"Kau belum memaafkanku Fushiguro, bagaimana bisa aku menyatakan perasaanku, sudah jelas di tolakkan ?"
Megumi mematung di tempat, kalimat Sukuna mengagetkannya. Semburat merah muncul di pipinya, ia merona malu. Beda lagi dengan si pembicara, ia malah terpukau dengan wajah malu sekaligus imut milik Megumi.
"Hal konyol apa yang kau katakan, jangan bercanda" Megumi menutupi muka dengan punggung tangannya. Ia sangat malu, ingin rasanya ia bersembunyi di dalam lautan. Megumi tidak mau Sukuna melihat wajahnya, padahal sudah jelas wajah itu memerah sampai ke telinga.
Sukuna tidak tau harus bereaksi bagaimana, perkataan di akhir Megumi sedikit menyentil hatinya, namun ekspresi Megumi cukup menjawab rasa penasarannya.
"Apa aku terlihat tak pernah serius ?"
"Kau selalu serius saat memukulku" Megumi masuk tanpa memberi jawaban. Dirinya masih tersipu mendengar penyataan Sukuna, hatinya berdebar kencang. Tidak di sangka Sukuna akan mengatakan hal itu, memang perilakunya agak aneh belakangan ini, apa dia baru jatuh dari jurang? Atau salah makan? pikir Megumi. Bukannya jual mahal, Megumi merasa semua ini terlalu cepat, ia masih belum bisa menerimanya.
"Oi Fushiguro !" Sukuna mengekori Megumi, ketika jarak sudah tak menjadi halangan Sukuna langsung menarik lengan Megumi, memaksa sang empu untuk berbalik menatapnya.
"Kau belum memaafkanku" manik mereka saling bertemu, si surai merah jambu menatap bak meminta jawaban pasti. Megumi kelimpungan, selama ini dirinya masih berperang dengan diri sendiri, kejadian waktu itu masih membuat hatinya sakit.
"Megumi kau sudah bangun ?!" seru Yuuji masuk tanpa mengetuk pintu, ditemani Satoru berjalan di belakangnya. Satoru merasa waktu yang salah masuk ke sana tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Maaf" Megumi menarik tangannya, kemudian berjalan menghampiri Yuuji.
"Kau merasa lebih baik ?" tanya Yuuji. Anak itu memang terkadang tak mengerti situasi, Megumi cuma mengangguk sebagai jawaban.
"Sudah makan? Aku beli takoyaki, kau mau ?" Megumi membawa Yuuji keluar dari kamar, ia tak berani menatap Sukuna lebih lama. Kegundahan ini membuat otaknya tak berjalan dengan lancar.
Sukuna hanya memperhatikan mereka, ia menghela napas panjang, mengusak surai frustasi. Kenapa hatinya sulit di kendalikan saat Megumi di dekatnya, apalagi tadi, kenapa mulutnya malah berucap seakan memaksa Megumi untuk memaafkannya.
Tatkala sang murid sibuk bertarung dengan pemikiran sendiri, Satoru mendekat lalu menepuk bahu Sukuna pelan.
"Di tolak ?"
"Maafin aja belum" gusar Sukuna. Satoru terkekeh kecil, persoalan cinta memang selalu rumit, apalagi dimulai dari masalah begini. Dulu dirinya dan Yuuji juga sempat terlibat masalah karena perbedaan usia, otaknya berprinsip usia hanyalah angka, untuk mencintai kau butuh perjuangan, bukan usia.
"Kalau nyerah mendingan lepasin aja itu burung. Percuma jago baku hantam, kalau ga mau berjuang untuk percintaan" sindiran Satoru memukul keras pemikiran pesimisnya. Terdengar agak konyol tapi gurunya benar, semua akan sia-sia jika ia tak berjuang.
"Aku bukan gay sepertimu. Hubungan ini terlarang"
"Pfft hahaha goblok" Sukuna memicing tak suka ke arah Satoru.
"Mana ada orang yang bilang dia tidak gay tapi nidurin, bahkan rela pergi jauh-jauh cuma mau lihat Megumi" Sukuna mengernyitkan alisnya, kalau yang itu ia tak bisa menyangkal lagi.
"Ngomong-ngomong soal hubungan terlarang, kurang terlarang apalagi aku dan Yuuji. Bahkan kau saja tak menerimaku" sekarang ia malah mengadu nasip dengan muridnya. Tatapan tajam dan senyum licik Satoru memukul habis dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [SukuFushi] ✔
Fanfiction[Tamat] Rasa penasaran Megumi dan Yuuji tak disangka mendatangkan mala petaka bagi mereka berdua. Mengambil barang haram dari meja Gojo adalah kesalahan terbesar Yuuji, dan mencoba sebuah barang juga kesalahan terbesar dalam hidup Megumi. Megumi t...