Megumi sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap. Dengan setia tangan besar itu menggenggam tangan Megumi. Walaupun Satoru bilang Megumi baik, tapi hatinya masih tak tenang jikalau manik si surai gelap belum terbuka.
"Maafkan aku Fushiguro" gumamnya. Cairan bening jatuh dari matanya, keluar tanpa persetujuan sang empu, ia tak dapat membendung rasa bahagia saat ini. Sekali ini saja biarkan ia menangis bahagia. Sukuna sangat takut kehilangan Megumi, Sukuna sangat membenci tubuh itu terluka. Padahal dulu dirinyalah yang selalu memberi lebam kebiruan di tubuh Megumi.
"Aku memaafkanmu, jangan menangis begitu" Sukuna mendongak ketika suara favoritnya menegur indra pendengarnya.
"Fushiguro"
"Kau itu tolol. Aku juga laki-laki sepertimu, aku bisa berkelahi. Kau kira dengan menyembunyikan semuanya akan membuatku senang ?"
"Jangan berlagak jadi hero. Aku juga tau rasanya jatuh cinta, tapi bertindak sendirian menghadapi orang seperti Asami sama saja mengantarkan nyawa ke malaikat maut" Sukuna tertawa. Baru saja kelopak mata itu terbuka, namun ia langsung di layangkan omelan dan tuturan kasar.
"Jangan tertawa bodoh. Aku kesal kau tak menceritakan semuanya, aku sampai mengancam kak Okkotsu. Untung saja kak Inumaki berpihak padaku"
"Kau tidak sedih pacarmu di tangkap polisi ?" Megumi memicing tak suka. Kalimat Sukuna bak menyindir keras dirinya.
"Kau memang orang brengsek yang tidak peka. Aku berkencan dan memacari Asami demi kelancaran menguak informasi. Dengan aku sering mengajaknya keluar, kak Maki dan Nobara bebas menyelidiki rumahnya" Sukuna tak tau menahu soal ini. Ia tak menyangka kalau Megumi juga ikut andil dalam menjatuhkan Asami.
"Aku melakukan ini untukmu" ujarnya pelan di akhir kalimat. Wajah Megumi di alihkan, ia malu menatap Sukuna. Walaupun pelan, tentu Sukuna masih mendengar jelas perkataan Megumi. Pipinya ikut mengeluarkan semburat kemerahan.
"A-aku" Sukuna kikuk. Tak biasanya ia begini, ucapan dan raut muka Megumi membuat lidahnya kelu. Megumi sangat manis kalau malu-malu, ingin sekali Sukuna menerkam namun akalnya belum segila Asami.
"Kembalilah, kau harus menunggu ibumu siuman" sempat terjadi keheningan sementara. Megumi memecahkan kecanggungan agar suasana membaik.
"Mama sudah sadar, mungkin besok pagi aku akan kembali" Megumi tersenyum. Akhirnya wajah tegas itu melembut, Megumi paham kalau Sukuna tak tenang belakangan ini. Megumi dapat melihat jelas kantung mata dan wajah kelelahan Sukuna.
"Syukurlah. Ah iya aku tarik kata-kataku soal kau gembel. Aku juga sudah membayar hutang ku" mereka tertawa setelahnya. Sukuna lega Megumi juga telah memaafkannya, akankah ini adalah pintu masuk ke menuju hati Megumi. Ia tak dapat membayangkan semua ini.
Megumi dan Sukuna belum memilih untuk jujur. Keadaan sekarang memaksa mereka untuk bungkam sementara. Urusan hati bisa belakangan, prioritas saat ini adalah kesembuhan lebih dulu.
.
.Tak terasa liburan musim panas berakhir, masa kelam Megumi dan teman-temannya juga telah usai. Kini saatnya menerima kenyataan menjadi siswa biasa lagi. Sukuna telah kembali, tapi ia agak sedikit berbeda. Mereka berteman baik sekarang, yah walaupun Sukuna masih terlibat tawuran antar sekolah. Mereka sempat berpisah lama dengan Sukuna, tapi itu tak masalah saat pemuda itu kembali dalam keadaan segar bugar dan tak menampilkan ekspresi frustasi lagi.
Nobara, Yuuji, Megumi dan Sukuna tengah menghabiskan waktu istirahat di kantin sekolah. Mereka berbincang dan menghabiskan makan siang bersama. Saat tengah asik bercanda tawa, datang beberapa orang gadis ke meja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [SukuFushi] ✔
Fanfiction[Tamat] Rasa penasaran Megumi dan Yuuji tak disangka mendatangkan mala petaka bagi mereka berdua. Mengambil barang haram dari meja Gojo adalah kesalahan terbesar Yuuji, dan mencoba sebuah barang juga kesalahan terbesar dalam hidup Megumi. Megumi t...