"Nghh aaahh Sukuna" Megumi terus menaik turunkan bokongnya, memasukkan junior Sukuna ke dalam lubangnya. Kini Megumi berada di atas Sukuna, ia sudah tidak mengenakan busana apapun. Mereka melakukan sex di kamar Sukuna. Si surai merah jambu berbaring sambil memegangi pinggang Megumi.
Megumi mendesah keenakan, ia memilin puting seraya menatap memelas ke arah Sukuna. Pemandangan yang sangat seksi di mata Sukuna, saliva yang turun dari bibir Megumi benar-benar membuatnya hilang akal.
"Aaaahhh" Sukuna menghentakkan miliknya lebih dalam, membuat Megumi mendongak kaget. Junior Sukuna mengenai prostat nya, ia semakin mendesah tak karuan. Sukuna tidak menyangka Megumi mau melakukan sex lagi dengannya.
"Nghh Megumi" Megumi menunduk kala namanya di panggil, pemuda itu mencium bibir Sukuna liar. Entah apa yang merasuki Megumi hingga ia jadi sebinal itu. Sukuna tidak tau harus bersikap bagaimana, padahal ia belum minta maaf, tapi mereka sudah melakukan sex lagi. Siapa yang mengajari Megumi melakukan ini padanya, mungkin ia bisa berterima kasih nanti.
"Sukuna mnhh" Megumi mengusap pipi sang dominan lembut, ia tersenyum teduh. Kali ini Sukuna amat sangat menginginkan Megumi menjadi miliknya seutuhnya.
"Megumi" Sukuna mengecup bibir manis kesukaannya, Megumi bagai narkotika baginya. Rasanya sulit untuk lepas dari pemuda dingin itu. Mata bagusnya, senyum manis, pelukan hangat, bahkan wajah memelas Megumi, semua ingin ia monopoli untuk diri sendiri.
"Sukuna"
"Sukunaaaaaa!"
"SUKUNAAAAA! BANGUN BODOH!" Sukuna langsung membuka matanya, ia terperanjat ketika pintu kamarnya di gedor kencang Yuuji. Ah ternyata kegiatan tadi hanyalah mimpi belaka, Sukuna mendesah kecewa lalu mengusap rambutnya kebelakang. Bagaimana bisa ia berfantasi seliar itu bersama Megumi.
"Iya iya, berisik" ujar Sukuna sedikit berteriak. Sukuna melirik bagian bawahnya, miliknya sudah berdiri tegak di balik selimut.
"Brengsek. Kenapa malah mimpi melakukan itu dengan Fushiguro" umpatnya kesal. Sekarang ia harus menidurkan miliknya, jam baru menunjukkan pukul delapan pagi, tapi cara dirinya memulai hari sudah seberat ini, kasihan sekali Sukuna.
.
.Megumi menatap laci mejanya, tak ada apapun di sana. Sejak empat hari lalu, ia tak lagi menemukan sekotak minuman sari buah, minuman itu hilang bersama dengan musuh utamanya. Megumi bepikir, apakah Sukuna yang selama ini memberinya minuman itu ?
"Kenapa Megumi ?" tanya Asami. Akhir-akhir ini Megumi lebih sering melamun, ia juga tidak sadar jika teman-temannya tidak menegurnya. Mereka tidak pernah tau apa isi pikiran Megumi, kenapa bisa jadi begitu.
"Ah tidak apa. Sepertinya aku kehabisan stok minuman sari buah" Megumi terdiam setelah berucap, ia bahkan tak sengaja mengatakan kalimat barusan. Membeli minuman itu saja tidak pernah, bagaimana bisa ia kehabisan stok.
"Ini untukmu" Asami menyodorkan sekotak minuman sari buah, walaupun berbeda merk tapi rasanya tidak jauh berbeda. Megumi cuma melirik minuman tersebut, kemudian menatap Asami balik.
"Ambil saja, kudengar kau suka minuman seperti ini"
"Terima kasih" Megumi tersenyum tipis. Entah kenapa rasanya tidak familiar, bukan karena itu minuman gratis, melainkan sang pemberi sangat asing di benaknya.
Megumi tengah fokus mengerjakan tugas yang di berikan Geto. Kelompok yang semula di isi Sukuna, kini di ganti menjadi Asami. Gadis itu terus menatap Megumi dalam diam, ia tak berani membuka suara. Pesona Megumi naik berkali-kali lipat ketika ia sedang fokus belajar.
"Sukuna kau kerjakan yang ini" ujar Megumi sambil memberikan sebuah buku pelajaran. Iris merah gelap itu melirik Megumi bingung. Megumi sadar ia menyebutkan nama yang salah, sekarang ini bukan Sukuna lagi yang berada di kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [SukuFushi] ✔
Fiksi Penggemar[Tamat] Rasa penasaran Megumi dan Yuuji tak disangka mendatangkan mala petaka bagi mereka berdua. Mengambil barang haram dari meja Gojo adalah kesalahan terbesar Yuuji, dan mencoba sebuah barang juga kesalahan terbesar dalam hidup Megumi. Megumi t...