Beranjak Tanpa Suara

2.8K 317 48
                                    

Matahari kini berada di ufuk timur, menitah semua makhluk untuk mengerjakan kegiatan keseharian. Sukuna mengerjap perlahan tatkala selimutnya di tarik paksa oleh Yuuji. Tak biasanya Yuuji membangunkan Sukuna pagi-pagi begini, waktu untuk bersiap berangkat sekolah juga masih satu jam lagi.

"Ganggu orang tidur" ucapnya kesal. Bukannya bangun, ia malah menarik kembali selimut yang semula diambil paksa.

"Bangun. Tadi pelayan telpon, bilang bibi Ryomen sakit" tak ada balasan, Sukuna tidak merespon apa yang Yuuji katakan. Hening, yang di ajak bicara masih enggan membuka suara, padahal matanya sudah terbuka lebar. Sukuna hanya mematung sembari memegangi selimutnya.

Yuuji menghela napas panjang, kemudian duduk di pinggiran ranjang Sukuna. Ia mengerti, Sukuna tak suka dengan pembicaraan ini.

"Apa salahnya menjenguk sebentar, dia pasti ingin menemuimu" Sukuna bangkit, raut muka datar lah yang menjadi penjawab saran Yuuji.

"Aku janji, besok aku akan menyusul" Yuuji tersenyum lembut. Ia sebenarnya tak ingin memaksa, namun Yuuji juga tidak mungkin membiarkan Sukuna berdiam diri kala wanita yang selama ini merawat Sukuna jatuh sakit.

"Kalau bukan karenamu, aku tak akan kembali ke sana" dengan berat hati ia menyetujui kemauan Yuuji.

"Jangan bilang begitu, kau harus semangat ! Kalau soal absensi, Gojo-sensei yang akan mengurusnya" ucap Yuuji sambil mengacungkan jempol ke arah Sukuna.

"Dia masih di sini ?" Yuuji mengangguk, hal biasa mendapati Satoru menginap di rumah mereka. Kalau ayah mereka tak ada, pasti sang ayah menitipkan dua pemuda itu padanya. Sukuna sebenarnya kesal, apalagi kalau suara desahan Yuuji terdengar sampai ke kamarnya. Tapi mau bagaimana lagi, itu sebabnya ia tak suka Satoru.

"Aku mau siap-siap dulu" Sukuna berjalan gontai menuju lantai bawah. Ia ingin menemui Satoru, ada hal penting yang harus ia sampaikan sebelum meninggalkan rumah.

Satoru sedang melakukan peregangan di teras samping rumah. Ia terlihat tak segan memakai barang dan melakukan hal sesukanya di rumah orang.

"Selamat pagi Sukuna ! Aku sudah dengar dari Yuuji-"

"Sensei, tolong jaga dia" sela Sukuna tanpa basa basi. Satoru terheran, tak biasanya Sukuna memanggilnya dengan embel-embel tersebut. Kalau ada maunya pasti seseorang berubah, apalagi orang seperti Sukuna.

"Kau mencemaskannya ?"

"Perasaanku tidak enak. Kemarin, ada seorang gadis mengikutinya" Satoru jelas tau siapa yang Sukuna maksud. Raut mukanya menampilkan ekspresi penasaran, ia sedang berpikir siapa gadis yang mengikuti kemarin.

"Kau cemburu ?" tak salah Satoru berkata begitu, kalimat Sukuna terdengar ambigu di telinganya.

"Bukan begitu. Dia terlihat aneh, dan menyeramkan. Warna matanya mirip dengan milikku, kalau ada orang seperti itu, ku minta untuk menjauhkan darinya" Sukuna pergi tanpa menunggu jawaban Satoru. Selalu begitu, meminta dan memerintah sesukanya, apa ia lupa kalau Satoru masih jadi guru di sekolahnya.

.
.

Megumi melirik kursi kosong di belakangnya, tak biasa dirinya merasakan hawa sunyi di sana. Padahal sang empu juga sering bolos, tapi kali ini ia merasa ada sedikit kejanggalan.

"Itadori mana ?"

"Katanya tidak masuk, tapi tidak tau kemana" Megumi tidak sengaja mendengar pembicaraan teman sekelasnya. Sukuna cukup populer untuk di jadikan bahan gosip, semua itu karena tingkah dan perlakuan nakal yang ia perbuat.

"Dia pergi ?" ujar Megumi pelan. Padahal sebentar lagi liburan musim panas akan di mulai. Tapi kenapa Sukuna sudah libur lebih dulu, Megumi berniat bertanya pada Yuuji nanti. Bukan karena mencemaskan Sukuna, ia cuma ingin tau saja. Untuk apa juga dia mencemaskan orang yang sudah melecehkannya.

Limerence [SukuFushi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang