7

1.2K 141 5
                                    

2010

Sudah tiga hari ini New selalu menghindar dari Tay. Ia merasa malu jika bertemu Tay sejak insiden dirinya menci-mencium- AKH! New bisa gila.

Berulang kali adik kelasnya mengatakan jika Tay menunggunya di aula, dan ia hanya bisa menjawabnya dengan berbagai alasan. Hari ini batasnya, ia tidak mau bertemu Tay dan membuat kebohongan lainnya.

"Apakah sakit gigi membuat jalanmu jadi mengendap-endap layaknya pencuri?"

"SATTT! Kau mengejutkan ku!" New telonjak kaget ketika berbalik badan, Tay sudah berdiri di hadapannya dengan wajah menyeramkan. Ia mengelus dadanya yang ingin ikut meloncat.

"Bodohnya." Gumam Tay pelan.

New masih diam terkejut melihat Tay melipat tangan di depan dada. Dari mana manusia ini datang? "Kau─ Bagaimana bisa?"

"Tentu saja aku bisa. Kau mau alasan apa lagi? Sakit gigi, pusing dan mual juga diare. Jadi hari ini kau sakit apa?"

Tay menyandarkan tubuhnya pada dinding kelas. Masih melipat tangan di depan dada dan memandang New.

"Kau kenapa? Apa kau tidak mau ku ajari bermain piano? Berubah pikiran?" Tanya Tay pelan.

Dengan cepat New menggeleng.

"Bukan! Tentu saja bukan. Aku hanya─ aku hanya..."

New meremas tangannya. Ia sudah berkeringat. "Aku benar-benar sakit." Lanjutnya.

"Aku tidak percaya."

"Sungguh!"

"Apa yang dapat membuatku yakin?"

"Itu─ itu..."

"Sudah ku bilang, kau tidak pandai berbohong."

Tay menatapnya mengintimidasi. New merengut kesal. Kenapa sih Tay selalu membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Apa yang salah dengannya?

"Baiklah, aku memang berbohong." Sesal New seraya menundukkan kepala. Ia juga sebal dengan Tay. kenapa Tay bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun tiga hari yang lain. Padahal New memikirkannya setiap hari.

"Kenapa kau harus berbohong?"

New menggerutu dalam hati. Kenapa Tay jadi banyak Tanya?

"Ka─karena aku malu padamu." New meruntuki dirinya yang tak pandai berbohong. Kepalanya tertunduk tak sanggup melihat mata Tay.

"Kenapa harus malu? Bukannya dari awal kau memang tidak tahu malu, kenapa baru sadar sekarang?"

New mendongak menatap sebal pada Tay. Nafasnya ditahan agar amarahnya tak meluap.

"Aku malu karena kejadian tiga hari lalu. Saat di dekat halte bus. Aku..." New sengaja berhenti sampai situ karena wajahnya sudah memerah.

Tay melirik New, ia berdehem sebentar untuk menormalkan suaranya yang tiba-tiba tidak bisa ia keluarkan.

"Kalau begitu, Tay, ku rasa lupkan saja." New menggaruk belakang kepalanya gugup. "Aku minta maaf soal itu."

Tay menegakkan tubuhnya yang tengah bersandar di dinding kelas.

"Mana bisa seperti itu."

"Maksudmu?" Tanya New.

"Aku bilang, mana bisa seperti itu."

Tay memasukkan tangannya ke dalam saku lalu berbalik meninggalkan New. New masih terpaku di sana.

"Apa katanya?" Tanya New linglung.

.

.

.

2020

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang