-Ada yang telat menyatakan berakhir kehilangan, ada yang sudah menyatakan cuman dianggap teman. Semiris itu. -
Awalnya Riska beranggapan bahwa Jessen ini lelaki br*ngs*k karna telah melakukan hal yang tidak senonoh padanya. Tapi semakin lama mereka tinggal bersama dan menghabiskan waktu sampai saat ini, Riska mengubah tanggapannya terhadap Jessen.
Dia narsis, maniak kopi, badannya atletis, wajahnya tampan, tajir, menyebalkan dan pastinya baik. Baik pake banget. Buktinya membiarkan Riska membawa alat masak dan alat makan, bonus sabun cuci piring.
Tak hanya itu, akhir-akhir ini Jessen mau mengantar-jemput dirinya. Katanya sih biar cepat aja pas bantuin buka kafe, ya Riska senang.
Senang karna uangnya gak habis untuk ongkos taksi dan sekarang Jessen mengajaknya jalan-jalan dengan kata lain, ditraktir.
"Je, lo tahu banget, kan? Gue itu sayang banget sama lo, cinta mati pokoknya. Lo emang cocok jadi papa muda gue, gak ada yang bisa tandingin lo." tutur Riska dalam mobil dengan wajah girangnya.
"Iya, gue gak bakal berubah pikiran. Jadi, diam." ujar Jessen sambil memarkirkan mobilnya.
Klap
Riska segera turun dari mobil dan berjalan disebelah Jessen, "Gak, gak akan. Gue ini emang udah cinta mati sama lo, sayang banget sama papa muda gue."
Riska tersenyum manis sambil menggandeng tangan kiri Jessen dengan erat. Jessen menoleh ke arah Riska dan tersenyum padanya.
"Lepasin atau gak kita batal makan?"
"Bodo amat, soalnya kita udah sampai. Lo gak bakal bisa bawa gue balik pulang." kata Riska menarik lengan Jessen memasuki tenda makan dipinggir jalan.
"Om, saya pesen. Ayam bakar, nasi putih, terong goreng, es teh sama air putih masing-masing dua porsi. Makasi," tutur Riska sembari menampilkan senyum bisnisnya.
Pekerja yang menghampiri meja mereka mencatat dan menyuruh mereka menunggu. Jessen menarik sudut bibirnya dan hanya tercengang melihat Riska.
"Mana-mana orang nanya dulu sebelum pesan, lo malah langsung pesan seenaknya."
"Ehehe...gak papa, buktinya papa muda gak rewel kalo gue masak sembarang. Paling juga lo bakal bilang terserah kalo gue tanya," ujar Riska terkekeh sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya yang bertumpu diatas meja.
"Iya, lo menang."
Berselang beberapa waktu, mereka menyelesaikan acara makan mereka dan membayar tagihan pesanan mereka.
"Jadi, mau kemana lagi?" tanya Jessen sembari mengendarai mobil.
"Emm....bentar gue tanya dulu."
Jessen mengernyitkan keningnya, "Tanya apa? Ke siapa?"
"Tuyul peliharaan gue." jawab Riska dengan mata polosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. I&U : Pacar Kontrak [END]
Humor[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Jangan plagiat!] ⚠Warning : Kata kasar berserakan, retceh tapi garing, typo udah hobi, yang mampir langsung terima gaji⚠ I and U series #1 "Oke, mi...