannya. Ini yang ia takutkan,masa remajanya menjadi buruk hanya karna satu laki laki.
"Ka Heraaa" seru Jeongin yang berlari mengejar Hera
Hera berhenti di pinggiran lapangan basket dekat pemukiman,nafasnya terengah engah,ia mencari celah agar bisa menahan tangisnya. Tapi Hera tetaplah perempuan,ia menangis menunduk merasa dirinya adalah orang terburuk yang pernah Jeongin lihat.
"Kaaaa"
"Pergi Jeong,gue udah bukan orang yang baik lagi buat elo"
"Engga"
Jeongin langsung memeluk Hera dengan erat,walaupun hatinya juga merasakan sakit saat ini,tapi ia tetaplah laki laki yang akan luluh dan tak tega melihat seorang perempuan menangis. Hera yang saat ini kacau tanpa ragu membalas pelukan Jeongin.
"Aku bakal jagain kakak" kata Jeongin yang masih memeluk Hera.
Dan seketika tangisan Hera mereda,ia merasakan betapa nyaman dan dewasanya Jeongin saat ini yang mampu menghadapi perempuan yang sedang menangis.
"Lo masih mau kan ada dideket gue? Walopun elo udah liat semuanya?" Kata Hera yang tersedu
Jeongin melepas pelukan itu,ia lalu mengangguk pelan dan tersenyum. Jujur,ia pun merasa tidak yakin apakah dengan kondisi seperti ini mampu mempertebal hatinya agar bisa lebih menerima keadaan Hera dengan siapapun itu,karna saat ini Jeongin hanya menyukai Hera. Dalam diam.
"Aku anter kaka pulang ya?" Tawar Jeongin
"Udah gapapa gue balik sendiri,elo masih harus jagain Jeno kan? Gue titip salam aja ga bisa balik lagi kerumahnya,bilang aja gue dijemput kak Kai" kata Hera
"Sebelumnya makasih ya Jeong" lanjutnya
"Buat apa?" Tanya Jeongin
"Buat... buat semuanya aja deh,yaudah ya gue balik dulu,semoga elo sama Jeno makin membaik. Bye" kata Hera lalu pergi meninggalkan Jeongin
--
"Ini semua karna abang lo bangsat! Pergi lo dari sini!"
Lee Jeno kembali menjadi pria yang paling dibenci kala ia berubah memaki Jeongin dengan segala omongan kasarnya.
Jeongin yang tak berani berkutik hanya bisa menangis karna ia juga baru saja dilempar botol bekas minuman semalam,untungnya tak mengenainya,hanya saja ia terkejut.
"Sampe kapanpun lo peduli sama gue,bagi gue lo dan keluarga lo itu cuma sampah! Apalagi elo yang penyakitan!!"
Jeongin adalah laki laki yang memiliki asma akut,ia tidak bisa berada dibawah tekanan yang tinggi dan semua hal yang dapat memanggil penyakit itu,termasuk saat ini,Jeongin berada di tekanan yang membuat penyakitnya kambuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amigdala
FanfictionKarna sejatinya rasa takut dan emosi dari diri sendiri yang menghancurkan suatu rencana yang sudah Tuhan siapkan. ✅semi baku ✅revisi ✅mengandung🔞 Start from 2020