END

2.9K 186 40
                                    

"Tay, apa yang sudah ku lakukan kepadamu? Aku... aku..."

Tay menggenggam tangan New kuat-kuat. Berusaha menahan tangan putih itu yang sedari tadi menarik-narik rambut hitam milik New.

Ia tidak akan membiarkan New menyakiti dirinya. Tidak di depannya bahkan apapun alasannya.

Tangan Tay menyebrangi bahu New yang bergetar hebat. Sementara pipi putih New sudah basah oleh banyaknya air mata. Raungannya benar-benar menyayat hati siapapun yang mendengar.

New memejamkan matanya kuat saat bayangan masa lalunya kembali datang. Rasa sakit yang mendera di tengah-tengah otaknya menusuk hingga ke tulang punggungnya. Membuatnya mau tidak mau jatuh dalam pelukan Tay, menangis disana membasahi dadanya.

"Kenapa kau tidak membunuhku saja?"

"Karena aku mencintaimu, New."

Tangan New terasa sedingin es. Satu bulir air mata sukses jatuh membasahi pipi Tay. ia berusaha, sangat berusaha sekuat tenaganya untuk melupakannya. Tapi kenapa justru New mengingatnya saat niat melupakanya begitu menggebu?

Tay memeluk New begitu erat saat dirasanya pemuda berambut hitam itu makin sesegukan, mencengkram erat dada Tay. hanya ada isakan dan erangan tertahan saat Tay kembali mengelus rambut lembutnya.

"Maafkan aku... aku sungguh, aku sungguh..." Tay menurunkan tangannya dari kepala New menuju punggungnya, ia memeluk New dengan hangatnya. Seolah tak ingin ia lepas. Dalam dekapan itu, New hanya diam dan menangis, membiarkan setiap tetes kesedihan, penyesalan yang ia tanggung selama ini jatuh menetes begitu saja menjadi tetes air yang meresap pada celah baju Tay. membiarkan hatinya yang kehilangan arah, menemukan kembali jalannya.

"Tay... jangan buat aku pergi lagi karena terlalu lelah menunggu..." bisik New.

Jahat? Tidak...

Ia tidak bisa menutupi lagi perasaan rindunya untuk Tay. Namun setelah mengetahui kisah pahit dibalik semua itu, New pun sadar jika Tay hanya ingin dianggap sebagaimana manusia lain yang berharga.

Melupakan fakta jika Tay sendiri pun adalah korban kekejaman kedua orangtuanya.

New mengulum bibir bawahnya kuat. Takut jika tangisnya makin menjadi. Kini justru ia yang merasa bersalah. Ia tidak pernah tahu jika kedua orangtuanya juga sempat menjadi alasan mengapa semua kekacauan ini terjadi.

"Hin..."

New makin menutup rapat kedua matanya. Suara Tay yang memanggil namanya makin membuat rindunya menggebu. "Jangan menangis, Sayang..."

New tidak kuat lagi. Suara Tay berdengung-dengung dalam kepalanya. Ia menenggelamkan wajahnya di dada Tay dan memulai isak tangisnya yang entah sudah keberapa kali.

"Aku... tidak menangis..." sangkal New dengan suara yang teredam. Ia mengerat ujung pakaiannya sambil berusaha meraup udara sebanyak mungkin. Tangisnya makin keras. New ingin Tay menyentuhnya seperti dulu.

New ingin Tay memeluk dan memanjakannya setiap waktu.

New ingin Tay mengecupi kening dan bibirnya lagi.

"Tay... maafkan aku..." lirih New pilu. Bahunya bergetar hebat. Deru nafasnya terdengar payah karena kesulitan mengisi rongga dada dengan oksigen hingga terbatuk-batuk. Wajahnya sudah memerah basah.

Rasa penyesalannya makin bertambah setiap kali mengingat bahwa ia lah penyebab kehancuran hidup Tay. Ia lah yang menghancurkan mimpi dan harapan Tay. Ia juga lah yang telah menghancurkan keluarga Tay.

"Aku lebih mencintaimu, Tay. Sangat mencintaimu...Maafkan aku." susah payah mengatakannya di tengah isakan yang menjadi.

"Terima kasih, Sayang..."

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang