[ FORGET ME NOT ]Kejadian demi kejadian terus terpampang nyata saat ia membuka satu persatu pintu yang berada di hadapannya. Dirinya sekarang hanya berada di sebuah ruangan yang tak tahu apa dan dimana. Semua kejadian yang ia lihat bagaikan film yang terus berputar-putar. Ia melihatnya sekali lagi. Kejadian tahun 2010 itu ia lihat sekali lagi. Bagaimana kisah cintanya dengan seorang pria bernama Tay Tawan dimulai. Bagaimana semua prasangka buruk yang telah ia tujukan pada Tay selama ini ternyata salah. Bagaimana ia mengetahui bahwa Tay juga mencintainya. Dan bagaimana ia menyakiti Tay.
New melihat satu persatu kejadian demi kejadian yang pernah dirinya alami dengan sedih. Tapi.. Ada satu waktu dimana ia melihat sebuah kejadian yang sama sekali belum ia alami. Tahun 2020? Apakah itu gambaran kehidupannya di masa depan? Tapi untuk apa dia harus mengetahuinya lebih dulu?
New terus melangkahkan kakinya menuju pintu yang berada di hadapannya. Air matanya tak kunjung berhenti saat ia melihat kembali kisah-kisah tersebut. Sebenarnya dimana dia? Dimana kehidupannya? Kenapa hanya terdapat pintu disini dan ia belum mendapatkan jalan keluar?
"Te..." Nama itu kembali keluar dari bibirnya. Ia ingin bertemu pria itu. Ia ingin meminta maaf atas segalanya. Selama ini ia selalu berpikir bahwa dirinyalah yang tersakiti. Dirinyalah yang paling menderita. Tapi setelah melihat kembali kejadian-kejadian ini. Ia menjadi tahu. Bahwa semuanya... Dirinyalah yang memulainya.
Dengan perlahan ia menggapai knop pintu berwarna biru yang berada di depannya. Dirinya mohon. Berikan ia jalan untuk keluar. Karena ia harus menemui Tay.
New membuka pintu tersebut dan menariknya cepat. Sebuah cahaya berwarna putih nampak menghantam seluruh tubuhnya. Apakah ini bertanda bahwa ia telah menemukan jalan keluarnya?
.
.
.
[2020]
"Bagaimana perkembangan pasien yang berada di ruang 93?" Singto kini sedang bertanya pada Perawat Janhae yang juga sedang berjalan bersamanya di lorong-lorong rumah sakit. Matanya fokus menatap lembaran-lembaran yang tengah ia baca. Keterangan kesehatan New Thitipoom. "Belum ada perkembangan yang signifikan dok. Pasien masih tetap sama." Jawab perawat Janhae cepat. Singto mengangguk sekilas mendengar jawaban dari Perawat Janhae.
"Tapi..."
Singto pun menoleh saat Perawat Janhae nampak akan kembali bersuara. "Saya sangat terharu melihat bentuk perhatian dan kasih sayang yang ditujukan oleh suami New."
Mata Perawat Janhae nampak menerawang sembari tersenyum. Membuat Singto ikut merasakan kebenaran dari hal yang baru saja diceritakan Perawat Janhae padanya barusan. "Suami New selalu berada di sana. Saat saya masuk untuk mengecek perkembangan New. Maka saya akan selalu melihat suaminya ada di sana, setia menggenggam tangan New."
Singto ikut tersenyum lembut mendengar penuturan Perawat Janhae. Namun senyum itu sedikit demi sedikit mengabur saat sebuah pertanyaan menghampiri kepalanya.
Kalau benar seperti apa yang diceritakan Perawat Janhae kalau New Thitipoom mempunyai suami yang begitu mencintainya. Lantas kenapa dia ingin menggugat cerai suaminya sendiri?
Singto kembali tersadar dari lamunannya saat ponsel yang berada di kantung jasnya bergetar. Ia merogoh kantung itu dan mengeluarkan ponselnya dengan segera.
"Ya?" Ucapnya kepada seseorang yang menelponnya.
Seketika nampak jelas raut wajah Singto terkejut. Namun dengan cepat pula dokter muda tersebut membalas ucapan seseorang yang menelponnya itu. "Baiklah. Aku akan segera kesana. Terima kasih."
Singto menutup telepon tersebut dan kembali menyimpan benda itu di kantung jas miliknya. "Ada apa Dokter Singto?" Suara Perawat Janhae kembali tertuju kearahnya.
Singto menoleh kearah Perawat Janhae dan tersenyum. "New Thitipoom.. Dia baru saja sadar."
.
.
Tay mengamati dengan serius sosok New yang baru saja sadar dan tengah diperiksa kondisinya oleh Dokter. Tepat 10 menit yang lalu ia akhirnya bisa melihat mata itu terbuka. Dan tepat 10 menit yang lalu akhirnya ia bisa melihat mata indah milik New. Namun sejak New sadar. Ia belum sama sekali berbicara dengan pemuda itu. Tay terlalu terkejut hingga ia langsung menelpon petugas rumah sakit dan memberitahu mereka bahwa New telah sadar.
Kini disinilah ia berdiri. Memandangi sosok yang sudah kurang lebih 3 minggu terus terpejam dan terbaring. "Anda bisa mendengar saya?" Dokter terus melakukan tahap-tahap pemeriksaan pada New. Dan dengan baik New jawab. "Ya."
"Ini berapa?"
"3."
"Ini?"
"10."
Singto mengangguk dan Perawat Janhae memberi tanda centang pada form pemeriksaan yang ia bawa. "Berdasarkan pemeriksaan sementara yang dilakukan. Tidak ada gejala negatif yang diperlihatkan Pasien. Tapi untuk lebih yakinnya. Mungkin lebih baik dilakukan pemeriksaan berkala menggunakan mesin." Singto menjelaskan dengan rinci dan lugas pada Tay mengenai kondisi New. Setelah itu Singto kembali menoleh kearah New. "Apa anda ingat siapa nama anda?" tanyanya.
Tay mengamati dengan serius raut wajah New yang berada di depannya. "New Thitipoom?" Jawab New cepat. Singto tersenyum puas mendengar jawaban benar yang diberikan pasiennya.
"Lalu... Siapa nama pria ini?" Singto menunjuk sosok Tay dengan tangannya. Membuat New menolehkan kepalanya menatap sosok Tay yang ada disana. Ia menatap sosok itu begitu lama. Membuat Singto harus kembali mengulang pertanyaannya. "New.. Apa anda tahu nama pria ini?" Singto kembali melayangkan pertanyaan yang sama pada New. Dahi dokter tersebut makin mengernyit melihat ekspresi New yang nampak berpikir keras.
"Dokter... Apa aku mengenalnya?" Tanya New balik kepada Singto.
Dan Tay pun merasa dunianya kembali hancur berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGET ME NOT
Short StoryNew Thitipoom terbangun dari komanya setelah mengalami kecelakaan, seingatnya Tay Tawan hanyalah teman SMA, tapi... kenapa Tay mengatakan jika mereka sudah menikah? Amnesia New membawanya pada masa depan yang penuh kejutan, sementara masa lalunya ya...