11

1.3K 134 9
                                    




2010

New melangkah sembari menatap punggung Tay yang ada di depannya. Ia juga tersenyum-senyum menahan malu mengingat apa yang baru saja Tay lakukan. New terus berkali-kali menyentuh bibirnya dan kembali tersenyum dan menundukkan kepala seraya berjalan. Ia sangat ingat ekspresi Tay setelah menciumnya tadi. Pemuda itu nampak gugup dan juga menahan malu. Tapi memang Tay yang begitu ahli dalam menyembunyikan ekspresi. Alhasil kegugupan itu tak begitu tampak jelas.

Sungguh! Rasanya dia mau berteriak sekencang-kencangnya saat ini. Baru beberapa saat yang lalu dia sempat berpikiran untuk menyerah dan berhenti mengejar Tay. Tapi setelah itu pemuda tersebut malah menciumnya secara tiba-tiba. Dan itu jugalah yang membuat New melihat segelintir harapan untuk membuat Tay membalas cintanya.

New mengangkat kepalanya dan menatap lekat Tay yang masih berjalan tampak santai disana. New nampak berpikir dan tidak lama dari itu ia pun memutuskan untuk bergerak menyusul Tay dan berdiri tepat di samping pemuda itu.

New melirik Tay yang terlihat tak memperdulikan keberadaannya sama sekali walaupun sosoknya sudah tepat berdiri di sampingnya. Bagaimana bisa orang yang baru saja menciumnya ini malah bersikap seperti ini? Dasar.

"Cuacanya jadi cerah ya?" tukas New. Ia melirik kearah Tay dan menggeram tertahan melihat tak secuil ekspresipun disana. New menggaruk kepalanya bingung. "Setelah diguyur hujan. Udara benar-benar menjadi sejuk." Ucap New kembali. Ia melirik kearah Tay lagi. "Ehem." New tiba-tiba berdehem. Dia merasa seperti orang bodoh saja. New menghentikan langkahnya dan terus memperhatikan Tay yang masih terus berjalan. Bahkan ketika ia berhenti berjalan pun Tay Tawan itu terus berjalan. Shiaa... Pria itu memang benar-benar.

New segera memutar otaknya. Apa yang harus ia lakukan? Dia rasa dia harus melakukan sesuatu sekarang. Sedangkan itu. Tay berhenti melangkahkan kakinya. Ia sedikit melirik ke belakang. Ia sadar kalau New sudah tidak mengikutinya lagi. Tay mengerutkan dahi melihat pria itu hanya berdiri dan tak melakukan apapun disana. Apa yang sedang dia lakukan?

Tay buru-buru menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan langkahnya. Ia menatap sebuah taxi yang akan segera lewat. Haruskah ia pergi saja? Tay menoleh sekali lagi kearah New yang masih tetap sama seperti sebelumnya. Ya, sepertinya ia harus pergi. "Taxi!" panggil Tay.

Taxi itu akhirnya berhenti tepat di depannya. Tay segera membuka pintu Taxi tersebut dan masuk ke dalamnya. "Perumahan Siam." Ujar Tay pada sang supir. Mobil itu akhirnya melaju. Tay kembali menatap sosok New yang masih berdiri entah untuk apa. "Kenapa dia bodoh sekali?" Gumam Tay melihat New. Tay mencoba membuang pandangannya dari sosok itu. Tapi lagi-lagi kepalanya tak mau berkompromi sama sekali.

"Ah... Terserahlah."

Sedangkan itu. Masih di tempatnya. New sama sekali tak menyadari kalau ia benar-benar sedang sendirian sekarang. Setelah selesai dengan khayalannya bersama Tay dimasa depan, Ia langsung melanjutkan langkahnya namun melihat tak ada Tay disana. Ia merasa bingung. "Kemana dia?" tanyanya pada diri sendiri.

New mondar-mandiri disana untuk mencari keberadaan Tay. Tapi tetap saja tidak ada. New menggaruk-garuk kepalanya bingung. Dimana Tay Tawan?

"Oh!" New langsung berseru saat melihat Tay muncul dan nampak menghampirinya. Dari mana saja orang itu?

Tay berhenti tepat di hadapan New. Matanya menjurus tajam menatap sosok di depannya itu. "Tay Tawan... Kau dari mana?" tanya New polos.

"Sebenarnya otakmu itu isinya apa hah? Kenapa kau bodoh sekali?!" Tiba-tiba Tay langsung menyemprotnya. Kenapa orang ini?

"Kenapa kau tiba-tiba marah?" tanya New masih belum mengerti.

Tay meringis dan mengacak-acak rambutnya kesal. Tak lagi ia perdulikan tatapan penuh tanda tanya yang dilayangkan New padanya. "Kenapa aku malah ikut menjadi bodoh sepertimu." Gumamnya. New mengerjap-ngerjapkan matanya melihat tingkah Tay. "Hey Tay Tawan."

FORGET ME NOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang