Akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan hari dengan kegemaran. Namun kali ini Sukuna tak dapat pergi kemanapun karena sang kekasih memintanya menemani seharian di rumah. Sukuna tentu tak menolak, si surai merah muda malah kegirangan karena bisa melakukan apapun, Toji tidak ada kali ini, Maki juga kembali ke rumahnya sementara, jadi ia sangat bebas melakukan apapun pada Megumi.
Setelah melakukan kegiatan panas tadi malam, Sukuna malas untuk bergerak. Setelah sarapan ia terus bermanja ria dengan Megumi. Seperti saat ini, netra merah berlian itu tengah tidur di paha Megumi. Megumi asik bermain ponsel sembari melihat televisi. Megumi juga tidak tau mau kemana, jadinya ia meminta Sukuna menemaninya.
Di usapnya pelan surai merah muda di bawahnya lalu mengusap tato yang tercetak di dahi Sukuna. Ia selalu di hantui rasa penasaran kenapa Sukuna memiliki banyak tato di tubuh kekarnya.
"Penasaran ?" tanya Sukuna peka. Ia belum membuka mata, hanya saja ia sadar kalau selama ini belum memberitahu Megumi tentang seni di tubuhnya.
"Eum" tangan Sukuna terangkat mengusap jari Megumi yang berada di dahinya.
"Dulu aku anak yang nakal"
"Masih." Sela Megumi cepat. Karena perkataan sang kekasih, Sukuna langsung membuka matanya, melirik iris biru gelap pujaannya.
"Apa ? Aku mengatakan yang sebenarnya"
"Bukan begitu. Maksudku aku memang sangat nakal, aku tak pernah mendengarkan orang tua angkatku. Aku sering berkelahi dan selalu di pukuli Papa kalau ketahuan babak belur karena berkelahi" Megumi sedikit tertegun mendengar tuturan Sukuna. Babak belur karena berkelahi saja sudah sakit, apalagi di tambah dengan pukulan ayahnya.
"Mama selalu membelaku, tapi aku tetap tidak mendengarkan. Hari-hariku penuh dengan luka dan siksaan, orang tua itu tidak punya rasa ampun. Aku sengaja menato wajah dan tubuhku supaya lukanya tidak terlalu mencolok, kalau ada tato pasti orang akan lebih terfokus kesana kan ?" Megumi tidak menyangka alasan Sukuna melakukan itu juga untuk menutupi rasa sakitnya.
"Sampai aku mengetahui bahwa aku bukan anak mereka, aku bertemu Yuuji saat dia liburan ke kotaku. Dan aku mulai jadi anak baik, pindah kota dan bertemu denganmu"
"Aku kaget saat pertama kali melihatmu, ku kira kenapa Yuuji bisa berubah 180° dalam semalam" ucap Megumi polos. Tidak salah, sifat kedua saudara itu memang berbanding terbalik.
"Dulu kau memanggil ku Itadori, aku merasa terasingkan"
"Karena kita tidak kenal, aku cuma kenal Yuuji"
"Tetap saja tidak adil, kalau ayah tidak menyuruhmu memanggil Sukuna pasti kau tidak akan pernah memanggil nama depanku" Megumi tersenyum tipis, ia selalu merasa lucu kalau Sukuna mengungkit hal sepele begitu.
"Jadi sekarang nama belakangmu Ryomen atau Itadori ?"
"Masih Ryomen"
"Tapi, bukannya di sekolah semua datamu itu Itadori ?" Sukuna tertawa kecil. Megumi tentu tidak mengerti betapa licik dan kotornya Sukuna.
"Aku punya uang, dan orang dalam. Kau ingat formulir ku yang terjatuh saat aku baru kembali setelah seminggu ?" ucap Sukuna mengingatkan. Megumi melirik ke langit-langit, berusaha mengingat kapan kejadian yang di maksud. Ia ingat waktu itu namanya bertuliskan Ryomen Sukuna, bukan Itadori Sukuna.
"Aku harus jadi penerus keluarga Ryomen. Memakai marga ayah kandung juga untuk melindungiku. Yah lumayan aku jadi kaya, aku tidak meninggalkan keluarga itu begitu saja juga demi Yuuji. Uang bukan segalanya, tapi segalanya bisa di dapat karena uang. Tidakkah aku sangat munafik ? Itu sebabnya aku malas mengungkapkan diriku pada orang lain. Terlalu membosankan." Sukuna bangkit dari tidurnya. Duduk menghadap televisi sembari menatap kosong. Matanya melotot kala Megumi memeluknya dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [SukuFushi] ✔
Fanfiction[Tamat] Rasa penasaran Megumi dan Yuuji tak disangka mendatangkan mala petaka bagi mereka berdua. Mengambil barang haram dari meja Gojo adalah kesalahan terbesar Yuuji, dan mencoba sebuah barang juga kesalahan terbesar dalam hidup Megumi. Megumi t...