Bunkasai (Bonus chap)

2.3K 202 51
                                    

Sebentar lagi hari yang di nanti para murid akan tiba, hari jadi sekolah tahun ini tak kalah meriah dari tahun-tahun yang telah di lewati. Festival budaya atau Bunkasai akan di adakan dua hari lagi, saat ini Megumi tengah sibuk membantu teman sekelasnya untuk menghias ruang kelas. Tema yang mereka ambil adalah cafe, jadi harus ada beberapa barang pendukung supaya kelas mereka mirip dengan tempat tersebut.

Musim dingin semakin dekat, tak terasa hubungan Sukuna dan Megumi sudah berjalan kurang lebih satu bulan. Namun kali ini ia tak di temani sang dominan, karena dua hari lalu Sukuna pergi menjenguk ibunya. Megumi tak ambil pusing, lagipula itu wajar, dan belakangan ini ia juga disibukan dengan persiapan festival. Hubungan kedua orang itu di rahasiakan, mereka saling mengerti satu sama lain, memilih keputusan tersebut juga demi menjaga Megumi agar tak di ganggu oleh musuh-musuh Sukuna.

"Aduh, kita kurang satu orang pelayan lagi" Megumi melirik dua teman sekelasnya. Kedua gadis itu menatap Megumi balik lalu tersenyum aneh. Mereka menghampiri Megumi yang sedang merekatkan pita-pita di tembok.

"Fushiguro, mau tidak jadi pelayan untuk lusa ?" Sebenarnya Megumi mau menolak, tapi ia tidak enak dengan teman-temannya.

"Kau itu tampan, punya bulu mata yang bagus, kulit putih, tinggi. Kalau kau jadi pelayan pasti akan banyak gadis yang datang ke cafe kita !" puji salah satu gadis. Kalau ada Sukuna pasti ia akan bangga dengan pujian itu, bukan si yang di puji. Sukuna sangat percaya diri kalau menyangkut tentang Megumi, jelas kekasih siapa dulu, pasti preman itu berpikir begitu.

"Boleh saja" mereka tersenyum girang ketika si surai gelap menyetujuinya. Tak ada salahnya menerima, Megumi juga tidak tau apa yang ia lakukan saat festival nanti.

.
.

Megumi tengah sendirian di trotoar jalan, kedua temannya sibuk mengurusi urusan mereka. Megumi tidak berniat mengganggu, jadi lebih baik ia pulang sendirian saja. Karena terlalu sibuk dengan dekorasi tak terasa matahari sudah terbenam dua puluh menit yang lalu.

Rasanya sangat sepi, padahal dulu ia juga sering pulang sendirian. Namun, semenjak menjalin hubungan dengan Sukuna, si pemuda menyeramkan itu selalu menemani Megumi pulang. Walaupun tak jarang dirinya mendengar sang ayah dan kekasihnya bertengkar kecil kalau sampai di rumah.

Megumi meregangkan otot-ototnya, menghela napas dalam sembari tersenyum senang. Sukuna bilang, ia akan pulang hari ini. Yah walaupun menyebalkan tapi Megumi tetap merindukan preman manjanya.

"Oi Fushiguro !" seru seseorang di depannya. Megumi tertegun, beberapa berandalan yang dulu sering mengganggunya, mau apalagi mereka.

"Apa yang kau lakukan pada Itadori Sukuna ! Dia jadi lembek begitu, di ajak berkelahi denganmu pun tak mau" tentu Sukuna tidak akan melakukan itu, sekarang Megumi sudah jadi kekasihnya. Beda lagi dengan Megumi, dia masih tega memukul Sukuna kalau beberapa waktu bertingkah kelewat batas, tapi hanya untuk sekedar mengingatkan saja, tidak serius.

"Ayo berkelahi satu lawan satu kalau kau memang berani" tantang Megumi. Ia meregangkan jemarinya, sudah lama sekali rasanya tak memukul keras rahang orang lain. Kelima orang itu mengangguk setuju, dan perkelahian tak terlelakkan.

Megumi berhasil memukul tiga orang di antara mereka, tinggal dua ronde lagi menuju kemenangan Megumi. Pada saat akan memulai, muncul seseorang yang tak asing, sepasang iris merah berlian menatap mereka tajam. Ia tak bicara namun raut mukanya sangat tak senang dengan keadaan tersebut.

"Huh ? Apa ini ?" Sukuna berdiri di depan Megumi. Menatap bagian tubuh yang terkena beberapa pukulan, lalu melirik dingin netra biru gelap di depannya.

"Aku menantang mereka satu lawan satu" Megumi tidak gundah, ia mengepal tangannya. Sejujurnya ia sedikit ragu dengan Sukuna, kalau ia mengamuk sulit menenangkan emosi Sukuna.

Limerence [SukuFushi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang