-Mungkin rasa ini datang karna terbiasa, tapi gue penasaran tentang rasa lo saat ini.-
"Papa muda mau beli susu ini gak? Lumayan buat mama muda minum tiap hari, harganya juga terjangkau, aman buat dedek dalam perut." oceh Riska memperlihatkan sekotak susu ibu hamil rasa stroberi.
Ya, bisa ditebak jika saat ini mereka sedang berada di supermarket dan tentu saja tingkah laku Riska mengundang beberapa pasang mata ke arah mereka. Jessen tersenyum manis, manis banget sampe Riska cekikikan sendiri kayak orang gila.
"Sayang, taruh susunya. Kan belum jadi dedeknya, jadi sekarang kita beli bahan makanan yang sehat dulu, ya. Supaya dedeknya cepat jadi kamu juga bisa minum susu itu, ya."
Beberapa pasang mata menatap mereka berdua geli, termasuk Riska. Tidak, lebih tepatnya dia jijik dan merasa mual mendengar kalimat manis itu keluar dari mulut Jessen.
Riska segera menaruh kembali kotak susu bumil yang dipegangnya dan mendekat ke arah Jessen. Riska memegang bahu kanan Jessen dan menunduk.
"Stop, gue mual. Sumpah, gak lagi. Gak lagi gue kerjain lo," ujar Riska dengan kepala yang tertunduk, Jessen mendengar itu langsung menyeringai.
"Bagus, sekarang ayo lanjut belanja lagi, sa-yang." Bukannya mengalah lagi, Jessen semakin menjahili Riska.
Kapan lagi, yekan? Gue ngalah mulu, sekarang gue maju.
Jessen dengan senyum lebarnya mendorong keranjang belanja melewati Riska menuju rak camilan.
JEJE SIALAN! ANJIP MALU BANGET! Gak dua kali gue jahilin dia depan umum gini, malah makin jadi lagi kelakuannya, anj*ng.
Disensor demi kebaikan spesies hewan yang disebut^^
Riska berjalan dengan wajah yang merenggut, pasalnya Jessen masih belum menghentikan sandiwara menjijikannya.
"Sayang, kamu pilih yang mana? Ini atau ini?" tanya Jessen sambil memperlihatkan dua jenis camilan yang sama namun beda rasa.
Sial lo, Je! SIALLL!!!!
Jessen hanya tersenyum seakan-akan sudah tahu kalimat apa yang dipikirkan oleh Riska.
Riska tersenyum menahan kesal, "Dua-duanya aja."
"Oke."
"Jadi mau beli apa lagi?" tanya Jessen kembali berbicara seperti biasa.
Capek juga gue manggil dia sayang mulu, gue geli juga.
"Udah cukup, tinggal ke pasar aja."
Jessen hanya mengangguk, mereka pun berjalan ke arah kasir.
"Totalnya tiga ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah," kata kasirnya.
Jessen dan Riska hanya diam, membuat mbak kasirnya tersenyum canggung.
"Ahaha....sayang, dompetku ketinggalan. Kamu yang bayar, ya." ujar Riska merangkul lengan Jessen sambil tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. I&U : Pacar Kontrak [END]
Humor[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Jangan plagiat!] ⚠Warning : Kata kasar berserakan, retceh tapi garing, typo udah hobi, yang mampir langsung terima gaji⚠ I and U series #1 "Oke, mi...