Bayangan Gelap

2.4K 347 38
                                    

Sukuna tak dapat membuka suara, ia takut salah bicara, bisa-bisa ayah Megumi membunuhnya. Megumi terpaku, ia juga tak berani berbicara, aura ayahnya kini sangat menyeramkan.

Sukuna dan Megumi berdiri di depan Toji, mereka sudah seperti tentara yang sedang menghadap atasan. Bak berbuat kesalahan besar dan siap mendapatkan hukuman berat.

"Kalian ngapain ?" tanya Toji, tatapan menyeramkan Toji mengacu pada Sukuna. Ia tak bisa berkutik barang sejenak, aura mencekam Toji membuatnya mati kutu. Biasanya ia tak begitu, mungkin karena ini tekanan dari Toji, ayah dari-calonnya-Megumi.

"Tadi—"

"Diam. Aku tidak bertanya padamu" Sukuna tersentak, suara bass ayah Megumi mengagetkan gendang telinganya.

"Lah tadi dia bilang kalian"  Inner Sukuna. Ia tak menyangka akan bersemuka dengan Megumi, apalagi ayahnya. Belum lagi mereka kepergok seperti pasangan yang berbuat mesum, untung saja Sukuna belum mendaratkan bibirnya, jika tidak ia yakin Toji–calon ayah mertua ekhm– bisa menguleninya jadi bubur.

"Sukuna membantuku bersembunyi, tadi aku di kejar tante-tante pemabuk. Terus mataku kelilipan, dia mau meniupnya" ucap Megumi bohong. Sukuna langsung menoleh ke pemuda di sebelahnya, apa dia sudah tertidur dari tadi? Kenapa tiba-tiba Megumi membelanya. Jika ini mimpi, mimpi yang paling terbaik yang ia dapat. Boleh tidak, sekalian meminta restu agar jalannya di permudah, pikir Sukuna. Di beri hati, malah minta jantung.

"Tampang seperti preman gini nolong Gumi ?"

"Bisa jangan gunakan panggilan itu kalau di luar ?" Megumi malu, cuma ayahnya yang selalu memanggilnya begitu. Rusak nama baiknya kalau Sukuna menghinanya dengan panggilan sama, apalagi Sukuna yang notabene rival utamanya. Di sekolah ia cukup di takuti karena gelar memberantas para berandalan, tapi nama Megumi memang membuat beberapa orang ambigu.

"Om, kok imut manggilnya Gumi, padahal anaknya laki" sela Sukuna tak tau diri, ia hampir tertawa mendengar panggilan manis Megumi dari sang ayah. Megumi meliriknya tak terima, sembarangan saja menyebutkan nama itu.

"Suka-suka saya lah, saya kan bapaknya"

"Kalau saya boleh ga om, panggil Gumi juga ?"

"Tidak" si pemilik nama menolak dengan cepat.

"Kalau sayang ?" sebuah pukulan sukses mendarat ke kepala Sukuna, sudah jelas Toji pelakunya. Megumi penat menghadapi dua manusia di hadapannya. Kalau orang-orang bilang ayahnya menakutkan, beda lagi dengan presepsi Megumi. Ayahnya sering mempermalukan dirinya, alasan tersebut yang membuat Megumi malas mempertemukan teman-temannya pada sang ayah.

"Anak siapa ini, kurang ajar dari tadi" tampaknya Toji mulai jengah bertatap muka dengan Sukuna. Megumi berpikir sejenak, tidakkah mereka sedikit mirip. Sama-sama menjengkelkan dan bodoh.

"Anak Itadori Jin om" balasnya enteng.

"Woi, tidak sopan" ujar Megumi mengingatkan. Sukuna tampak sangat ingin mencoba bogem mentah dari Toji.
Megumi paham, Sukuna memang selalu begitu, tapi ayahnya juga bukan tipe seorang penyabar. Seumpama mereka berkelahi disini, Megumi juga yang akan di seret jadi saksi. Itu melelahkan, Megumi tidak mau.

"Itadori Jin? Sejak kapan Yuuji jadi preman" Toji mengerutkan alis bingung, seingatnya Yuuji adalah anak baik dan polos. Tapi yang ia temui kali ini berbanding terbalik, bak tuas yang bergerak seratus depalan puluh derajat.

"Bukan om, saya Sukuna. Itadori Sukuna"

"Sukuna ?" Toji berusaha mengingat siapa pemuda nakal tersebut. Toji dan Jin sudah berteman baik sejak masa sekolah, tentu ia juga cukup tau banyak mengenai seluk-beluk keluarga teman baiknya. Nama Sukuna juga tak asing di indra pendengarnya.

Limerence [SukuFushi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang