Gloria Heradyn. Gadis 18 tahun yang cantik berambut lurus berwarna coklat. Gadis biasa yang disetiap harinya seperti orang lain. Biasa saja.
"Heraa,gimana sekolahnya tadi?" Tanya seorang wanita parubaya yang duduk diruang tv.
"Biasa aja" jawab Hera singkat.
"Kok biasa aja?"
"Ya biasa aja,sama aja kan bel masuk ya mapel,istirahat,pulang,sama kan"
Mamanya hanya menggelengkan kepalanya pelan,tak disangka anak gadisnya pintar menjawab.
"Udah dapet temen?"
"Udah. Tadi udah kumpul bareng juga kok"
"Baguslah nak,oiya itu makanannya udah dimeja ya,kamu bersih bersih dulu terus ntar makan habis itu istirahat"
Hera mengiyakan kata kata mamanya,ia bergegas membersihkan diri.
Dikamar ia merapihkan meja belajarnya yang sejak pagi lupa ia rapihkan karna waktu yang mepet. Disamping ia merapihkan meja belajarnya,selembar foto berukuran sedang,jatuh begitu saja,entah itu siapa.
Memilih untuk tidak peduli,ia hanya mengambil foto itu dan meletakkannya kembali.
Sedang asik Hera membaca buku dikamarnya,notifikasi pesan di ponselnya berbunyi.
Noname
Hera?
"Apasih ga jelas banget. Bodo ah"
Mungkin orang disebrang sana sangat ingin tau siapa Hera,ia bahkan kini menelpon Hera karna pesannya tak dibalas.
"Halo"
"Ya,siapa?"
"Jeno"
"Temennya Hyunjin?"
"Iya"
"Ada apa? Dapet nomer gue dari siapa?"
"Ga ada apa apa,dari Hyunjin. Bisa ketemu?"
"Ga bisa maaf"
Tuutt ... tuuttt...
Hera memutuskan sambungannya sepihak. Ya,itu bukan Hera jika langsung menerima suatu hal yang baru baginya,kalau berteman ok saja,tapi untuk hal seperti ini,dia ragu.
Hera tak memerdulikan apa reaksi Jeno disebrang sana,intinya Hera tidak mau. Tak berselang lama Han menelponnya.
"Hera,buku matematika gue di elo ya?"
"Iya Han,lupa mau balikin"
"Gue ambil ke rumah lo ya? Alamat lo shareloc ya. Buat belajar nih"
"Oke siap"
Sesuatu yang tidak terlalu penting untuk Hera namun mungkin saja penting bagi manusia seperti Sadeva Hanasyah. Ia memutuskan untuk pergi kedapur dan makan.
"Heraaa,ada temenmu nih dateng"
Panggil mamanya dari balik pintu.
"Bentar ma" jawab Hera.
Suasana sedikit canggung,kala beberapa waktu lalu Hera menolak ajakan Jeno yang ingin bertemu. Ya,Han membawa Jeno ke rumahnya.
"Eemm,Her,sorry ya tadi lancang ngajak ketemu,jadi gue ikut Han"
"Iya gapapa. Oya Han,ini bukunya,thanks ya"
Benar benar ini situasi yang membuat diantara ketiganya tidak nyaman,terlebih Hera yang seketika sangat tidak enak dihadapan Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amigdala
FanfictionKarna sejatinya rasa takut dan emosi dari diri sendiri yang menghancurkan suatu rencana yang sudah Tuhan siapkan. ✅semi baku ✅revisi ✅mengandung🔞 Start from 2020