2010
"New, guru Mix memanggilmu." New menoleh pada Off. Teman dekatnya yang masih ia ingat. Namun saat mereka dewasa, seingat New, ia jarang bertemu Off. Kemanakah ia?
"Ah, iya. Aku akan ke sana."
New menyusuri koridor kelas demi kelas. Sampai ia mencapai pintu ruang guru. Ia Langsung di sambut oleh guru Mix dan beberapa tumpukan buku.
"Newwie. Sebagai kepala murid aku minta bantuan kau untuk mengangkat semua ini ke lantai bawah, kau kan tahu gedung ini akan di renovasi. Jadi tolong ya." Guru Mix menunjuk beberapa kardus yang hendak New bawa. Dalam hati New mendumel, bukankah sebaiknya ia mencari Tay di kelas sebelah dan mencoba berbincang dengan Tay? Ia malah kedapatan membawa kardus berdebu sebanyak itu.
Beberapa kardus yang ringan sudah New pindahkan, tinggal kardus-kardus muatan besar yang tersisa. Pasti sangat berat, pikir New. Kenapa guru Mix tidak menyuruh seseorang lagi untuk membantunya, tangannya bisa putus lama-lama.
Di tengah rentetan keluhan New yang di teriakannya dalam hati, telinganya menangkap suara guru Mix di kejauhan. "Untung ada kau Tay. Kau bantu New dulu. Aku ada urusan sebentar."
Tak lama New bisa mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Fiuh, dengan cepat ia menyeka keringatnya.
Pucuk dicinta, Tay pun tiba.
"Oi bodoh, kau bisa sendiri kan? Aku tunggu dilantai satu."
New menoleh cepat. "Apa kau bilang? Bodoh?" ia mengerutkan keningnya. Menahan amarah. "Ya, karena kau memang bodoh. New Bodoh Thitipoom?"
New memejamkan matanya beberapa detik. Mengatur nafasnya agar emosinya mereda. Bagaimana juga ia datang ke masa ini untuk membuat Tay jatuh cinta padanya. Ia harus terlihat baik agar Tay tertarik.
"Ya, terserahmu mau memanggilku apa." New kembali beralih pada kardus-kardus di hadapannya sementara Tay malah meninggalkannya dan pergi keluar. New baru menyadari saat berbalik dan mendapati dirinya tengah sendirian.
"OI! Ai Satt! Ia benar-benar akan menunggu di bawah?" ia mengangkat kardus keluar mencari sosok Tay. Tangannya memeluk erat kardus berat seraya menuruni anak tangga satu demi satu hingga ia melihat bayangan Tay di ujung sana tengah melipat tangan di depan dadanya.
"Tega sekali dia membiarkan ku membawa kardus seberat ini tanpa membantu. Kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang sepertinya?" Tanya New pada dirinya sendiri.
Dalam hati ia terus-terusan mengutuk Tay. Lama kelamaan pundaknya terasa mau copot, belum lagi tangannya yang kebas. Langkahnya yang tadinya cepat kini melambat, tertinggal jauh dari Tay yang berjalan di depannya.
Dengan tarikan nafas yang penuh semangat, New berusaha menyusul Tay, lagi pula tangannya sudah ngilu-ngilu. Juga kakinya yang gemetar ingin berselonjor.
Tapi baru beberapa anak tangga di pijak New, ia sudah tidak tahan. Ia sudah bolak-balik mengangkat kardus itu sendirian. Tangannya luar biasa sakit sekarang. Ia berhenti dan meletakkan kardus itu dekat kakinya. Ahh... lega sekali rasanya. Pantatnya terduduk di salah satu anak tangga.
"Kenapa kau lama sekali?" Tanya Tay dengan santai.
"Kau tidak tahu seberapa beratnya kardus itu? Hah?" New menatap sinis Tay.
Tay menatap kardus yang tergeletak di dekat kakinya, lalu wajah New yang penuh keringat.
"Sudahlah, masih ada satu lantai lagi. Cepat angkat kardusnya."
"Ha?!" teriak New seraya bangkit.
Tay sudah berbalik dan meninggalkan New dibelakang punggungnya. Mendahulinya menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
Short StoryNew Thitipoom terbangun dari komanya setelah mengalami kecelakaan, seingatnya Tay Tawan hanyalah teman SMA, tapi... kenapa Tay mengatakan jika mereka sudah menikah? Amnesia New membawanya pada masa depan yang penuh kejutan, sementara masa lalunya ya...