Kecewa

1.5K 227 23
                                    

Setibanya di rumah Megumi tak membuka mulut sedikitpun. Ia terus bungkam sejak kejadian Sukuna yang berusaha meniduri Asami. Ingatannya terus menertawakan kegundahan Megumi, terputar jelas di otaknya kala bibir Sukuna menyatu dengan Asami. Sakit, kenapa hatinya terluka, untuk siapa hatinya menaruh rasa. Marah karena Sukuna yang hendak memperkosa Asami, atau marah karena Sukuna tidur dengan orang lain. Konteks yang mirip, namun sangat berbeda bagi Megumi.

Tangan kurusnya menarik selimut semakin tinggi, ia meringkuk sembari memejamkan mata. Muak, sangat muak dirinya ketika memikirkan Sukuna. Tak ada habisnya, tak ada akhirnya, tak luput barang sejenak, bisakah ia lari dari belenggu tak kasatmata seorang Sukuna.

Jika saja kala itu, Megumi tak sengaja memetik kuncupnya lalu membiarkan hingga layu, akan ia tanam Sukuna di dalam hati, agar bermekaran benih asmara. Namun sekarang semuanya hanya angan belaka, saat ini kenyataan sedang tertawa karena telah mematahkan impian eloknya.

"Megumi makan dulu" tawaran Satoru dihiraukan. Satoru membuka pintu, masuk ke kamar Megumi tanpa izin dari sang pemilik. Setelah mereka pulang, Megumi tak melihat ayahnya di rumah. Pasti ayahnya sudah pergi keluar kota. Megumi terbiasa dengan itu, ia paham jika sang ayah sibuk mencari nafkah untuk Megumi.

"Tak biasanya kau merenung seperti ini" dengan santainya Satoru duduk di kursi yang terletak di depan meja belajar Megumi.

"Padahal dulu kalau merenung seperti ini habis kalah dari Sukun—"

"Jangan sebut namanya" ucapnya dingin. Megumi duduk, irisnya menatap tajam Satoru. Wajah lesu itu membuat si surai putih menaruh rasa simpati. Sebelum pulang ia telah berjanji tak boleh mengatakan apapun, kalau saja Megumi tau selama ini Sukuna berusaha melindunginya dari balik bayangan.

"Kenapa kau di sini"

"Ayah Yuuji sudah pulang, Maki juga sedang liburan. Tak ada salahnya aku menemanimu kan ?" Satoru berbohong. Sebenarnya ia tinggal di kediaman Fushiguro untuk menjaga Megumi. Kalau Asami terus di biarkan, pasti ketenangan tak akan berpihak pada Megumi.

"Apa dia menyakitimu lagi ?" mereka sempat dilanda keheningan beberapa saat, Megumi mengigit bibir kesal.

"Kemarin dia mau mempekosa Asami, sudah begitu Asami malah memaafkan Sukuna. Orang baik dan orang jahat sama saja, itu sebabnya aku tak suka mereka" Megumi meremat selimutnya, dadanya seperti tercabik mengatakan kalimat barusan.

"Kau berkata begitu karena kau pernah ada di posisi salah satunya ?" Megumi terbelalak. Ketika Satoru berucap, nada bicara sang guru sangat mengintimidasi. Benar, Satoru tak salah, dirinya juga kesal karena di permainkan.

"Begitulah. Memang dia yang hobi tidur dengan orang lain"

"Mulutnya berkata seolah tak akan menyakiti, tapi nyatanya apa ? Cuma omong kosong, mana mungkin orang jahat bisa jadi baik" Satoru memilih tetap diam. Biarlah saat ini Megumi meluapkan seluruh emosinya. Terlalu lama pemuda bersurai jabrik itu diam, pasti batinnya lelah.

"Tapi aku mengambil sesuatu yang penting darinya, dan rasa bersalah ini seperti memakanku"

Ucapan Sukuna terngiang di otaknya. Memang benar, Sukuna telah mengambil sesuatu yang penting bagi Megumi. Ia secara paksa merenggut hati Megumi tanpa  persetujuan sang pemilik, dalam hatinya Megumi berteriak. Ia meraung seperti orang kesakitan, perih ia rasa, terlalu dilema menghadapi segala masalahnya.

"Aku tidak akan melupakannya, aku akan berusaha sampai kau membalas perasaanku, bukan cuma memaafkan. Itu janjiku."

"Aku menyukaimu"

"Kenapa ? Kenapa kau berkata begitu" gumamnya pelan. Megumi menjambak rambutnya, pusing, kepalanya berat memikirkan semuanya.

Angin malam menjadi saksi dari rasa sakit, ia menghela napas frustasi kala mata Megumi terpejam, lebih baik di memendam perasaannya. Entah mengapa rasa sakit ini membuat harapannya pupus seketika.

Limerence [SukuFushi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang