13

1.2K 146 10
                                    

[ 2020 ]

"Kami mengalami kesulitan untuk menghubungi keluarga pasien. Untuk itu mohon maaf atas keterlambatan pemberitahuan ini kepada anda... Hal itu dikarenakan pasien tidak membawa—"

"Dia..."

Seorang petugas dari rumah sakit yang sedang melakukan penjelasan tersebut terpaksa menghentikan penjelasan akibat Tay yang tiba-tiba bersuara.

"Ya Tuan?" Tanya sang petugas. Ia menatap wajah Tay yang berada di hadapannya. Pemuda berkulit gelap tersebut masih menampakkan wajah datarnya dan terus memandangi sosok New yang tengah terbaring disana.

"Dia... Dia baik-baik saja kan?" Tanya Tay tanpa menatap petugas tersebut. Sang petugas ikut menolehkan perhatiannya pada objek yang juga diperhatikan oleh Tay. "Ya. Dia baru saja selesai melewati masa kritis."

Sang petugas memperhatikan Tay penuh seksama. Perhatiannya jatuh pada telapak tangan Tay yang nampak bergetar. "Tuan... Anda baik-baik saja?" Tanyanya cemas.

"Dia... Akan segera bangun kan?" Kembali Tay menanyakan kondisi New dan tak mengindahkan pertanyaan si Petugas padanya.

"Untuk itu... Kami belum bisa—"

"Dia... Akan segera bangun kan?" Tay kembali memotong ucapan si petugas. Kali ini ia menatap wajah si petugas dengan lekat. "Beritahu aku kalau dia baik-baik saja. Kumohon."

Si petugas menatap Tay dengan penuh rasa iba. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan sosok yang berdiri di hadapannya ini.

"Tuan, Kami..." Tay kembali memandangi New melalui kaca bening disana. Kalau saja ia sedang sendiri sekarang. Mungkin dirinya sudah jatuh terkulai lemas melihat New seperti ini.

"Berdoalah pada Tuhan. Hanya Dia yang menjadi sandaran kita untuk saat ini." Petugas tersebut berujar dengan nada pelan. Ia memandangi sebuah amplop besar yang sedari tadi ia pegang. Apa baik kalau dia memberikan amplop ini kepada sosok lelaki yang ada di hadapannya ini? Karena dia tahu betul amplop apa yang berada di tangannya ini, meski dengan sobek di beberapa bagian. "Ini kami temukan di TKP. Saya rasa anda berhak menyimpannya."

Petugas tersebut menyodorkan amplop besar itu pada Tay. Pemuda itu mengambilnya dan memandangi benda tersebut dengan ekspresi datar. "Dia... Membawa ini?" Tanya Tay. "Ya Tuan... amplop itu.."

"Aku mengerti." Ucap Tay cepat. Ia menyimpan amplop itu dan nampak paham. "Terima kasih atas penjelasannya."

Sang petugas pun nampak paham dan memutuskan untuk pamit pergi karena sosok pria di depannya ini sedang terlihat membutuhkan waktu sendiri. "Baik. Kalau begitu saya mohon pamit." Tay menundukkan kepalanya sekilas untuk membalas ucapan sang petugas dan setelah itu kembali diam.

Ia melangkah masuk ke dalam ruangan dimana New berbaring. Matanya menelisik satu persatu alat-alat medis yang terhubung dengan tubuh New. Kini ia sudah berdiri tegap tepat di sisi kanan ranjang New. Tay memandangi sosok tersebut dalam diam. "Ternyata kau benar-benar serius ingin pergi dariku." Ucap Tay pelan. Pria itu duduk di kursi yang tersedia disana. Untuk pertama kalinya sejak kecelakaan yang menimpa New pada tahun 2019 silam akhirnya Ia tersenyum.. Walau sarat kepedihan.

"Kau pasti sangat membenciku."

Nafas Tay mulai terasa berat. Suaranya juga nampak bergetar. Ia membawa amplop besar yang ia pegang tepat di atas telapak tangan New. "Seseorang berkata... Amplop ini kau yang membawanya." Tukas Tay. Ia menatap amplop besar tersebut dan kembali merenung.

"Kalau aku melepasmu, Apa kau akan bangun?"

Dan akhirnya airmata pun mengalir dari matanya. Tay menatap New yang masih terus terpejam di hadapannya. "Silahkan minta apapun dariku. Tapi kumohon..."

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang