Keheningan menetap di antara mereka sejak Megumi mendapat perobatan dari kotak P3K milik restoran yang ia kunjungi tadi. Untung saja manager restoran itu bermurah hati memberi pertolongan pada Megumi, jika tidak mungkin ia harus pergi ke rumah sakit karena infeksi luka. Sukuna tak berani menatap Megumi, ia tidak tau harus bicara apa saat berdua saja, kalau kemarin ia bisa memecah keheningan dengan bantuan ayah Megumi. Tapi kali ini kecanggungan menghantam suasana dan pikirannya.
"Terima kasih" ucap Megumi sembari menatap lukanya. Sukuna menoleh ke asal suara, bibirnya sedikit menyunggingkan senyum kala kalimat itu menggelitik indra pendengarnya. Ia tidak menyangka akan jadi seperti ini, padahal di awal ia adalah penguntit pemuda bermarga Fushiguro tersebut.
"Tak perlu mengatakan itu" ujar si iris red diamond.
"Karena kau sudah kepergok mengikutiku?" Sukuna tertawa kecil. Sindiran itu tepat mengenainya, Megumi masih orang yang sama. Memberi perkataan ketus dan dingin. Tapi sikapnya yang terus terang, membuat Sukuna semakin mabuk dan terjerumus perasaan kelabu. Ia tak pernah memiliki alasan rinci pasal perlakuan meresahkannya terhadap Megumi, ia hanya ingin terus mendapat perhatian Megumi. Belakangan ini ia tidak pernah di beri umpatan lagi, ia memilih bungkam ketimbang ekspresi kecewa dan putus asa itu terpampang lagi.
"Kau ada masalah ? Atau cacingan ? Akhir-akhir ini seperti cosplay jadi batu, diam saja" gurau Megumi. Dalam hati kecilnya ia sedikit penasaran kenapa Sukuna jadi lebih pendiam, bahkan ia tidak lagi berbuat kenakalan. Ketika ia masuk ruang konseling, Nanami mengatakan berubahlah seperti Sukuna. Berarti pemikirannya selama ini benar, semenjak Megumi mengusir Sukuna anak itu jadi berubah.
"Hanya merasa bersalah dan tak tau cara minta maaf" Megumi tertawa setelah kalimat Sukuna usai. Baru pertama kali ia mendengar Sukuna ingin minta maaf pada orang lain, sebelumnya ia kira perkataan Sukuna hanya sebuah candaan, namun cahaya iris merah itu terlihat tak ada kebohongan.
"Tinggal bilang minta maaf saja"
"Tapi aku mengambil sesuatu yang penting darinya, dan rasa bersalah ini seperti memakanku" Megumi malah kebingungan, ia tak tau harus menjawab apalagi. Apa selama ini Sukuna telah berbuat suatu hal fatal pada orang lain sampai jadi seperti itu? Pikir Megumi.
"Kalau begitu persiapkan dirimu dulu, jangan minta maaf kalau kau belum bisa mengenali dirimu sendiri, dan tidak tau harus melakukan apa. Percuma saja kau bilang maaf, maaf, dan maaf padanya, kalau kau sendiri terus menerus minta maaf tidak jelas dan tidak tulus. Kalau aku bakal muak dengan kalimat maaf ribuan kali dan terus mengulangi kesalahan. Aku lebih suka di ucapkan satu kali tapi paham betul kesalahannya dimana dan mengucapkan dengan tulus." ucap Megumi panjang lebar, ia sedikit kesal mendengar kalimat pesimis Sukuna di awal.
Perkataan Megumi menyentil hatinya. Saran yang paling ingin ia dapatkan malah diberi tau oleh sang empu langsung. Sukuna tidak tau Megumi itu polos atau tidak peka, padahal sudah jelas dirinya yang mereka bicarakan.
"Baiklah, aku akan mencobanya" mereka berdua tertawa setelahnya. Kecanggungan sirna setelah kalimat menenangkan Megumi, sekarang Sukuna tinggal membulatkan tekad agar mengatakan kalimat maaf dengan tulus.
"Aku lupa mau beli sesuatu" Megumi baru ingat ayahnya menitipkan sesuatu sebelum ia pergi keluar.
"Mau aku temani ?" Megumi sempat berpikir sejenak, tapi tak lama ia menginyakan saja, lumayan ada pembawa barang.
Mereka masuk ke sebuah toko baju, Megumi bilang ia ingin membeli beberapa kaos untuk ayahnya. Jika ayahnya tak mengancam, Megumi tidak mau keluar, lebih baik jalan-jalan di luar ketimbang mendengar lelucon bapak-bapak seharian. Ia juga berpikir membeli dalaman karena beberapa sudah melar, dan tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [SukuFushi] ✔
Fanfiction[Tamat] Rasa penasaran Megumi dan Yuuji tak disangka mendatangkan mala petaka bagi mereka berdua. Mengambil barang haram dari meja Gojo adalah kesalahan terbesar Yuuji, dan mencoba sebuah barang juga kesalahan terbesar dalam hidup Megumi. Megumi t...